[PDF] Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat Tanpa Arah - eBooks Review

Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat Tanpa Arah


Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat Tanpa Arah
DOWNLOAD

Download Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat Tanpa Arah PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat Tanpa Arah book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page



Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat Tanpa Arah


Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat Tanpa Arah
DOWNLOAD
Author : Dr. H. Kholilurrohman, MA
language : id
Publisher: NURUL HIKMAH PRESS
Release Date : 2018-03-27

Penjelasan Lengkap Allah Ada Tanpa Tempat Tanpa Arah written by Dr. H. Kholilurrohman, MA and has been published by NURUL HIKMAH PRESS this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-03-27 with Religion categories.


Sesungguhnya ilmu mengenal Allah dan mengenal sifat-sifat-Nya adalah ilmu paling agung dan paling utama, serta paling wajib untuk didahulukan mempelajarinya atas seluruh ilmu lainnya, karena pengetahuan terhadap ilmu ini merupakan pondasi bagi keselamatan dan kebahagiaan hakiki, yang oleh karena itu ilmu Tauhid ini dikenal juga dengan nama Ilmu Ushul (pondasi agama)



Hadits Budak Perempuan Hitam Had Ts Al J Riyah As Sawd Dan Penjelasan Allah Ada Tanpa Tempat


Hadits Budak Perempuan Hitam Had Ts Al J Riyah As Sawd Dan Penjelasan Allah Ada Tanpa Tempat
DOWNLOAD
Author : Dr. H. Kholilurrohman, MA
language : id
Publisher: NURUL HIKMAH PRESS
Release Date : 2019-07-16

Hadits Budak Perempuan Hitam Had Ts Al J Riyah As Sawd Dan Penjelasan Allah Ada Tanpa Tempat written by Dr. H. Kholilurrohman, MA and has been published by NURUL HIKMAH PRESS this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2019-07-16 with Religion categories.


Kata Pengantar Ada dua metode untuk memaknai ayat-ayat mutasyabihat yang keduanya sama-sama benar: (Pertama): Metode Salaf. Mereka adalah orang-orang yang hidup pada tiga abad hijriyah pertama. Yakni kebanyakan dari mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara global (takwil ijmali), yaitu dengan mengimaninya serta meyakini bahwa maknanya bukanlah sifat-sifat jism (sesuatu yang memiliki ukuran dan dimensi), tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan kemahasucian Allah tanpa menentukan apa makna tersebut. (Kedua): Metode Khalaf. Yang disebut dengan Takwil Tafshili. Mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara terperinci dengan menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab. Sebagaimana para Ulama Salaf, para Ulama Khalaf tidak memahami ayat-ayat tersebut sesuai dengan zahirnya. Dalam memahami hadits al-Jariyah, kaum Musyabbihhah --(variannya di zaman sekarang adalah golongan Wahhabi)--, memaknainya dalam makna zahirnya. Mereka meyakini “Allah di atas langit”, atau sebagian mereka mengatakan “bertempat di langit” dengan dasar pemahaman keliru terhadap hadits ini. Musibah terbesar kaum Musyabbihah sesungguhnya adalah karena mereka sangat anti terhadap takwil. Bahkan berkembang di kalangan mereka semacam kaedah --yang mereka buat sendiri-- mengatakan “al-Mu’awwil Mu’ath-thil”; (seorang yang melakukan takwil maka ia menginkari teks-teks syari’at). Kholil Abu Fateh (Al-Asy’ari asy-Syafi’i ar-Rifa’i al-Qadiri)



Aqidah Imam Empat Madzhab


Aqidah Imam Empat Madzhab
DOWNLOAD
Author : Dr. H. Kholilurrohman, MA
language : id
Publisher: Nurul Hikmah Press
Release Date : 2018-05-24

Aqidah Imam Empat Madzhab written by Dr. H. Kholilurrohman, MA and has been published by Nurul Hikmah Press this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-05-24 with Religion categories.


