[PDF] Berteriak Ke Langit - eBooks Review

Berteriak Ke Langit


Berteriak Ke Langit
DOWNLOAD

Download Berteriak Ke Langit PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Berteriak Ke Langit book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page



Berteriak Ke Langit


Berteriak Ke Langit
DOWNLOAD
Author : Yuliza Mugi Hartika
language : id
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Release Date : 2013-05-06

Berteriak Ke Langit written by Yuliza Mugi Hartika and has been published by Gramedia Pustaka Utama this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2013-05-06 with Juvenile Nonfiction categories.


Walaupun aku lahir di keluarga yang amat sederhana, tapi mimpiku tidak sederhana. Aku mempunyai mimpi besar, amat besar untuk gadis biasa sepertiku yang lahir di sebuah kota kecil bernama Baturaja, Provinsi Sumatra Selatan. Mimpi yang menggaung hebat di benakku: sekolah tinggi dan menjadi sukses, kudapat dari ayahku. Sedangkan Ibu, ia mewarisi semua kebaikan dari sosok ibu dan istri yang didambakan banyak orang. Keikhlasan, kemandirian, menjaga harga diri seorang perempuan, dan selalu bersyukur pada Tuhan-lah yang mengiringi perjalanan hidup menuju mimpi-mimpi besarku itu. Sekarang, semua mimpi yang pernah kuteriakkan ke langit, telah terwujud. Dari gadis dusun, aku menjelma bak putri yang dikitari pesona dunia. Tuhan sungguh Maha Mendengar. Banyak orang berpikir bahwa semua kenyamanan yang aku dapat adalah sebuah keberuntungan. Mereka melupakan sesuatu, bahwa kesuksesan yang aku dapat diawali oleh kerja keras dan air mata yang panjang. Namun di balik semua itu, kebaikan-Nya-lah yang membuat mimpi indah itu menjadi kenyataan. Tak banyak yang tahu bahwa kesuksesan yang aku raih tidak berjalan mulus begitu saja, sama halnya dengan kisah cintaku. Beberapa kali aku mengalami patah hati. Dan sekali mendapat pujaan hati, begitu kencang godaan yang menghampiri. Novel inspiratif Berteriak ke Langit adalah kisah nyata seorang wanita yang berjuang menggapai semua mimpinya, dari titik nol. Dari anak guru ia bermetamorfosis menjadi pebisnis wanita yang sangat sukses. Dan hebatnya, kesuksesannya itu tidak membuatnya silau. Ia tetap wanita sederhana yang rendah hati, berjiwa sosial tinggi, dan seorang istri yang sangat mencintai keluarganya



Zarathustra


Zarathustra
DOWNLOAD
Author : Nietzsche
language : id
Publisher: IRCiSoD
Release Date :

Zarathustra written by Nietzsche and has been published by IRCiSoD this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with Philosophy categories.


FRIEDRICH NIETZSCHE (1844-1900) ADALAH FILSUF MODERN YANG PALING DISALAH MENGERTI DAN DIGAMBARKAN DENGAN KELIRU. UNGKAPANNYA “TUHAN TELAH MATI”, KEKERASAN HATINYA BAHWA MAKNA KEHIDUPAN HARUS DICARI DALAM KERANGKA-KERANGKA MANUSIAWI SEPENUHNYA. DOKTRINNYA TENTANG MANUSIA-UNGGUL, DAN KEHENDAK UNTUK KUASA, SEMUA DIAMBIL ALIH DAN DIPUTARBALIKKAN, DIPUTARBALIKKAN ANTARA LAIN OLEH PARA INTELEKTUAL NAZI. ZARATHUSTRA ADALAH SATU PENGEMBARAAN SPIRITUAL MENJELAJAHI DUNIA MODERN. OLEH KARENA ITU, BUKU INI MEMILIKI NILAI SPIRITUAL YANG SANGAT TINGGI BAGI KITA DALAM MEMBERI PENILAIAN ATAS SEORANG PEMIKIR ORISINAL YANG CEMERLANG, YANG PENGARUHNYA SANGAT BESAR TERHADAP PARA PENULIS ABAD KEDUA PULUH, SEPERTI FRANZ KAFKA, W.B. YEATS, ANDRE GIDE, BERNARD SHAW, JEAN-PAUL SARTRE, ALBERT CAMUS, DAN IQBAL.



Kidung Maut Bulan Purnama


Kidung Maut Bulan Purnama
DOWNLOAD
Author : Zhaenal Fanani
language : id
Publisher: Pantera Publishing
Release Date : 2020-12-31

Kidung Maut Bulan Purnama written by Zhaenal Fanani and has been published by Pantera Publishing this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2020-12-31 with Fiction categories.


