[PDF] Ambiguitas Perdamaian - eBooks Review

Ambiguitas Perdamaian


Ambiguitas Perdamaian
DOWNLOAD
READ

Download Ambiguitas Perdamaian PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Ambiguitas Perdamaian book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page



Ambiguitas Perdamaian


Ambiguitas Perdamaian
DOWNLOAD
READ
Author :
language : id
Publisher: Yayasan Obor Indonesia
Release Date :

Ambiguitas Perdamaian written by and has been published by Yayasan Obor Indonesia this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with categories.




Hadir Untuk Perdamaian Dari Poso Hingga Afghanistan


Hadir Untuk Perdamaian Dari Poso Hingga Afghanistan
DOWNLOAD
READ
Author : Farid Husain
language : id
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2020-12-17

Hadir Untuk Perdamaian Dari Poso Hingga Afghanistan written by Farid Husain and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2020-12-17 with Political Science categories.


Siapa mengira Amerika Serikat yang selama puluhan bahkan seratus tahun lebih menjadi ‘kiblatnya’ demokrasi menjadi paradoks sebagai negara yang ‘anti demokrasi’, bahkan muncul konflik, perebutan kekuasaan, diskriminasi dan korban nyawa. Baik dalam proses pemerintahan dibawah pimpinan Donald Trump, maupun saat proses pemilu dan peralihan kekuasaan dari Trump ke Biden. Fenomena yang hampir sama, bahkan belum kunjung usai, konflik terpendam, maupun konflik terbuka yang terjadi di negeri ini. Usai, konflik pilkada Jakarta, berlanjut ke Pemilihan Presiden, bahkan ketika dua kandidat yang bertarung Joko Widodo – Ma’ruf Amin dan Prabowo Sandiaga Uno sudah ‘akur’, berada dalam perahu yang sama di pemerintahan, para pendukung di bawah seakan belum selesai dalam konflik dengan judul, tema, dan pemicu yang beragam. Ini menujukkan bahwa sejatinya konflik memang ‘melekat’ pada manusia, bangsa, agama, lingkungan, interaksi, politik, dan lain sebagainya. Disisi lain, sejarah mencatat konflik juga akhirnya bisa diselesaikan dengan cara yang terhormat. Buku ini mengisahkan pengalaman hidup yang dialami oleh penulisnya dalam terlibat atau dilibatkan, hadir atau dihadirkan untuk perdamaian, baik pada level kabupaten di Poso, hingga level internasional di Afganistan. Memang, tidak semuanya berakhir dengan ‘indah’, karena dalam buku ini juga dikisahkan dengan pendekatan personal penulis, mengapa konflik yang satu selesai dan yang lain ‘menggantung’. Dalam kata pengantar buku ini Jusuf Kalla (JK) mengatakan Perdamaian merupakan kebutuhan mendasar bagi peradaban. Kita mempelajari itu dari sejarah. Tanpa perdamaian perjalanan sebuah bangsa dan negara akan pincang. Perdagangan terganggu, produktivitas merosot, perekonimian macet. Dalam keadaan yang demikian ‘perut lapar’ akan membuat kemarahan mudah tersulut. Kemakmuran yang menjadi tujuan bernegara, mustahil tercapai di tengah suasana konflik. Dan dalam pandangan JK, dalam buku ini esensinya disebutkan bahwa perdamaian dikemukakan secara terbuka maupun tersirat dimana penulis buku ini (Dr. Farid) tidak melihat perdamaian sebagai salah satu opsi, melainkan satu-satunya pilihan bila sebuah negara atau bangsa ingin maju. Lebih lanjut JK juga mengatakan, seperti juga sudah banyak dikisahkan dalam berbagai