Sesungguhnya kecenderungan timbulnya akidah tasybîh (Penyerupaan Allah dengan makhluk-makhluk-Nya) belakangan ini semakin merebak di berbagai level masyarakat kita. Sebab utamanya adalah karena semakin menyusutnya pembelajaran terhadap ilmu-ilmu pokok agama, terutama masalah akidah. Bencananya sangat besar, dan yang paling parah adalah adanya sebagian orang-orang Islam, baik yang dengan sadar atau tanpa sadar telah keluar dari agama Islam karena keyakinan rusaknya. Al-Imâm al-Qâdlî Iyadl al-Maliki dalam asy-Syifâ Bi Ta’rîf Huqûq al-Musthafâ mengatakan bahwa ada dari orang-orang Islam yang keluar dari Islamnya (menjadi kafir) sekalipun ia tidak bertujuan keluar dari agama Islam tersebut. Ungkapan-ungkapan semacam; “Terserah Yang Di atas”, “Tuhan tertawa, tersenyum, menangis” atau “Mencari Tuhan yang hilang”, dan lain sebagainya adalah gejala tasybîh yang semakin merebak belakangan ini. Tentu saja kesesatan akidah tasybîh adalah hal yang telah disepakati oleh para ulama kita, dari dahulu hingga sekarang. Buku yang ada di hadapan anda ini semoga memberikan pencerahan, bagi penulis, keluarga, kerabat, dan umat Islam pada umumnya. Setiap “tuduhan” atau “klaim” dalam buku ini penulis kutip secara orisinal dengan teks Arabnya dari kitab aslinya (Shâhib al-maqâl) dengan harapan menjadi pertimbangan yang dapat menguatkan kesimpulan. Dan pada akhirnya segala yang baik dari buku ini hakikatnya dari Allah dan semoga memberikan manfaat bagi kita semua, sementara kesalahan-kesalahan di dalamnya semoga diampuni Allah. Amin. Kholil Abu Fateh Asy-Syâfi’i al-Asy’ari al-Qâdiri ar-Rifâ’i



Memahami Makna Iman Dengan Qadla Dan Qadar


Memahami Makna Iman Dengan Qadla Dan Qadar
DOWNLOAD
Author : Dr. H. Kholilurrohman, MA
language : id
Publisher: NURUL HIKMAH PRESS
Release Date : 2018-05-13

Memahami Makna Iman Dengan Qadla Dan Qadar written by Dr. H. Kholilurrohman, MA and has been published by NURUL HIKMAH PRESS this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-05-13 with Religion categories.


Kaum Mu'tazilah adalah kaum Qadariyyah berkeyakinan bahwa manusia adalah pencipta bagi segala perbuatannya. Dengan demikian sama saja mereka menjadikan Allah setara dengan hamba-hamba-Nya karena menetapkan adanya sekutu bagi-Nya dalam sifat menciptakan. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kaum Qadariyyah disebut sebagai umat Majusi karena dalam hal ini terdapat titik kesamaan antara keduanya. Kaum Majusi menetapkan adanya dua pencipta; pencipta kebaikan; yaitu cahaya, dan penciptaan keburukan; yaitu kegelapan, sementara kaum Qadariyyah menetapkan manusia sebagai pencipta bagi segala perbuatannya. Bahkan dalam hal ini kaum Qadariyyah lebih buruk karena tidak hanya menetapkan dua pencipta, tetapi menetapkan banyak sekali pencipta sebagai sekutu bagi Allah. Al-Faqir Kholil Abou Fateh, Al-Asy'ari asy-Syafi'i al-Qadiri ar-Rifa'i



Islamic Theology


Islamic Theology
DOWNLOAD
Author : Dr. H. Kholilurrohman, MA
language : id
Publisher: Nurul Hikmah Press
Release Date : 2018-04-20

Islamic Theology written by Dr. H. Kholilurrohman, MA and has been published by Nurul Hikmah Press this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-04-20 with Religion categories.