MEMASUKI kawasan berbatu di sebelah kanan kedung, orang yang melangkah mendadak berhenti. Lalu melompat naik pada salah satu batu. Kepalanya lurus memandang ke depan. Karena yang berada di kawasan itu adalah Ratu Pemikat, maka mau tak mau orang ini untuk beberapa saat memandang tajam ke arah si perempuan. Tiba-tiba raut wajah orang ini berubah. Dari mulutnya terdengar gumaman. Di lain pihak, Ratu Pemikat tampak sunggingkan senyum, lalu palingkan ke hamparan pasir di depan kedung. Terdengar suara perempuan ini. “Selamat jumpa lagi, Pendekar 131! Bagaimana kabarmu?!” sambil berkata Ratu Pemikat terdengar tertawa bernada mengejek. Orang yang baru disapa sesaat terdiam. Namun kejap lain orang ini telah menyahut. “Selamat jumpa lagi, Ratu…! Bagaimana kabarmu?!” “Sudah kuduga kalau kau akan muncul malam ini! Hik…. Hik…. Hik…! Dan ini adalah babak terakhir dari peristiwa tempo hari!” ujar Ratu Pemikat tanpa berpaling lagi. Malah perempuan ini berujar seraya memandang hamparan langit yang terang benderang. Orang yang berada di belakang Ratu Pemikat ikut-ikutan mendongak. “Aku pun sudah menduga kalau kau akan muncul malam ini! Hik…. Hik…. Hik…! Dan ini adalah awal dari lanjutan peristiwa tempo hari!” Nada bicara dan ucapan orang ini seakan menirukan ucapan dan nada ucapan Ratu Pemikat. Ratu Pemikat sudah hendak buka mulut lagi, namun sebelum suaranya terdengar, tiba-tiba dari arah seberang, tepatnya dari tempat Iblis Rangkap Jiwa berada terdengar teriakan keras membahana. “Anjing buntung! Malam ini nyawamu tidak akan lolos lagi!” Orang yang berada di belakang Ratu Pemikat arahkan pandangannya pada Iblis Rangkap Jiwa. Orang ini ternyata adalah seorang pemuda berparas tampan. Hanya saja dia tidak memiliki tangan! Pemuda ini bukan lain adalah Dewa Orok. Kalau saat kemunculannya Ratu Pemikat sempat menyapanya dengan Pendekar 131, itu karena pada saat Ratu Pemikat dan Dewa Orok berjumpa beberapa hari yang lalu, Dewa Orok memperkenalkan diri sebagai Pendekar 131. Dewa Orok tidak menduga kalau Ratu Pemikat sebenarnya sudah mengenal betul siapa Pendekar 131. Dan kalau Iblis Rangkap Jiwa tampak membayangkan kemarahan, ini tidak lain karena laki-laki gundul ini memang punya urusan tersendiri dengan Dewa orok. Seperti diketahui, Malaikat Penggali Kubur memerintahkan pada Iblis Rangkap Jiwa untuk membunuh Dewa Orok sebagai tebusan nyawanya. Pada satu kesempatan, Iblis Rangkap Jiwa bersama Ratu Pemikat memang berhasil melumpuhkan Dewa Orok, namun saat itu Ratu Pemikat memberi usul agar nyawa Dewa Orok diperpanjang dahulu. Lalu mereka berdua meninggalkan Dewa Orok di satu tempat sepi dalam keadaan tertotok dan tertanam setelah sebelumnya Ratu Pemikat mengambil bundaran karet yang biasa dibuat mainan Dewa Orok. Pada akhirnya Ratu Pemikat, lebih-lebih Iblis Rangkap Jiwa harus menelan kecewa, karena ternyata Dewa Orok bisa lolos. (Lebih jelasnya silakan baca serial Joko Sableng dalam episode : "Muslihat Sang Ratu”). Meski Ratu Pemikat tampak tertawa dan Iblis Rangkap Jiwa perdengarkan bentakan keras, namun dalam dada masing-masing orang ini timbul ganjalan yang tidak enak. Ini karena baik Ratu Pemikat dan Iblis Rangkap Jiwa telah mengatakan pada Malaikat Penggali Kubur kalau Dewa Orok mereka yakini pasti sudah tewas, walau kedua orang ini tahu persis jika Dewa Orok selamat dari cengkeramannya. Kalau Iblis Rangkap Jiwa dan Ratu Pemikat tampak memendam ganjalan tidak enak dan sama-sama berpikir apa yang harus dikatakannya nanti kalau Malaikat Penggali Kubur datang, Dewa orok sendiri sebenarnya dilanda rasa gundah. Seperti diketahui, sebelum Ratu Pemikat dan Iblis Rangkap Jiwa meninggalkannya dalam keadaan tertanam dan tertotok, Ratu Pemikat telah ambil bundaran karetnya. Malah Dewa Orok tidak tahu kalau bundaran karet itu kini telah diserahkan Ratu Pemikat pada Malaikat Penggali Kubur sebagai bukti kalau mereka telah membunuh Dewa Orok. Padahal, justru di bundaran karet mirip dot bayi itulah kekuatan Dewa Orok. Tanpa adanya bundaran karet, kekuatan Dewa Orok tidak ada apa-apanya. Dia hanya dapat kerahkan ilmu peringan tubuh tanpa bisa kerahkan tenaga dalam. “Sebelum Malaikat Penggali Kubur muncul, lebih baik pemuda buntung itu kuselesaikan dahulu!” pikir Iblis Rangkap Jiwa. Dan sebenarnya apa yang menjadi pikiran Iblis Rangkap Jiwa, terlintas juga pada Ratu Pemikat. Sementara itu, di atas puncak batu bercadas putih, tiba-tiba Raden Mas Antar Langit sudah lambaikan kedua tangannya pada Dewa Orok sambil berteriak. “Hai, Sobat lama! Senang bisa jumpa lagi denganmu! Mana perempuan yang bersamamu dulu?!” Mungkin karena tidak memiliki tangan untuk balas melambai, Dewa Orok akhirnya membuat gerakan satu kali. Wuuutt! Sosoknya melesat dua tombak ke udara. Membuat gerakan jungkir balik satu kali lalu meluncur lagi ke bawah. Ketika sosoknya kembali ke atas batu, pemuda bertangan buntung ini telah tegak dengan kedua kaki di atas dan kepala di bawah sebagai tumpuan tubuhnya! Dewa Orok gerakkan kedua kakinya