pemberitaan, Dr. Farid menjadi salah seorang yang dapat saya andalkan dalam berbagai penugasan krusial menangani konflik, mulai dari Poso, Ambon dan Aceh. Di setiap perundingan damai, peranan Dr. Farid tidak di belakang meja, melainkan terjun langsung untuk memastikan bahwa para pihak yang berkonflik datang ke meja perundingan dan memberi keyakinan bahwa perundingan akan berjalan baik. Dia pelobi hebat. Buku ini, pada walanya ditulis dan diterbitkan atas inisiatif saudara, keluarga teman, dan sahabat Dr. Farid dalam menyambut ulang tahunnya yang ke-70 pada 9 Maret 2020, namun karena pandemi Covid-19, acara itu ditunda. Secara bersaman, ketika almamaternya, Unhas membuka Pusat Studi Resolusi Konflik dan Demokrasi, maka oleh Unhas ini dijadikan momentum untuk diluncurkan. *** Perdamaian merupakan kebutuhan mendasar bagi peradaban. Sejarah telah membuktikan hal itu. Tanpa perdamaian, perjalanan sebuah bangsa dan negara akan pincang. Perdagangan terganggu, produktivitas merosot, perekonomian macet. Dalam keadaan yang demikian, “perut lapar” akan membuat kemarahan mudah tersulut. Kemakmuran yang menjadi tujuan bernegara, mustahil tercapai di tengah suasana konflik. Analisis itu selalu disampaikan oleh Bapak Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI 2004–2009 & 2014–2019). Beliau selalu menekankan hal itu kepada tim-nya, di mana penulis buku ini, dr. Farid Husain, menjadi tim inti dalam menjalankan tugas perdamaian, mulai dari Poso hingga terlibat dalam upaya proses perdamaian di Afghanistan. Boleh dikatakan, begitu paripurna tugas dr. Farid Husain hadir dalam perdamaian. Mulai dari tingkat kabupaten di Poso, provinsi di Maluku, nasional di Aceh dan Papua, regional (ASEAN) di Thailand Selatan, hingga global di Afghanistan. Pak JK selalu menegaskan betapa esensialnya perdamaian bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam lingkup yang kecil, hingga global. Dalam buku ini, Farid mengungkapkan baik secara terbuka maupun secara tersirat esensi perdamaian. Baginya, perdamaian bukan sebagai salah satu opsi, melainkan satu-satunya pilihan apabila sebuah daerah atau negara dan bangsa ingin maju. Sebagian dari isi buku ini pernah hadir pada buku karya Farid Husain sebelumnya, tetapi sebagiannya lagi ada materi baru yang genuine. Hadir lagi karena memang ada permintaan dari banyak kalangan, di samping untuk membentuk benang merah yang tidak terputus dari kisah sebelumnya yakni tentang peran kerja sosok pria yang bekerja bukan di belakang meja, melainkan terjun langsung untuk memastikan bahwa para pihak yang berkonflik datang ke meja perundingan dan memberi keyakinan bahwa perundingan akan berjalan baik. Tidak hanya itu. Setelah perdamaian dicapai melalui MoU, tugas lain yang (justru) lebih besar sudah ada di depan mata, yakni memastikan butir MoU diterapkan dan merawat perdamaian agar konflik tidak terjadi lagi. Kalau menggunakan analogi Pak JK sebagai pebisnis mobil, kesepakatan jual-beli mobil kadang dicapai tidak lebih dari 1–2 jam, tetapi memikirkan dan memberikan servis kepada pembeli bisa sampai kurun waktu sepuluh tahun ke depan. Dalam perdamaian pasca-konflik juga demikian. Tugas beratnya justru dalam implementasi MoU, dan itu membutuhkan komitmen serta kerja keras.