Hendaklah selalu ingat, Ibnul Jawzi dan Ibn Qayyim al-Jawziyyah adalah dua orang yang berbeda. Yang pertama ulama besar terkemuka sementara yang kedua seorang yang sesat, berakidah tasybîh (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Ibnul Jawzi, bernama Jamaluddin Abu al-Faraj Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Ali al-Qurasyi al-Baghdadi, dikenal dengan sebutan Ibnul Jawzi; al-Imâm al-Hâfizh al-Mufassir al-Ushûliyy al-Mutakallim. Salah seorang ulama Ahlussunnah terkemuka multidisipliner; ahli hadits (al-Hâfizh), ahli fiqih (al-Faqîh), ahli tafsir (al- Mufassir), ahli teologi (al-Mutakallaim), ahli sejarah (al-Mu‟arrikh), sufi terkemuka, seorang yang zuhud dan wara‟. Lahir tahun 510 H, dan wafat pada 7 Ramadlan tahun 597 H. Di antara karya-karyanya; al-Mughnî Fî „Ilm al-Qur‟ân, Zâd al-Masîr Fî „Ilm at-Tafsîr, al-Maudlû‟ât Fî al-Hadîts, Musykil as-Shihâh, adl-Dlu‟afâ Fî al-Hadîts, Bustân al-Wa‟idzhîn, Shayd al-Khâthir, Dzamm alii Hawâ, Laftah al-Kabd Ilâ Nashîhah al-Walad, Ru‟ûs al-Qawârîr, Shifat as-Shafwah, Talbîs Iblîs, al-Muntazhim Fî at-Târîkh, al-Hasan al-Bashri, Manâqib „Umar ibn „Abdil Azîz, al-Adzkiyâ‟, al-Wafâ Fi-Fadlâ-il al-Musthafâ, Daf‟u Syubah at-Tasybîh Bi Akaff at-Tanzîh (kitab dengan terjemahan yang ada di hadapan anda ini), Taqwîm al-Lisân, Salwah al-Ahzân, dan lainnya. Sedangkan Ibn Qayyim al-Jawziyyah adalah murid Ibn Taimiyah, banyak mengambil kesesatan-kesesatan dari Ibn Taimiyah, benar-benar telah mengekor setiap jengkal pemahamannya kepada gurunya tersebut dalam berbagai masalah ushûliyyah. Ia bernama Muhammad ibn Abi Bakr ibn Ayyub az-Zar‟i, dikenal dengan nama Ibn Qayyim al-Jawziyyah, lahir tahun 691 hijriyah dan wafat tahun 751 hijriyah.



Wewangian Semerbak Dalam Menjelaskan Tentang Peringatan Maulid


Wewangian Semerbak Dalam Menjelaskan Tentang Peringatan Maulid
DOWNLOAD
Author : Dr. H. Kholilurrohman, MA
language : id
Publisher: NURUL HIKMAH PRESS
Release Date : 2018-05-01

Wewangian Semerbak Dalam Menjelaskan Tentang Peringatan Maulid written by Dr. H. Kholilurrohman, MA and has been published by NURUL HIKMAH PRESS this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-05-01 with Religion categories.


Peringatan Maulid Nabi Muhammad yang dirayakan dengan membaca sebagian ayat-ayat al-Qur‟an dan menyebutkan sebagian sifat-sifat nabi yang mulia, ini adalah perkara yang penuh dengan berkah dan kebaikan kebaikan yang agung. Tentu jika perayaan tersebut terhindar dari bid'ah-bid'ah sayyi-ah yang dicela oleh syara'



Islam Versus Ekstrimisme


Islam Versus Ekstrimisme
DOWNLOAD
Author : Dr. H. Kholilurrohman, MA
language : id
Publisher: Nurul Hikmah Press
Release Date : 2019-05-26

Islam Versus Ekstrimisme written by Dr. H. Kholilurrohman, MA and has been published by Nurul Hikmah Press this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2019-05-26 with Antiques & Collectibles categories.