melambai-lambai. Lalu terdengar suaranya. “Hai, Sobat lama! Gembira sekali bisa jumpa lagi dengan kalian! Perempuan tempo hari itu terpaksa kutinggal, karena terlalu cerewet! Aku ingin tanya pada kalian. Karena kulihat kalian datang lebih dahulu!” “Silakan, silakan! Kau hendak tanya apa?!” kata Raden Mas Antar Langit. “Ada apa sebenarnya di tempat ini?! Aku merasa indahnya suasana tidak seirama dengan pemandangan sekitar! Ada beberapa mata memandang beringas mendelik! Ada juga wajah-wajah gelisah dan tegang! Hatiku jadi ikut-ikutan berdebar!” Raden Mas Antar Bumi yang bertelanjang dada menyahut teriakan Dewa Orok. “Kau tak usah berdebar-debar! Ini tempat pasar jodoh! Kau boleh memilih perempuan mana yang kau suka dan cocok di hatimu! Ketegangan wajah-wajah mereka karena mereka tak sabar ingin segera dipilih!” “Aku boleh memilih mana yang kusuka dan cocok di hatiku?!” ulang Dewa Orok. “Aku tidak mengenal mereka. Mau di antara kalian memperkenalkan mereka?!” Raden Mas Antar Bumi arahkan telunjuknya pada Ni Luh Padmi yang tegak dan sedari tadi kancingkan mulut. Lalu orang ini mulai bersuara. “Dia adalah seorang nenek berwajah cantik jelita dari tanah seberang. Dia dikenal dengan nama Ni Luh Padmi…. Ukuran tubuhnya akan kukatakan nanti setelah aku memperkenalkan mereka satu persatu!” Paras muka si nenek kontan berubah. Bukan hanya karena ucapan orang, lebih dari itu karena orang telah tahu siapa dirinya! Raden Mas Antar Bumi tidak perhatikan perubahan wajah si nenek. Dia gerakkan telunjuknya dan kini mengarah pada Putri Sableng. “Yang itu aku belum sempat tanyakan siapa namanya meski tadi aku sempat bercakap-cakap! Tapi kurasa dia tidak keberatan kalau kusebut Ratu….” Raden Mas Antar Bumi tidak jadi lanjutkan keterangannya. Sementara paras muka Putri Sableng tampak memberengut sambil perdengarkan gumaman. Sepasang matanya mendelik besar-besar. “Ah, kalau Ratu kurasa kurang cocok!” lanjut Raden Mas Antar Bumi. “Kusebut saja Gadis Malam…. Wajahnya tidak usah diragukan lagi! Demikian pula segalanya!” Meski Putri Sableng terlihat makin mendelik, namun sesaat kemudian gadis berjubah merah ini telah perdengarkan tawa cekikikan! Raden Mas Antar Bumi kini arahkan telunjuknya pada Dewi Siluman. Yang ditunjuk sudah perdengarkan dengusan. Namun mau tak mau dia menunggu juga. “Yang itu aku tadi mendengar dia sebutkan diri dengan Dewi Siluman. Tapi aku lebih suka memanggilnya si Jubah Hitam! Yang ini punya keistimewaan tersendiri…. Dia….” Raden Mas Antar Bumi tidak teruskan bicaranya. Melainkan berpaling pada temannya dan berkata. “Kau saja yang beri keterangan!” Raden Mas Antar Langit angkat bahunya. Melihat sekilas pada Dewi Siluman di bawah sana. Yang dipandang tampak mendongak dengan mata berkilat-kilat dan tubuh bergetar. Raden Mas Antar Langit menelan ludah dahulu lalu buka mulut. “Si Jubah Hitam itu…. Tidak mengenakan apa-apa lagi di balik jubah hitamnya!” Raden Mas Antar Langit tahan suara tawanya yang hampir saja meledak. Tapi tidak demikian halnya dengan Putri Sableng. Gadis ini langsung saja tertawa cekikikan! Dewi Siluman tak dapat lagi tahan kesabaran. Kedua tangannya yang sedari tadi sudah terangkat segera saja disentakkan ke atas. Wuuttt! Wuuutt! Terdengar dua suara deruan. Saat bersamaan terlihat dua gelombang menghampar di atas pasir lalu menggebrak ganas ke puncak batu cadas putih! Raden Mas Antar Langit dan Raden Mas Antar Bumi buru-buru rebahkan diri sejajar dengan batu cadas di mana mereka berada. Brakk! Brakkk! Bibir puncak batu cadas putih pecah berantakan di dua tempat. Pecahan batu cadas sejenak tampak bertabur di atas hamparan pasir yang membentang membelah kawasan berbatu. “Kau cari gara-gara saja!” gumam Raden Mas Antar Langit. “Bukan cari gara-gara. Sobat lama kita ingin tahu. Apa salahnya kita memberi keterangan?!” sahut Raden Mas Antar Bumi. Kedua orang ini lantas merangkak ke bibir batu cadas putih dan mungkin takut diserang lagi, keduanya hanya menampakkan kepala masing-masing. Sementara di bawah sana, Dewi Siluman tampak bantingkan kaki kanannya. Sebenarnya perempuan ini hendak lepaskan pukulan lagi, tapi setelah melihat jaraknya terlalu jauh, dia urungkan niat. Apalagi dilihatnya kedua orang di puncak batu kini arahkan pandangannya pada Ratu Pemikat yang tegak tidak jauh dari Dewa Orok. “Sobat lama!” kata Raden Mas Antar Bumi. “Kulanjutkan keterangan yang kau minta. Perempuan di depanmu itu kalau tidak salah bergelar….” Raden Mas Antar Bumi dekatkan telinganya pada mulut Raden Mas Antar Langit. Lalu mengangguk-angguk. Saat lain dia lanjutkan ucapannya. “Dia bergelar Dewi Asmara alias Ratu Penjilat!” “Dewi Asmara alias Ratu Pemikat!” seru satunya. “Ah. Betul! Aku tadi salah ucap. Yang betul Dewi Asmara alias Ratu Pemikat!” teriak Raden Mas Antar Bumi membetulkan ucapannya. “Soal wajah dijamin! Bentuk tubuh tak usah dibilang lagi! Cuma ada sedikit sayangnya….” “Kau bilang cuma sedikit ada sayangnya. Apa itu?!” seru Dewa Orok. “Dia lebih senang