Keeping The Trust For Peace


Keeping The Trust For Peace
DOWNLOAD
READ
Author : Dr. Farid W. Husain, Sp.B, KBD
language : id
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2011-10-04

Keeping The Trust For Peace written by Dr. Farid W. Husain, Sp.B, KBD and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2011-10-04 with Architecture categories.


“Pat ujuen han pirang, pat prang tan reda.” (Tidak ada hujan yang tidak reda, tidak ada perang yang tidak berujung) —Peribahasa Aceh Saat buku ini disusun, penandatanganan kesepakatan damai oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005 telah berusia enam tahun. Dalam kurun waktu enam tahun itu, perdamaian di provinsi paling ujung barat Indonesia itu masih menghadapi tantangan, tidak kalah dengan yang dihadapi sebelum tercapainya kesepakatan damai. Penandatanganan MoU Helsinki memang sebuah peristiwa bersejarah yang harus dicatat dengan tinta emas, menandai berakhirnya konflik kedua belah pihak yang telah berlangsung selama 30 tahun lebih. Namun, itu sesungguhnya baru satu fase yang harus dilampaui. Dalam sebuah proses perdamaian, yang tidak kalah penting dan menentukan adalah fase sesudah dicapainya kesepakatan damai tersebut (selanjutnya disebut pasca-MoU). Itulah yang merupakan tahap yang menentukan kelanggengan dan kesejatian sebuah kesepakatan damai. Seiring berjalannya waktu, kekuatan dan kerapuhan sebuah kesepakatan damai dihadapkan dengan sejumlah ujian. Meminjam cara pandang yang pernah diungkapkan oleh Carl Philip Gottfried von Clausewitz, seorang ahli strategi militer zaman Presia, “To secure peace is to prepare for war”, yang dikutip oleh jurnal “Ambiguitas Perdamaian”, LIPI (2006), bahwa perang dan damai merupakan pasangan abadi bak sekeping mata uang. Sebuah perdamaian, meski dianggap bagai jembatan emas menuju kebahagiaan, mesti diwaspadai kerapuhannya yang dapat berbalik menjadi pertikaian berdarah-darah. Sebagai salah seorang anggota dan penanggung jawab tim perunding RI dalam proses perdamaian di Aceh, saya mengikuti dan terlibat sangat dekat dalam bagaimana panjang dan rumitnya proses perdamaian tersebut. Bukan hanya pada berbulan-bulan menjelang ditandatanganinya kesepakatan damai, tetapi juga bertahun-tahun sesudahnya, setidaknya sudah enam tahun sampai buku ini disusun, yang membawa saya kepada kesimpulan bahwa dalam menangani konflik untuk mencapai perdamaian, proses mencari dan menemukan bibit perdamaian, menanamkan perdamaian, serta kemudian menumbuhkembangkannya, adalah suatu proses yang berkesinambungan dan tidak boleh terputus atau terpisah. Tidak sedikit konflik yang berhasil diselesaikan atau mencapai perdamaian, tetapi kembali memunculkan konflik yang lebih besar, karena diabaikannya fase merawat dan menumbuhkembangkan perdamaian. Menurut peneliti dari Center for Strategic & International Studies (CSIS), Rizal Sukma, sekitar 50 persen konflik yang telah diselesaikan secara politik, terulang kembali dalam kurun waktu sepuluh tahun. Sementara itu, berbagai hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sekitar 30 persen konflik kembali terjadi dalam kurun waktu lima tahun. Rizal Sukma juga mengutip penelitian Doyle dan Sambanis dalam kajian “Naskah Akademik Penyusunan Manual”, ProPatria Institute (2009) menemukan bahwa untuk periode 1945-1999, sekitar 30 persen konflik kembali terjadi hanya dalam kurun waktu dua tahun. Dalam kajian lain ditemukan bahwa bahaya yang lebih besar mengancam jika perjanjian perdamaian yang telah dicapai tidak dapat dipertahankan, ketimbang jika tidak pernah dicapai perdamaian sama sekali sebelumnya. Konsekuensi kegagalan mungkin menyebabkan hilangnya kepercayaan dan saling menyalahkan di antara pihak-pihak yang ada. Kondisi seperti ini akan mengacaubalaukan seluruh proses (implementasi). Carlos Santiso, Peter Harris, dan David Bloomfield, dalam bukunya berjudul Memelihara Perjanjian Perdamaian, memberikan beberapa fakta. Dalam kajian IDEA (Institute for Democracy and Electoral Assistance), kejadian di Angola menunjukkan bahwa konsekuensi dari kegagalan Persetujuan Bicesse, ketika Jonas Savimbi menolak hasil pemilihan umum pertama pascakonflik pada tahun 1992 dan mengumumkan perang sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan dengan kekuatan senjata, menyebabkan kematian 300.000 penduduk. Contoh lain, di Rwanda pada tahun 1994, di mana ekstremis Hutu menolak perjanjian damai Arusha; konsekuensinya adalah pembantaian massal sekitar satu juta penduduk Rwanda. Pengalaman mengawal proses perdamaian di Aceh, sejak ia masih menjadi embrio hingga kemudian menemukan bibit dan menanam serta menumbuhkembangkannya, merupakan awal penggerak saya untuk menulis buku ini. Dalam buku yang saya tulis pada tahun 2007, To See the Unseen, Di Balik Damai di Aceh, telah diceritakan proses pencarian dan penemuan bibit perdamaian di Aceh, yang kemudian