Pendahuluan Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan atas Sayyidina Muhammad, keluarga dan para sahabatnya yang baik dan suci. Allah berfirman: كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ (سورة ءال عمران :110) “Kalian adalah sebaik–baik umat yang dikeluarkan untuk manusia, menyeru kepada al Ma’ruf (hal-hal yang diperintahkan Allah) dan mencegah dari al Munkar (hal-hal yang dilarang Allah).” (QS. Ali ‘Imran: 110) Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ (رواه مسلم) “Barangsiapa di antara kalian mengetahui suatu perkara munkar, hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu, hendaklah ia merubahnya dengan lisannya, jika ia tidak mampu, hendaklah ia mengingkari dengan hatinya. Dan hal itu (yang disebut terakhir) paling sedikit buah dan hasilnya; dan merupakan hal yang diwajibkan atas seseorang ketika ia tidak mampu mengingkari dengan tangan dan lidahnya.” (HR. Muslim) Syari’at telah menyeru untuk mengajak kepada al ma’ruf, yaitu hal-hal yang diperintahkan Allah dan mencegah hal-hal yang munkar, yang diharamkan oleh Allah, menjelaskan kebathilan sesuatu yang bathil dan kebenaran perkara yang haq. Pada masa kini, banyak orang yang mengeluarkan fatwa tentang agama, sedangkan fatwa-fatwa tersebut sama sekali tidak memiliki dasar dalam Islam. Karena itu perlu ditulis sebuah buku untuk menjelaskan yang haq dari yang batil, yang benar dari yang tidak benar. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam memperingatkan masyarakat dari orang yang menipu ketika menjual makanan. Al-Imam al-Bukhari juga meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam mengatakan tentang dua orang yang hidup di tengah orang-orang Islam: “Saya mengira bahwa si fulan dan si fulan tidak mengetahui sedikitpun tentang agama kita ini”. Kepada seorang khathib, yang mengatakan: مَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ رَشَدَ وَمَنْ يَعْصِهِمَا فَقَدْ غَوَى “Barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka ia telah mendapatkan petunjuk, dan barang siapa bermaksiat kepada keduanya maka ia telah melakukan kesalahan”, Rasulullah menegurnya dengan mengatakan: بِئْسَ الْخَطِيْبُ أَنْتَ “Seburuk-buruk khathib adalah engkau”, (HR. Ahmad). Ini dikarenakan khathib tersebut menggabungkan antara Allah dan Rasul-Nya dalam satu dlamir (kata ganti) dengan mengatakan (وَمَنْ يَعْصِهِمَا). Kemudian Rasulullah berkata kepadanya: “Katakanlah: وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ Rasulullah tidak membiarkan perkara sepele ini, meski tidak mengandung unsur kufur atau syirik. Jika demikian halnya, bagaimana mungkin beliau akan tinggal diam dan membiarkan orang-orang yang menyelewengkan ajaran-ajaran agama dan menyebarkan penyelewengan-penyelewengan tersebut di tengah-tengah masyarakat. Tentunya orang semacam ini lebih harus diwaspadai dan dijelaskan kepada masyarakat bahaya dan kesesatannya. Ketika kita menyebut beberapa nama orang yang menyimpang dalam risalah ini, maka hal ini tidaklah termasuk ghibah yang diharamkan, bahkan sebaliknya ini adalah hal yang wajib dilakukan untuk memperingatkan orang banyak. Dalam sebuah hadits shahih bahwa Fathimah binti Qays berkata kepada Rasulullah: يا رسول الله إنه خطبني معاوية وأبو جهم، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أما أبو جهم فلا يضع العصا عن عاتقه، وأما معاوية فصعلوك لا مال له، انكحي أسامة (رواه مسلم وأحمد) “Wahai Rasulullah, aku telah dipinang oleh Mu’awiyah dan Abu Jahm”. Rasulullah berkata: “Abu Jahm suka memukul perempuan, sedangkan Mu’awiyah adalah orang miskin yang tidak mempunyai harta (yang mencukupi untuk nafkah yang wajib), menikahlah dengan Usamah” (HR. Muslim dan Ahmad) Dalam hadits ini Rasulullah mengingatkan Fathimah binti Qays dari Mu’awiyah dan Abu Jahm. Beliau menyebutkan nama kedua orang tersebut di belakang mereka dan menyebutkan hal yang dibenci oleh mereka berdua, ini