pada celana butut laki-laki daripada tubuh laki-laki itu sendiri! Hik…. Hik…. Hik…!” Ratu Pemikat tampak kernyitkan dahi mendengar ucapan orang. Dia sama sekali tidak menduga kalau kedua orang itu bukan saja mengetahui siapa saja yang ada di situ, namun juga tahu siapa dia sebenarnya! Ini lebih meyakinkan si perempuan kalau alasan yang dikemukakan dua orang berwajah hitam tadi hanyalah dusta belaka! Namun Ratu Pemikat tidak mau terus menduga-duga siapa adanya kedua orang berwajah hitam. Karena saat itu pikirannya sedang dibuncah dengan urusan bagaimana menyelesaikan Dewa Orok sebelum Malaikat Penggali Kubur muncul. Sementara di puncak batu bergubuk hitam, Iblis Rangkap Jiwa makin gelisah. Ia sesekali menghela napas dengan mata mendelik pada Dewa Orok di seberang sana. Dalam hati dia berharap Ratu Pemikat cepat bertindak. Laki-laki berkepala gundul ini tidak berani langsung turun tangan. Dia khawatir orang di tempat itu akan curiga. Sementara Ratu Pemikat sendiri tampaknya harus berpikir dua kali untuk menghadapi Dewa Orok. Pengalamannya tempo hari waktu jumpa dengan Dewa Orok membuat perempuan ini bimbang. Saat itu kalau saja Iblis Rangkap Jiwa tidak segera muncul, niscaya dia akan kesulitan menghadapi Dewa Orok. Malah dia waktu itu sudah dalam keadaan terjepit! Melihat Ratu Pemikat belum juga lakukan sesuatu, Iblis Rangkap Jiwa tampaknya hilang kesabaran. Dia buka mulut hendak ucapkan perintah. Namun mulutnya mendadak terkancing kembali saat sepasang matanya melihat satu sosok tubuh berkelebat menuju kawasan Kedung Ombo dari sebelah belakang batu cadas putih di depan kedung. Iblis Rangkap Jiwa dapat melihat dahulu sosok yang berkelebat karena dia berada pada ketinggian puncak batu yang membukit. “Jangan-jangan dia!” desis Iblis Rangkap Jiwa dengan mata dibeliakkan. Sosok yang berkelebat terus berlari cepat. Karena kedua orang berwajah hitam juga berada pada ketinggian, maka mereka berdua adalah orang kedua yang melihat munculnya orang. Hingga keduanya serentak palingkan kepala ke belakang, karena orang yang berlari datang dari jurusan belakangnya. “Hem…. Apa saja yang dilakukan sontoloyo ini hingga sampai datang terlambat?” gumam Raden Mas Antar Bumi. “Dia tidak merasa kalau orang sudah berdebar-debar takut dia tidak muncul! Dasar sontoloyo sableng!” “Ah…. Kau sepertinya tidak tahu urusan anak muda saja!” sahut Raden Mas Antar Langit. “Tapi seharusnya dia tahu! Ini urusannya! Bukan urusan orang-orang tua seperti kita!” bisik Raden Mas Antar Bumi dengan nada keras. “Tapi sebenarnya kau punya urusan juga di sini, bukan?!” “Urusannya berbeda!” bentak Raden Mas Antar Bumi. “Betul! Tapi tempatnya sama! Lalu di mana bedanya?!” “Dasar iblis bodoh! Tak tahu membedakan urusan dan tempat!” rungut Raden Mas Antar Bumi. Meski dicaci, Raden Mas Antar Langit tampak senyum-senyum. Orang ini lantas bertanya. “Kau yakin orang yang disebut-sebut mendapatkan Kitab Hitam itu akan muncul di sini?!” “Itu lain dengan urusanku! Jadi aku tak mau menduga-duga!” Raden Mas Antar Langit masih tampak senyum-senyum meski mendapat jawaban ketus dari Raden Mas Antar Bumi. “Terus-terusan bicara dengan manusia sinting, bisa-bisa aku akan ikut sinting!” gumam Raden Mas Antar Langit. Raden Mas Antar Bumi sebenarnya ingin membentak lagi, tapi diurungkan tatkala dilihatnya orang yang berkelebat telah berada di bawahnya. Kalau tadi Raden Mas Antar Bumi sempat memaki orang yang berkelebat, kini dia tampak gerakkan tangannya melambai-lambai lalu berteriak. “Hai…! Harap sebutkan diri sebelum memasuki kawasan pasar jodoh ini!” Mungkin karena terkejut mendengar teriakan orang, orang yang berkelebat di bawah sana serta-merta hentikan larinya. Lalu berkelebat dan tegak bersandar pada bagian bawah batu cadas putih yang menjulang. Dia sengaja memilih tempat agak menjorok. Karena dengan demikian, dia dapat melihat dengan leluasa tempat di sebelah kanan kiri kedung. Orang yang baru muncul dan tegak di pojok batu cadas putih menjulang tengadahkan kepala. Lalu longokkan kepala ke depan. Berpaling ke kawasan berbatu sebelah kanan kedung. Cuma sesaat. Lalu palingkan kepala ke kawasan berbatu sebelah kiri kedung. Orang ini angkat tangan kirinya. Bukan memberi isyarat, melainkan hendak masukkan jari kelingkingnya ke dalam lobang telinganya! Sesaat kemudian orang ini tampak terjingkat-jingkat dengan wajah meringis! “Kelakuannya tidak berubah!” desis Raden Mas Antar Bumi. Orang ini terlihat hendak berteriak lagi. Namun satu suara telah terdengar mendahului. “Pendekar 131! Akhirnya kau muncul juga! Ha…. Ha…. Ha…!” Yang berteriak ternyata adalah Iblis Rangkap Jiwa. “Murid jahanam sinting itu!” Ni Luh Padmi ikut-ikutan berteriak. “Kali ini jangan harap kau bisa lari lagi sebelum kau katakan di mana guru keparatmu berada!” Orang yang mainkan jari kelingking pada lobang telinganya dan bukan lain memang Pendekar Pedang Tumpul 131 Joko Sableng cepat tarik kepalanya. Lalu perlahan-lahan dia mengintip dari bibir batu cadas putih.