mewujud dalam penandatanganan MoU di Helsinki. Dalam buku tersebut, saya berusaha menggambarkan bahwa selain inisiatif dan upaya yang berlangsung di luar ruang perundingan formal, diperlukan—dan bahkan mutlak penting—pendekatan emosional informal untuk membangun rasa saling menghormati (mutual respect), yang dalam pengalaman perundingan kedua belah pihak, justru itu yang acap kali tercederai. Dalam enam tahun keterlibatan mengikuti dan mengawal perdamaian pasca-MoU, segera saya menyadari pula bahwa hal yang sama—kesalingpercayaan—bahkan makin diperlukan lebih besar lagi, sebab, pasca-MoU, kerja sama kedua belah pihak yang telah menyepakati perdamaian semakin intens di lapangan untuk mengimplementasikan MoU. Kesalingpercayaan kedua belah pihak sangat menentukan dalam implementasi MoU tersebut, sekaligus menjadi fondasi yang tak bisa ditawar bagi kelanggengan perdamaian. Sebagai kelanjutan dari To See the Unseen, maka dalam buku ini akan ditunjukkan bahwa ada sebuah benang merah yang sama pentingnya dengan proses menuju meja perundingan dan perundingan itu sendiri. Itu tak lain ialah upaya membangun rasa saling percaya (mutual trust) sebagai landasan merawat dan membangun perdamaian pasca-MoU, yakni masa-masa setelah kedua belah pihak yang bertikai menyelesaikan perundingan dan kembali kepada persoalan riil di lapangan: mengimplementasikan hal-hal yang telah disepakati dalam MoU. Dalam sejumlah kesempatan memberikan atau berbagi pengalaman tentang perdamaian, baik di kampus, lembaga pemerintah, maupun organisasi kemasyarakatan, di dalam ataupun di luar negeri, saya berupaya mengakomodasi harapan agar pengalaman menumbuhkembangkan perdamaian di Aceh, yakni sebuah kerja yang dilakukan pasca-MoU Helsinki, bisa didokumentasikan agar memberikan sumbangsih kepada kemanusiaan, alam, dan kedamaian sekaligus memberikan lesson learned kepada sejumlah pihak. Dalam perjalanan proses penyusunan buku ini, setidaknya ada lima hal yang menjadi dasar dan harapan. Pertama, sebagai pembelajaran bagi masyarakat, kaum intelektual, dan, khususnya, para pengambil keputusan dalam penanganan konflik, bahwa proses perdamaian adalah sebuah proses berjangka panjang, lama, serta membutuhkan komitmen yang serius dan penuh. Mencapai suatu kesepakatan damai saja baru merupakan satu fase penting yang harus diikuti fase lain, pascatercapainya kesepakatan damai tidak kalah—bahkan lebih—penting. Mempertimbangkan hal itulah maka, melalui buku ini, saya mencoba membagikan pemahaman dan pengalaman dalam memelihara dan merawat serta menumbuhkembangkan perdamaian di Aceh sebagai cara untuk membangun kesadaran di kalangan masyarakat, intelektual, dan para pengambil keputusan, bahwa proses penanganan pascakonflik dan pasca-MoU damai harus mendapat perhatian yang serius. Kedua, mengungkapkan berbagai hal yang belum terungkap, untold stories, dalam proses pascakonflik dan pasca-MoU. Kajian-kajian akademis ataupun laporan-laporan media massa sering kali sangat didasarkan pada sumber-sumber dan peristiwa-peristiwa formal. Sementara itu, ancaman terhadap upaya memelihara dan merawat perdamaian banyak sekali bersumber pada peristiwa-peristiwa di balik layar yang tidak terlihat di jalur-jalur formal. Dalam buku ini saya mencoba memperlihatkan berbagai peristiwa pada kurun waktu pasca-MoU yang berpotensi mengancam perdamaian, tetapi kemudian dapat diatasi berkat berbagai persuasi di lapangan melalui jalur-jalur yang tidak lazim sehingga perdamaian sampai saat ini masih langgeng. Ketiga, untuk menunjukkan pentingnya keseriusan dan komitmen penuh dari pihak-pihak yang berwenang sepanjang proses perdamaian. Itu tentunya jika ingin menciptakan perdamaian yang sejati. Dalam suatu konflik yang telah berlangsung puluhan tahun seperti yang terjadi di Aceh, pencapaian kesepakatan damai sering dianggap sebagai puncak dari proses. Dan ini menyebabkan kendurnya komitmen pascatercapainya kesepakatan. Padahal,berdasarkan pengalaman saya selama lebih dari delapan tahun terlibat dalam proses perdamaian di Aceh, komitmen itu harus utuh dari awal sampai akhir sehingga mendarah daging. Bahkan seandainya pun kewajiban dan pekerjaan kita secara formal tidak lagi menuntut hal itu. Keempat, buku ini ditulis untuk menunjukkan banyak faktor yang menentukan keberhasilan upaya memelihara dan merawat serta menumbuhkembangkan perdamaian. Kerja mewujudkan kesepakatan damai adalah sebuah pekerjaan besar berjangka panjang. Karena itu, keseriusan dari berbagai elemen masyarakat bukan hanya penting, melainkan merupakan keharusan. Kelima, dalam enam tahun perjalanan pasca-MoU, pasti tidak dapat dihindari terjadinya berbagai pendekatan yang kurang tepat, analisis masalah yang kurang akurat, informasi yang keliru, dan sebagainya. Buku ini berusaha mengurai kekusutan yang mungkin pernah terjadi dan menyajikannya sebagai pelajaran berharga bagi para pembaca.