dikarenakan dua sebab. Pertama: Mu’awiyah orang yang sangat fakir sehingga ia tidak akan mampu memberi nafkah kepada istrinya. Kedua: Abu Jahm adalah seorang yang sering memukul perempuan. Jikalau terhadap hal semacam ini saja Rasulullah angkat bicara dan memperingatkan, apalagi berkenaan dengan orang-orang yang mengaku berilmu dan ternyata menipu masyarakat serta menjadikan kekufuran sebagai Islam. Oleh karena itu al-Imam asy-Syafi’i mengatakan di hadapan banyak orang kepada Hafsh al-Fard: “Kamu benar-benar telah kufur kepada Allah yang Maha Agung”. Yakni telah jatuh dalam kufur hakiki yang mengeluarkannya dari Islam sebagaimana dijelaskan demikian oleh al-Imam al-Bulqini dalam kitab Hasyiyah ar-Raudlah[1]. Asy-Syafi’i juga menyatakan tentang Haram bin Utsman, seorang yang hidup semasa dengannya dan biasa berdusta ketika meriwayatkan hadits: “Meriwayatkan hadits dari Haram (bin Utsman) hukumnya adalah haram”. Al-Imam Malik juga mencela (jarh) orang yang semasa dan tinggal di daerah yang sama dengannya; Muhammad bin Ishaq, penulis kitab al-Maghazi. Al-Imam Malik berkata: “Dia seringkali berbohong”. Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata tentang al-Waqidi: “al-Waqidi seringkali berbohong”. Siapakah Ahlussunnah Wal Jama’ah ? Memahami Ajaran Moderat Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan mayoritas umat Muhammad. Mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam dasar-dasar aqidah. Merekalah yang dimaksud oleh hadits Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam: فَمَنْ أَرَادَ بُحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ (رواه الحاكم وصحّحه والترمذي وقال حديث حسن صحيح) “Maka barang siapa yang menginginkan tempat lapang di surga hendaklah berpegang teguh pada al-Jama’ah; yakni berpegang teguh pada aqidah al-Jama’ah”. (Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim, dan at-Tirmidzi mengatakan hadits hasan shahih) Setelah tahun 260 H menyebarlah bid’ah Mu’tazilah, Musyabbihah dan lainnya. Maka dua Imam yang agung Abul Hasan al-Asy’ari (W. 324 H) dan Abu Manshur al-Maturidi (W. 333 H) -semoga Allah meridlai keduanya- menjelaskan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diyakini para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka, dengan mengemukakan dalil-dalil naqli (teks-teks al-Qur’an dan Hadits) dan ‘aqli (argumen rasional) disertai dengan bantahan-bantahan terhadap kesesatan-kesesatan kaum Mu’tazilah, Musyabbihah dan lainnya, sehingga Ahlussunnah Wal Jama’ah disandarkan kepada keduanya. Ahlussunnah akhirnya dikenal dengan nama al-Asy’ariyyun (para pengikut al-Imam al-Asy’ari) dan al-Maturidiyyun (para pengikut al-Imam al-Maturidi). Jalan yang ditempuh oleh al-Asy’ari dan al-Maturidi dalam pokok-pokok aqidah adalah sama dan satu. Al-Hafizh Murtadla az-Zabidi (W. 1205 H) dalam kitab Ithaf as-Sadah al-Muttaqin, berkata: الفصل الثاني؛ إذا أطلق أهل السنة فالمراد بهم الأشاعرة والماتريدية “Pasal Kedua: Jika dikatakan Ahlussunnah Wal Jama’ah maka yang dimaksud adalah al Asy’ariyah dan al Maturidiyyah”[2]. Mereka adalah ratusan juta ummat Islam (golongan mayoritas). Mereka adalah para pengikut madzhab Syafi’i, para pengikut madzhab Maliki, para pengikut madzab Hanafi dan orang-orang utama dari madzhab Hanbali (Fudhala’ al-Hanabilah). Sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam telah memberitahukan bahwa mayoritas ummatnya tidak akan tersesat. Alangkah beruntungnya orang yang senantiasa mengikuti mereka. Maka diwajibkan untuk penuh perhatian dan keseriusan dalam mengetahui aqidah al-Firqah an-Najiyah yang merupakan golongan mayoritas, karena ilmu aqidah adalah ilmu yang paling mulia disebabkan ia menjelaskan pokok atau dasar agama. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam ditanya tentang sebaik-baik perbuatan, beliau menjawab: إِيْـمَانٌ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ (رواه البخاري) “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. al-Bukhari) Sama sekali tidak berpengaruh, ketika golongan Musyabbihah mencela ilmu ini dengan mengatakan; “Ilmu ini adalah ‘Ilm al-Kalam al-Madzmum (Ilmu Kalam yang dicela) oleh Salaf. Mereka tidak mengetahui bahwa ‘Ilm al-Kalam al-Madzmum adalah yang dikarang dan ditekuni oleh Mu’tazilah, Musyabbihah dan ahli-ahli bid’ah semacam mereka. Sedangkan ‘Ilm al-Kalam al-Mamduh (Ilmu Kalam yang terpuji) yang ditekuni oleh Ahlussunnah maka sesungguhnya dasar-dasarnya telah ada di kalangan para Sahabat. Pembicaraan dalam ilmu ini dengan membantah ahli bid’ah telah dimulai pada zaman para Sahabat. Sayyidina Ali -semoga Allah meridlainya- membantah golongan Khawarij dengan hujjah-hujjahnya. Beliau juga membungkam salah seorang pengikut ad-Dahriyyah (golongan yang mengingkari adanya pencipta alam ini). Dengan hujjah-nya pula, beliau mengalahkan empat puluh orang Yahudi yang meyakini bahwa Allah adalah jism (benda). Beliau juga membantah orang-orang Mu’tazilah. Ibn Abbas -semoga Allah meridlainya- juga berhasil membantah golongan Khawarij dengan hujjah-hujjahnya. Ibn Abbas, al-Hasan ibn ‘Ali, ‘Abdullah ibn ‘Umar -semoga Allah meridlai mereka semua- juga telah membantah kaum Mu’tazilah. Dari kalangan Tabi’in; al-Imam al-Hasan al-Bishri, al-Imam al-Hasan ibn Muhammad Ibn al Hanafiyyah cucu sayyidina ‘Ali, dan khalifah ‘Umar ibn Abdul 'Aziz -semoga Allah meridlai mereka- juga telah membantah kaum Mu’tazilah. Dan masih banyak lagi ulama-ulama salaf lainnya, terutama al-Imam asy-Syafi’i -semoga Allah meridlainya-, beliau sangat mumpuni dalam ilmu aqidah. Demikian pula al-Imam Abu Hanifah, al-Imam Malik dan al-Imam Ahmad -semoga Allah meridlai mereka- sebagaimana dituturkan oleh al-Imam Abu Manshur al Baghdadi (W. 429 H) dalam Ushul ad-Din, al-Hafizh Abu al-Qasim ibn ‘Asakir (W. 571 H) dalam kitab Tabyin Kadzib al-Muftari, al-Imam az-Zarkasyi (W. 794 H) dalam kitab Tasynif al-Masami’ dan al-‘Allaamah al-Bayadli (W. 1098 H) dalam kitab Isyarat al-Maram dan lain-lain. Telah banyak para ulama yang menulis kitab-kitab khusus mengenai penjelasan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah seperti Risalah al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah karya al-Imam as-Salafi Abu Ja’far ath-Thahawi (W. 321 H), kitab al-‘Aqidah an-Nasafiyyah karangan al-Imam ‘Umar an-Nasafi (W. 537 H), al-‘Aqidah al-Mursyidah karangan al-Imam Fakhr ad-Din ibn ‘Asakir (W. 630 H), al-‘Aqidah ash-Shalahiyyah yang ditulis oleh al-Imam Muhammad ibn Hibatillah al-Makki (W. 599 H); beliau menamakannya Hada-iq al-Fushul wa Jawahir al-Ushul, kemudian menghadiahkan karyanya ini kepada sulthan Shalahuddin al-Ayyubi (W. 589 H) -semoga Allah meridlainya-, beliau sangat tertarik dengan buku tersebut sehingga memerintahkan untuk diajarkan sampai kepada anak-anak kecil di madrasah-madrasah, sehingga buku tersebut kemudian dikenal dengan sebutan al-‘Aqidah ash-Shalahiyyah. Sulthan Shalahuddin adalah seorang ‘alim yang bermadzhab Syafi’i, mempunyai perhatian khusus dalam menyebarkan al-‘Aqidah as-Sunniyyah. Beliau memerintahkan para muadzdzin untuk mengumandangkan al-‘Aqidah as-Sunniyyah di waktu tasbih (sebelum adzan shubuh) pada setiap malam di Mesir, seluruh negara Syam (Syiria, Yordania, Palestina dan Lebanon), Mekkah dan Madinah, sebagaimana dikemukakan oleh al-Hafizh as-Suyuthi (W. 911 H) dalam al-Wasa-il Ila Musamarah al-Awa-il dan lainnya. Sebagaimana banyak terdapat buku-buku yang telah dikarang dalam menjelaskan al-‘Aqidah as-Sunniyyah dan senantiasa penulisan itu terus berlangsung. [1] Kufur di sini bukan dalam pengertian kufur ni’mat. Tetapi dalam makna kufur hakiki yang mengeluarkan dari Islam. lihat Manaqib asy-Syafi’i, j. 1, h. 407. [2] Murtadla Az-Zabidi, Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ Ulumiddin, j. 2, h. 6



Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah Rububiyyah Dan Al Asma Wa Ash Shifat


Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah Rububiyyah Dan Al Asma Wa Ash Shifat
DOWNLOAD
Author : Dr. H. Kholilurrohman, MA
language : id
Publisher: NURUL HIKMAH PRESS
Release Date : 2019-05-01

Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah Rububiyyah Dan Al Asma Wa Ash Shifat written by Dr. H. Kholilurrohman, MA and has been published by NURUL HIKMAH PRESS this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2019-05-01 with Religion categories.


Kata Pengantar Para pengikut Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdil Wahhab adalah orang-orang yang paling getol menyematkan kata “bid’ah” (tabdi’), “sesat” (tadzlil), “fasiq” (tafsiq) terhadap perkara apapun; hanya karena perkara tersebut tidak ada di zaman Rasulullah dan para sahabatnya. Tidak segan mengatakan bahwa semua perkara semacam itu tempatnya adalah neraka. Saklek, mereka mengatakan setiap pelaku bid’ah adalah orang sesat, dan setiap orang sesat bertempat di neraka. Timbul pertanyaan sederhana; apakah mereka berani mengatakan Ibnu Taimiyah seorang yang sesat? Bukankah Ibnu Taimiyah orang yang pertamakali merintis pembagian tauhid kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan al-Asma’ wa ash-Shifat? Lebih luas akan kita bahas dalam buku ini sesungguhnya apa yang menjadi latar belakang Ibnu Taimiyah membuat pembagian tauhid kepada tiga bagian ini. Sesungguhnya tumpuan dan pondasi pokok dari ajaran-ajaran Ibnu Taimiyah adalah berangkat dari pemahaman tiga tauhid ini. Faham ekstrim apapun dari Ibnu Taimiyah, seperti pernyataannya bahwa Allah punya bentuk dan ukuran, Allah bersifat dengan sifat-sifat benda; seperti gerak, turun, naik, datang, bertempat, duduk, dan lainnya, lalu pernyataannya bahwa Allah memiliki anggota-anggota badan, kemudian pernyataan ektrim lainnya; seperti bahwa perjalanan (safar) untuk tujuan ziarah ke makam Rasulullah adalah perjalanan maksiat sehingga tidak boleh melakukan qashar shalat karenanya, juga pernyataan Ibnu Taimiyah bahwa tawassul dan tabarruk dengan para Nabi atau para Wali adalah perbuatan syirik, dan berbagai faham ekstrim lainnya; semua itu sesungguhnya kembali kepada pemahaman pembagian tauhid kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan al-Asma’ wa ash-Shifat ini. Para ulama kita yang hidup semasa dengan Ibnu Taimiyah dan Muhammad ibn Abdul Wahhab, atau yang datang sesudah keduanya, telah banyak menuliskan bantahan terhadap faham-faham ekstrim keduanya. Seandainya para ulama kita dahulu mengetahui betapa besar akibat dari faham yang dirintis oleh Ibnu Taimiyah dan Muhammad ibn Abdul Wahhab di kemudian hari setelah masa mereka; maka tulisan-tulisan bantahan dari para ulama kita akan jauh lebih banyak dan lebih kuat lagi terhadap berbagai faham dua orang kotroversial ini. Allah A’lam. Kholil Abu Fateh Al-Asy’ari asy-Syafi’i ar-Rifa’i al-Qadiri



Ayo Kita Tahlil


Ayo Kita Tahlil
DOWNLOAD
Author : Dr. H. Kholilurrohman, MA
language : id
Publisher: NURUL HIKMAH PRESS
Release Date : 2018-12-11

Ayo Kita Tahlil written by Dr. H. Kholilurrohman, MA and has been published by NURUL HIKMAH PRESS this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-12-11 with Religion categories.