Kumpulan Naskah Drama Pbsi 2020 Jilid 3


Kumpulan Naskah Drama Pbsi 2020 Jilid 3
DOWNLOAD
Author : PBSI - 2020
language : id
Publisher: GUEPEDIA
Release Date :

Kumpulan Naskah Drama Pbsi 2020 Jilid 3 written by PBSI - 2020 and has been published by GUEPEDIA this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with Antiques & Collectibles categories.


Kumpulan Naskah Drama PBSI 2020 Jilid 3 Penulis : PBSI - 2020 Ukuran : 14 x 21 cm No. QRCBN : 62-39-9039-1 Terbit : Maret 2022 www.guepedia.com Sinopsis : Di kalangan penggiat seni drama di Indonesia, kelangkaan naskah telah menjadi berbincangan yang tak kunjung selesai. Jumlah naskah drama, terutama yang ditulis oleh pengarang Indonesia, tidak berbanding lurus dengan jumlah aktivitas pergelaran drama. Di Bandung saja, misalnya, setiap tahun digelar puluhan garapan drama, baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Sunda. Itu dari kalangan teater umum (profesional). Belum lagi di lingkungan kampus. Hampir setiap kampus memiliki unit kegiatan teater yang melangsungkan pergelaran drama paling tidak satu kali dalam satu tahun. Indonesia sebenarnya memiliki banyak sastrawan. Tetapi tidak banyak yang berminat atau memiliki kemampuan dalam menulis naskah drama. Dari sekian banyak sastrawan, mereka yang menghasilkan karya berupa naskah drama dapat dihitung dengan jari. Sastrawan/dramawan Indonesia yang produktif menghasilkan naskah drama antara lain WS Rendra (Kaki Palsu, Orang-Orang di Tikungan Jalan, Kaum Urakan, Penembahan Reso, dan Kisah Perjuangan Suku Naga). Putu Wijaya (Lautan Bernyanyi, Bila Malam Bertambah Malam, Aduh, Dag Dig Dug, Edan, dan Gerr). Arifin C. Noor (Lampu Neon, Kapai-Kapai, Sumur Tanpa Dasar, Orkes Madun, dan Umang-Umang). Nano Riantiarno (Maaf. Maaf. Maaf., Bom Waktu, Opera Kecoa, Sampek Engtay, dan Semar Gugat) Utuy Tatang Sontani (Bunga Rumah Makan, Si Kabajan, Sang Kurian, dan Selamat Jalan Anak Kufur). Saini KM (Pangeran Geusan Ulun, Ben Go Tun, Serikat Kacamata Hitam, Sang Prabu, Panji Koming, Madegel, Amat Jaga, Ken Arok, dan Syekh Siti Jenar). www.guepedia.com Email : [email protected] WA di 081287602508 Happy shopping & reading Enjoy your day, guys