Competition And Cooperation In Social And Political Sciences


Competition And Cooperation In Social And Political Sciences
DOWNLOAD
READ
Author : Isbandi Rukminto Adi
language : en
Publisher: Routledge
Release Date : 2017-12-01

Competition And Cooperation In Social And Political Sciences written by Isbandi Rukminto Adi and has been published by Routledge this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2017-12-01 with Social Science categories.


The book contains essays on current issues in Social and Political Sciences, such as the issues of governance and social order; social development and community development; global challenges and inequality; civil society and social movement; IT-based community and social transformation; poverty alleviation and corporate social responsibility; and gender issues. Asia and the Pacifi c are the particular regions that the conference focuses on as they have become new centers of social and political development. Therefore, this book covers areas that have been traditionally known as the social and political areas such as communication studies, political studies, governance studies, criminology, sociology, social welfare, anthropology and international relations.



Diplomasi Damai Santo Dan Sultan Jejak Perdamaian Dalam Perang Salib Yang Tak Banyak Diketahui


Diplomasi Damai Santo Dan Sultan Jejak Perdamaian Dalam Perang Salib Yang Tak Banyak Diketahui
DOWNLOAD
READ
Author : Paul Moses
language : id
Publisher: Pustaka Alvabet
Release Date :

Diplomasi Damai Santo Dan Sultan Jejak Perdamaian Dalam Perang Salib Yang Tak Banyak Diketahui written by Paul Moses and has been published by Pustaka Alvabet this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with Religion categories.


Pada 1219, ketika Perang SalibV berlangsung, St. Fransiskus dari Assisi menyeberangi garis pasukan Muslim untuk menemui Sultan Malik al-Kamil di kampnya di tepi Sungai Nil. Menawarkan perdamaian, ia meminta sang Sultan memeluk Kristen. Negosiasi tak membuahkan hasil. Namun, pertemuan itu mendorong gagasan revolusioner di kalangan Kristen. Kembali dari pertemuan, St. Fransiskus justru menganjurkan pengikutnya agar hidup damai dengan Muslim—sebuah keputusan revolusioner, sebab kala itu umat Kristen menggantungkan harapannya untuk mengubah keyakinan Muslim melalui peperangan. Selama bertahun-tahun, cerita itu hanya samar-samar terdengar. Dan, melalui buku ini, Paul Moses mengungkap informasi yang sangat sedikit diketahui perihal diplomasi damai antara sang Santo dan sang Sultan. Tak hanya mengisahkan kehidupan kedua tokoh tersebut, buku ini juga mengurai intrik politik dan gairah keagamaan pada zaman itu. Lebih dari petualangan dramatis, inilah kisah pergulatan orang kudus dan pendosa, kesetiaan dan pengkhianatan, serta cerita perang yang menggetarkan. Inilah bacaan penting bagi yang menginginkan perdamaian antara Barat dan dunia Islam.



Ujian Perdamaian


Ujian Perdamaian
DOWNLOAD
READ
Author : Salim Shahab
language : id
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2013-06-01

Ujian Perdamaian written by Salim Shahab and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2013-06-01 with Antiques & Collectibles categories.