Para ulama di seluruh penjuru dunia, dari dulu hingga sekarang, banyak yang telah membantah faham-faham yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, di antaranya adalah salah seorang guru besarnya sendiri, yaitu Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi, penulis Hawâsyî Syarh Ibn Hajar ‘Alâ Matn Bâ Fadlal. Bahkan saudara kandung Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri, yaitu Syekh Sulaiman bin Abdul Wahhab sangat mengingkari faham-fahamnya hingga beliau menulis dua risalah bantahan terhadapnya, yaitu as-Shawâiq al-Ilâhiyyah Fî ar-Radd ‘Alâ al-Wahhâbiyyah dan Fashl al-Khithâb Fî ar-Radd ‘Alâ Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb. Para ulama Hijaz, Syam, Mesir, Maroko, Yaman dan negara-negara timur dari kalangan madzhab Syafi’i, Hanafi, Maliki dan Hanbali telah banyak menulis bantahan terhadap Muhammad bin Abdul Wahhab. Seorang Mufti madzhab Hanbali di Mekah; Syekh Muhammad ibn Abdillah an-Najdi al-Hanbali (W 1295 H) dalam karyanya berjudul asSuhub al-Wâbilah ‘Alâ Dlarâ-ih al-Hanâbilah dalam menjelaskan biografi ayah Muhammad ibn Abdul Wahhab menuliskan bahwa antara ayah dan anak yang bahaya gerakannya ini cukup meluas terdapat perbedaan yang sangat jauh. Dan bahwa sang ayah (Abdul Wahhab) sangat murka kepada sang anak (Muhammad) karena anaknya tersebut tidak mau mempelajari Ilmu Fiqh seperti para pendahulunya. Sang ayah memiliki fifirasat bahwa kelak dari anaknya ini akan muncul perkara-perkara buruk, oleh karena itu ia mengingatkan kepada banyak orang: “Kalian kelak akan melihat dari Muhammad suatu keburukan”. Golongan ini banyak membuat kekacauan di kalangan umat Islam dalam banyak masalah agama, di antaranya masalah menghadiahkan bacaan al-Qur’an bagi orang-orang Islam yang telah meninggal. Mereka menyebarkan faham bahwa bacaan al-Qur’an tersebut tidak akan sampai. Lebih dari pada itu mereka memandang bid’ah sesat perbuatan tersebut, dan bahkan mangkafirkan para pelakunya. Na’ûdzu Billâh. Maka kami menyusun risalah ini, di dalamnya banyak memuat dalil dari hadits, atsar para Sahabat, Tabi’in, Atba’ at-Tabi’in, dan generasi Salaf secara umum, serta pernyataan para ulama dari empat madzhab dan dari madzhab Hanbali sendiri secara khusus yang membolehkan membaca alQur’an untuk mayit muslim. Dengan demikian risalah ini sekaligus sebagai bantahan terhadap kelompok Wahhabiyyah yang mengaku sebagai pengikut madzhab Hanbali, padahal mereka mengharamkan hal tersebut dan memandangnya sebagai bid’ah sesat.



Memahami Makna Bid Ah Secara Komprehensif


Memahami Makna Bid Ah Secara Komprehensif
DOWNLOAD
Author : Dr. H. Kholilurrohman, MA
language : id
Publisher: Abou Fateh
Release Date : 2018-04-09

Memahami Makna Bid Ah Secara Komprehensif written by Dr. H. Kholilurrohman, MA and has been published by Abou Fateh this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-04-09 with Religion categories.


“Perkara yang baru (Bid’ah atau Muhdats) tidak pasti tercela hanya karena secara bahasa disebut Bid’ah atau Muhdats, atau dalam pengertian keduanya. Melainkan Bid’ah yang tercela itu adalah perkara baru yang menyalahi sunnah, dan Muhdats yang tercela itu adalah perkara baru yang mengajak kepada kesesatan”