Bluesky By Hasniatuljannah


Bluesky By Hasniatuljannah
DOWNLOAD
Author : Hasniatuljannah
language : id
Publisher: Samudera Book
Release Date : 2022-07-09

Bluesky By Hasniatuljannah written by Hasniatuljannah and has been published by Samudera Book this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-07-09 with Family & Relationships categories.


Cinta luar biasa yang tak bisa di ungkapkan langit pada gadis yang kini mesnjadi istrinya membuat nya memilih untuk bersikap dingin terhadap gadis itu. Gadis yang selama ini dia cari tau semua tentang nya tanpa sepengetahuan siapapun. Saat dia merindukan gadis itu dan memikirkan cara untuk mendapatkan nya tiba-tiba saja Allah langsung memberikan gadis itu padanya melalui penyakit yang gadis itu idap dan karena ketaatannya gadis itu tak mau disentuh siapapun selain mahramnya dan Langit sang Dokter yang menangani dengan senang hati bersedia menikahi Biru gadis yang kini menjadi istrinya. Namun, ada kisah masa lalu yang belum Langit selesaikan dengan kekasihnya sebelum bertemu Biru. Dan ada Awan yang sejak lama menyukai Biru dan tak rela Langit bersama gadis itu. Akankah rumah tangga mereka akan berakhir bahagia? Sementara banyak yang ingin menghancurkan rumah tangga mereka karena kisah masa lalu yang belum usai.



Manusia Modern Mendamba Allah


Manusia Modern Mendamba Allah
DOWNLOAD
Author : Haidar Bagir
language : id
Publisher:
Release Date : 2002

Manusia Modern Mendamba Allah written by Haidar Bagir and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2002 with Islam categories.




Senopati Pamungkas


Senopati Pamungkas
DOWNLOAD
Author : Arswendo Atmowiloto
language : id
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Release Date : 2003

Senopati Pamungkas written by Arswendo Atmowiloto and has been published by Gramedia Pustaka Utama this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2003 with Indonesian fiction categories.




My First


My First
DOWNLOAD
Author : Laili Aidina, dkk
language : id
Publisher: CV Jejak (Jejak Publisher)
Release Date : 2018-06-25

My First written by Laili Aidina, dkk and has been published by CV Jejak (Jejak Publisher) this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-06-25 with categories.


Rampungnya buku ini, adalah sebuah maha karya dari hasil lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional “My First...” bersama Jejak Publisher, yang dilaksanakan dari tanggal 20 November 2016 hingga 20 Januari 2017. Sebanyak 53 Cerpen Terpilih, dari 732 naskah, kini kami hadirkan dalam bentuk sebuah buku yang sangat patut untuk dibaca. Para penulis buku ini berasal dari berbagai wilayah Nusantara. Kisah, pengalaman, fantasi, imajinasi, kreativitas dan buah pikiran luar biasa yang dituangkan dengan berbagai macam teknik penceritaan, bertema “My First” atau yang pertama. Mereka bebas mengupas ide cerita, yang pasti memuat tentang hal-hal pertama yang tak bisa dilupakan. Pertama atau “My First” memang selalu berkesan. Yah, ini adalah event pertama dari Jejak Publisher. Semoga dari hal pertama ini kami dapat mencapai misi kami untuk memajukan dunia literasi dan meningkatkan minat membaca dan menulis. Dan akhirnya, salah satu tekad kami untuk melahirkan penulis-penulis berkualitas pun dapat terlaksana. Terima kasih pula kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya event luar biasa ini. Salam jejak, ciptakan jejakmu dengan aksara!



Yang Telah Lama Pergi


Yang Telah Lama Pergi
DOWNLOAD
Author : Tere Liye
language : id
Publisher: Tere Liye
Release Date : 2023-08-22

Yang Telah Lama Pergi written by Tere Liye and has been published by Tere Liye this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2023-08-22 with Fiction categories.


Sakit hati.... Kebencian.... Dendam kesumat.... Tangis dibalas tangis.... Luka dibalas luka....



Bidadari Delapan Samudra


Bidadari Delapan Samudra
DOWNLOAD
Author : Zhaenal Fanani
language : id
Publisher: Pantera Publishing
Release Date : 2021-04-24

Bidadari Delapan Samudra written by Zhaenal Fanani and has been published by Pantera Publishing this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-04-24 with Fiction categories.