Konflik vertikal yang terjadi di Aceh antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia selama hampir 30 ta- hun berakhir dengan perjanjian damai yang ditandatangani di Hel- sinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005. Perjanjian damai itu dike- nal dengan MoU Helsinki. Salah satu buah dari MoU itu ialah lahirnya Undang-Undang No- mor 11 Tahun 2006, atau yang lebih dikenal dengan Undang-Un- dang Pemerintahan Aceh (UUPA). Di dalam UUPA inilah diatur banyak hal, di antaranya tentang pelaksanaan pemilihan kepala dae- rah (pilkada), partai lokal, serta peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Pelaksanaan pilkada pertama era damai atau pasca-MoU Helsinki pada 2006 berlangsung relatif lancar, walaupun, seperti di banyak daerah lain, terjadi sejumlah insiden. Pada Pilkada 2006 inilah, ber- dasarkan UUPA, Aceh dibolehkan–bahkan sebagai yang pertama– menampilkan kandidat yang berasal dari independen/perseorangan. Dan, ternyata, calon dari jalur perseorangan-lah yang keluar seba- gai pemenang dan menjadi gubernur. Dia adalah Irwandi Yusuf, seorang mantan anggota GAM. Pada pilkada selanjutnya, merujuk UUPA, karena dengan ke-khu- sus-annya yang membolehkan berdirinya partai lokal di Aceh, maka calon independen tidak diperkenankan ada lagi. Menghadapi Pe- milihan Umum (Pemilu) 2009, berdirilah sejumlah partai lokal di Aceh. Satu di antaranya, yang menjadi pemenang dan mendapatkan kursi hampir 50% di DPRA, adalah partai lokal bernama Partai Aceh (PA). Sebagian besar pengurus dan anggota di DPRA adalah mantan petinggi dalam struktur GAM. Menghadapi pilkada tahap kedua era damai, masalah mulai mun- cul ketika pada 30 Desember 2010 Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan judicial review Pasal 256 UUPA yang diajukan oleh empat warga Aceh. Inti permintaannya adalah mencabut Pasal 256 UUPA yang hanya membolehkan calon independen sekali (tahun 2006 saja). DPRA merasa dilangkahi oleh MK karena ketika me- ngabulkan permintaan tersebut tidak melakukan konsultasi dan pertimbangan DPRA. Padahal, dalam UUPA Pasal 269 ayat (3) dinyatakan secara jelas ketentuan tersebut. Di sisi lain, keputusan MK bersifat final dan mengikat. Dari sini kemudian terjadi tarik-menarik kekuatan. Komisi Inde- penden Pemilihan (KIP) Aceh dan Gubernur sebagai penanggung jawab pelaksana berkeinginan melaksanakan pilkada sesuai dengan jadwal dan merujuk pada keputusan MK. Sementara itu, DPRA ti- dak menyetujui. Akibatnya, DPRA “menyandera” peraturan daerah (qanun). KIP dan Gubernur pun tetap akan melaksanakan pilkada walau dengan payung hukum yang lama. PA menyatakan menolak, bahkan mengancam akan memboikot pilkada. Irwandi sebagai gu- bernur berniat maju kembali mencalonkan diri melalui jalur inde- penden/perseorangan. Konflik regulasi dalam (persiapan) pelaksanaan, menjalar menjadi konflik antar-institusi antara eksekutif dan legislatif, konflik antar- elite, hingga konflik horizontal antar-pendukung. Namun, jika dili- hat bahwa mereka yang ada dalam tarik-menarik ini adalah sesama mantan GAM, maka boleh dibilang yang terjadi adalah konflik GAM versus GAM. Akibatnya, pecah insiden kekerasan yang me- nyebabkan belasan orang tewas. Belum lagi kerugian materiil dan moril yang sulit untuk dihitung. Perhatian nasional, bahkan in- ternasional, pun mulai tertuju ke Aceh. Perdamaian Aceh menjadi “terancam”. Pemerintah pusat dan para pemangku kepentingan perdamaian Aceh “mensyaratkan” PA harus ikut dalam kontes Pilkada Aceh guna berjalannya pemerintahan daerah Aceh selama lima tahun ke depan. Pemerintahan yang efektif bisa dihasilkan lewat pemilih- an umum kepala daerah (pemilukada) yang diikuti oleh segenap kekuatan politik yang riil, yang ada di Aceh. Upaya mengubah sikap PA, sebagai sebuah kekuatan politik terbesar di Aceh, yang menolak (bahkan mengancam akan memboikot) supaya menerima pilkada merupakan sebuah proses yang tidak mudah. Dan akhirnya, pada 20 Januari 2012, PA mendaftarkan diri ikut pilkada. Pada 7 Maret 2012, KIP menyatakan calon dari PA lolos verifikasi



Handbook Studi Perdamaian Dan Konflik


Handbook Studi Perdamaian Dan Konflik
DOWNLOAD
READ
Author : Johan Galtung & Chrles Webel
language : id
Publisher: Nusamedia
Release Date : 2018-03-01

Handbook Studi Perdamaian Dan Konflik written by Johan Galtung & Chrles Webel and has been published by Nusamedia this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-03-01 with Social Science categories.