SEPASANG kaki Pendekar 131 laksana disapu gelombang dahsyat hingga tersurut dua tindak, saking kagetnya mendengar pertanyaan orang. Sepasang matanya mendelik besar. Namun dia segera dapat kuasai diri setelah membatin. “Mungkin Dewa Asap Kayangan telah bercerita padanya tentang diriku hingga dia bisa tahu kalau aku berasal dari negeri asing! Dan rupanya perempuan berkerudung tadi berkata benar. Ini adalah Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai…. Hem…. Bagaimana lembah begini bisa dinamakan Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai?! Aku tidak melihat adanya tan da-tanda yang pantas lembah ini dinamakan Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai…. Tapi itu tidaklah penting! Yang jelas aku telah menemukan lembah yang kucari…!” “Pendekar 131! Kau telah dengar pertanyaanku. Kuharap kau segera memberi jawaban!” “Aku ingin bertemu dengan Dewa Asap Kayangan…” “Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai bukan tempat tinggalnya Dewa Asap Kayangan! Kau salah alamat jika ingin bertemu dengannya di sini!” “Tapi Dewa Asap Kayangan berjanji menungguku di tempat ini….” “Kau jangan bicara dusta! Kapan dan di mana dia mengatakannya?!” tanya orang yang duduk bersila di atas altar batu cadas. “Tidak lama berselang, di puncak Bukit Toyongga!” “Hem….” Orang di atas altar batu cadas mendehem. Lalu berpaling ke arah mana murid Pendeta Sinting tegak berdiri. Namun Joko tidak bisa melihat raut wajah orang, karena wajah itu tertutup julaian kerudung putih yang diletakkan di atas kepalanya dan ditekan dengan rangkapan kedua tangannya di depan dada. “Kakakku Dewa Asap Kayangan memang telah cerita tentang janjinya dengan seseorang! Namun karena ada sesuatu yang harus segera dilakukan, dan yang ditunggu tidak juga segera muncul, terpaksa dia pergi dengan pesan agar aku memberi penjelasan yang diinginkan orang yang hendak menemuinya!” Habis berkata begitu, orang yang duduk bersila putar kepalanya lagi lurus ke depan. Namun sebelum murid Pendeta Sinting sempat angkat suara, orang di atas altar batu cadas sudah berucap lagi. “Dari jawabanmu, sepertinya kaulah orang yang ditunggu! Tapi itu belumlah membuatku yakin jika kau adalah orang yang membuat perjanjian dengan Dewa Asap Kayangan saat berada di puncak Bukit Toyongga!” Joko kernyitkan dahi. “Aku tak paham apa maksudmu…!” “Jawaban kata-kata bisa dibuat. Tapi tidak demikian halnya dengan bukti! Dan aku baru percaya kaulah orang yang membuat janji pertemuan jika kau bisa tunjukkan bukti!” “Bukti apa yang kau minta?!” tanya murid Pendeta Sinting masih dengan dahi berkerut. “Hasil dari peristiwa di puncak Bukit Toyongga!” Pendekar 131 terdiam beberapa lama. “Bukti yang diminta pasti peta wasiat itu!” Joko membatin menebak apa ‘yang diminta orang. “Anak muda! Aku tidak punya waktu banyak untuk menunggu! Kalau kau tidak bisa menunjukkan bukti dari hasil apa yang terjadi di puncak Bukit Toyongga, kuharap kau segera angkat kaki dari sini! Carilah Dewa Asap Kayangan. Hanya saja kau perlu tahu. Kakakku itu tidak punya tempat tinggal tetap….” “Hem…. Apa yang harus kulakukan?! Di negeri asing begini, rasanya sulit mencari manusia seperti Dewa Asap Kayangan! Tapi mungkinkah adiknya ini bisa memenuhi permintaanku…?! Seandainya saja aku paham daerah ini dan tahu di mana tempat tinggalnya Dewa Cadas Pangeran, mungkin tak sampai aku berurusan dengan orang ini…. Bodohnya diriku! Seharusnya aku bertanya sekalian pada perempuan berkerudung tadi! Dia mau menjelaskan apa yang kuminta tanpa minta bukti segala! Tidak seperti orang yang duduk membaca mantera itu! Sudah wajahnya ditutup, lalu minta bukti lagi!” Joko menggerutu dalam hati. Lalu buka mulut. “Aku akan tunjukkan bukti bahwa akulah yang membuat janji dengan Dewa Asap Kayangan. Tapi sebelumnya aku minta ketegasan….” “Katakan ketegasan apa yang kau inginkan?!” “Kau nantinya mau mengantarku jika aku ingin menemui orang lain lagi?!” “Aku telah berjanji pada kakakku. Dan aku pantang ingkar! Ke mana dan apa pun yang kau minta aku akan berusaha memenuhinya!” “Hem…. Aku harus pastikan dahulu apakah dia tahu di mana tempat tinggal Dewa Cadas Pangeran….” Joko berkata dalam hati. Lalu buka suara. “Kau tahu tempat tinggalnya Dewa Cadas Pangeran?!” Yang ditanya perdengarkan tawa perlahan bernada seakan mengejek. Lalu