Pentingnya mengamankan perdamaian internasional diakui oleh orang-orang hebat generasi sebelumnya. Tetapi kemajuan teknis jaman kita telah mengubah postulat etika ini menjadi masalah hidup dan mati bagi umat manusia yang beradab hari ini, dan menjadikan mengambil bagian aktif dalam solusi untuk masalah perdamaian sebagai kewajiban moral yang tak dapat dipungkiri oleh orang yang punya hati nurani.



Pendidikan Perdamaian Confidence Building Measures Dampak Konflik Poso


Pendidikan Perdamaian Confidence Building Measures Dampak Konflik Poso
DOWNLOAD
READ
Author : Dr. Arifuddin Uksan
language : id
Publisher: CV Jejak (Jejak Publisher)
Release Date : 2024-03-24

Pendidikan Perdamaian Confidence Building Measures Dampak Konflik Poso written by Dr. Arifuddin Uksan and has been published by CV Jejak (Jejak Publisher) this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2024-03-24 with Antiques & Collectibles categories.


Dinamika konflik sosial yang terjadi di Poso berkaitan erat dengan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). Eskalasi konflik dengan korban jiwa dan kerugian materi yang besar terjadi pada periode transisi pasca Orde Baru, yaitu antara tahun 1998-2004. Kekerasan dan konflik sosial cenderung mengalami penurunan pada periode 2004 hingga saat ini. Akan tetapi, konflik sosial telah menemui fase baru pasca 2014, di mana sebagian besar isu mengarah kepada etno-religius. Isu ini kian memanas karena bertepatan dengan tahun-tahun politik, terutama pada 2016-2019. Isu etnis maupun agama pada periode ini telah dimanfatkan dan memiliki posisi sentral dalam menciptakan polarisasi, ketegangan, dan konflik sosial di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis latar belakang terjadinya konflik dan dinamika konflik Poso serta menganalisis penguatan dalam pendidikan perdamaian (Peace Education) sebagai Confidence Building Measures dampak konflik Poso guna mendukung keamanan nasional. Penelitian ini mengkaji tentang penguatan dalam pendidikan perdamaian (Peace Education) sebagai Confidence Building Measures dampak konflik Poso guna mendukung keamanan nasional, dengan menggunakan penelitian kualitatif, yakni memberikan makna di balik data-data, fakta-fakta, fenomena secara komprehensif dengan pendekatan pendidikan, hukum, historis. Adapun sumber data utama dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari penelitian lapangan (field research) melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Sumber data sekunder adalah buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan, artikel-artikel otoritatif yang ditulis oleh ahlinya. Pendidikan perdamaian menjadi salah satu alternatif yang berperan penting dalam mencegah dan meredam terjadinya konflik sosial berdimensi SARA. Pendidikan perdamaian merupakan cara jangka panjang yang dapat dilakukan dalam meminimalisir terjadinya konflik-konflik sosial yang dapat dilakukan secara formal melalui jenjang pendidikan di sekolah maupun secara informal di kehidupan sehari-hari melalui keluarga, dan sosial kemasyarakatan dalam mewujudkan perdamaian positif sebagai Confidence Building Measures.



Konflik Dan Perdamaian Etnis Di Indonesia


Konflik Dan Perdamaian Etnis Di Indonesia
DOWNLOAD
READ
Author : Samsu Rizal Panggabean
language : id
Publisher: Pustaka Alvabet
Release Date : 2018-09-01

Konflik Dan Perdamaian Etnis Di Indonesia written by Samsu Rizal Panggabean and has been published by Pustaka Alvabet this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-09-01 with categories.


SINOPSIS “Selama hampir dua dekade, Rizal Panggabean mempelajari konflik etnis dan menuliskannya. Namun, dia melakukan lebih dari sekadar itu: Dia juga memanfaatkan wawasan dari penelitian dan ilmu pengetahuan ini untuk mengakhiri konflik, seringkali dengan melibatkan para pihak dalam konflik yang dia pelajari dan berusaha mendapatkan wawasan dari mereka. Sebagai teman dan rekan penulis, bersamanya selalu menginspirasi saat menyaksikan upayanya yang tak kenal lelah dalam menyelesaikan konflik yang tiada hentinya.” —Benjamin Smith, University of Florida “Pertanyaan yang membingkai buku Rizal Panggabean ini sederhana: Mengapa kekerasan terjadi di sebuah tempat dan tidak di tempat lain. Kesederhanaan bingkai studinya menolak berbagai teori konspirasi dan analisis jalan pintas. Dia melihat dengan tajam kejadian di beberapa daerah, dan mencari jawab. Dia bahas juga yang tak terjadi–nirperistiwa–untuk menerangkan yang terjadi. Dari tulisan ini, kita mengerti lebih banyak apa dan siapa yang berkontribusi pada peristiwa kekerasan yang ditelitinya di Surakarta dan Ambon.” —Sandra Hamid, The Asia Foundation “Buku ini merupakan bacaan mutlak bagi semua orang yang ingin mencegah atau mengatasi konflik Pribumi-Tionghoa dan Islam-Kristen, jenis-jenis konflik yang hampir pasti akan mengguncang perdamaian politik di Indonesia pada masa depan. Data yang dikumpulkan Rizal Panggabean, ilmuwan politik ternama dari Universitas Gadjah Mada, bersifat orisinal, peka, lengkap, dan cermat. Oleh karena itu, argumen pokoknya, bahwa peran dan strategi aktor negara lebih penting ketimbang ciri dan pemilahan kelompok, amat meyakinkan.” —R. William Liddle, Profesor Emeritus Ohio State University “Buku ini menghadirkan paparan baru mengenai konflik komunal yang merusak proses transisi demokrasi Indonesia. Berbeda dari sebagian besar penjelasan yang hanya fokus pada wilayah-wilayah kekerasan, Rizal dengan cermat membandingkan kota-kota yang damai dan mengalami kekerasan lalu mengajukan penjelasan konflik yang baru: variasi preferensi politis dari aparat keamanan negara. Gagasan-gagasan yang didapat dari Indonesia ini tak ternilai harganya bagi para sarjana perbandingan demokratisasi di seluruh dunia, khususnya yang mempelajari pengaruh transisi rezim terhadap politik etnis.” —Sana Jaffrey, University of Chicago



Resolusi Konflik Dalam Masyarakat Melalui Teori Perdamaian Perspektif Al Qur An


Resolusi Konflik Dalam Masyarakat Melalui Teori Perdamaian Perspektif Al Qur An
DOWNLOAD
READ
Author : Dr. H.M. Bukhari Muslim, S.Q, M.H.
language : id
Publisher: Publica Indonesia Utama
Release Date :

Resolusi Konflik Dalam Masyarakat Melalui Teori Perdamaian Perspektif Al Qur An written by Dr. H.M. Bukhari Muslim, S.Q, M.H. and has been published by Publica Indonesia Utama this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with Family & Relationships categories.


Berpijak pada kondisi dan realita dinamika kehidupan sosial masyarakat, agama dijadikan alasan pembenaran, maka agama yang sudah pasti mengajarkan kedamaian dan ketenteraman, akan terasa tidak relevan lagi untuk dijadikan pedoman. Namun, jika ajaran agama diaplikasikan sebagaimana mestinya dan juga dipahami dengan benar dan tidak dikesampingkan, maka agama dalam hal ini Islam yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur`an pasti relevan dan dapat memberikan solusi pada tiap permasalahan yang ada. Menyoal tentang relevansi agama, dalam hal ini Islam dengan situasi dan kondisi objektif dalam kehidupan sosial masyarakat cenderung tidak stabil akibat rentannya konflik vertikal atau horisontal sangat menarik untuk disimak, terlebih lagi jika pembahasan tersebut sampai pada resolusi dengan perdamaian dalam perspektif Al-Qur`an. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya ajaran Islam, sebagaimana yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur`an, mengajarkan agar manusia menciptakan suasana harmoni, damai, aman, dan tentram dalam kehidupan. Islam sangat tidak menyukai perilaku anarkis dan konflik yang berkepanjangan. Para pemuka Islam, seperti ulama, kyai, ustadz atau muballigh senantiasa mengingatkan masyarakat Islam agar menyebarkan kedamaian dalam kehidupan manusia. Oleh karena demikian, jika terjadi keadaan berbeda pada para pemeluk agama Islam, maka sudah pasti ada yang tidak beres.