berkata. “Kau boleh percaya atau tidak. Dewa Asap Kayangan tidak pernah cerita panjang lebar padaku. Dia hanya bilang akan kedatangan seseorang. Tapi aku tahu banyak tentang apa yang telah terjadi!” Orang yang mengaku sebagai adik kandung Dewa Asap Kayangan ini hentikan ucapannya sesaat. Lalu dongakkan kepala dan lanjutkan ucapan. “Aku tahu tewasnya Yang Mulia Baginda Ku Nang, juga Panglima Muda Lie, dan nenek bergelar Ratu Selendang Asmara, serta Hantu Bulan Emas, dan Bayangan Tanpa Wajah…. Aku juga tahu tentang perselisihan antara gadis bernama Mei Hua dengan Dewi Bunga Asmara dan Siao Ling Ling serta Bidadari Bulan Emas karena memendam rasa padamu! Bahkan aku tahu siapa yang memberi keterangan padamu hingga kau sampai muncul di Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai ini! Bukankah yang memberimu petunjuk adalah seorang perempuan berkerudung?! Aku bukan seorang peramal. Tapi aku tahu pasti, perempuan berkerudung itu tidak mau sebutkan siapa dirinya dan di mana tempat tinggalnya meski kau berusaha ingin tahu!” “Busyet! Bagaimana dia bisa tahu hal sebanyak itu?! Peristiwa di puncak Bukit Toyongga mungkin saja dia mendengar cerita dari Dewa Asap Kayangan walau dia mengaku Dewa Asap Kayangan tidak cerita apa-apa. Tapi mengenai perempuan berkerudung yang memberi petunjuk itu…. Sewaktu aku berbincang dengan perempuan berkerudung aku yakin tak ada orang yang mencuri dengar…. Tapi nyatanya dia bisa tahu…. Hem….” “Anak muda! Kalau aku tahu semua yang telah terjadi padamu, bagaimana mungkin aku tidak tahu di mana tempat tinggalnya Dewa Cadas Pangeran?! Apalagi dia adalah salah seorang sahabatku?! Sekarang tunjukkan hasil dari peristiwa di Bukit Toyongga sebagai bukti kalau kau adalah orang yang membuat janji dengan Dewa Asap Kayangan! Setelah itu baru aku bisa menjelaskan apa yang kau minta dan mengantarmu ke mana kau hendak menuju!” “Boleh aku tahu siapa dirimu?!” tanya murid Pendeta Sinting. “Kau datang ke tempat ini untuk berkenalan denganku atau minta keterangan?!” Orang di atas altar batu cadas balik ajukan tanya dengan suara agak tinggi. “Daripada cari penyakit, lebih baik aku segera selesaikan urusan ini!” Membatin begitu, akhirnya perlahan-lahan Pendekar 131 selinapkan tangan kanan ke balik pakaiannya. Lalu terlihatlah satu kain putih yang bersambung saat tangan kanannya ditarik keluar. Seakan tahu apa yang dilakukan murid Pendeta Sinting, orang di atas altar batu cadas palingkan kepala. Rangkapan kedua tangannya yang menekan julaian kain kerudungnya bergerak membuka sedikit hingga kedua mata orang ini terlihat. Beberapa saat sepasang mata dari balik Kerudung membelalak memperhatikan kain putih bersambung yang ada di tangan Joko yang bukan lain adalah kain berisi peta wasiat yang didapat di puncak Bukit Toyongga. Kepala orang di atas altar batu cadas mengangguk pelan. Lalu diputar ke arah depan seraya berkata. “Anak muda…. Saat ini rimba persilatan masih terguncang dengan kabar berita mengenai peta wasiat. Dan mulai pula tersebar gunjingan tentang urusan Sepasang Cincin Keabadian milik Dewi Keabadian. Dan meski kau bukan berasal dari negeri ini, tapi kau tentu sudah tahu. Di mana-mana rimba persilatan pasti selalu dipenuhi dengan fitnah, balas dendam, pertumpahan darah, dan benda-benda mustika palsu!” Ucapan orang membuat Joko tersedak. Tanpa sadar dia melompat mendekat dengan dada berdebar tidak enak. Lalu seraya acungkan kain putih di tangannya dia berseru. “Kau menduga ini palsu?!” “Kau jangan salah duga dengan ucapanku. Aku tidak mengatakan kain yang ada di tanganmu adalah palsu! Tapi tidak ada salahnya kalau aku memeriksa! Karena aku tahu sendiri, saat di puncak Bukit Toyongga telah muncul beberapa benda palsu yang ada kaitannya dengan kain di tanganmu!” Tanpa pikir panjang lagi, Pendekar 131 julurkan tangannya yang memegang kain berisi peta wasiat. Orang di atas altar batu cadas gerakkan tangan kanan sambuti kain dari tangan murid Pendeta Sinting. Sementara tangan kiri tetap menekan julaian kain kerudungnya hingga wajahnya tetap tidak jelas kelihatan. Untuk beberapa lama orang di atas altar batu cadas memeriksa kain yang diberikan Joko dengan dekatkan pada wajahnya. Sepasang matanya melirik silih berganti pada kain di tangannya dan pada sosok murid Pendeta Sinting yang tegak memperhatikan dengan dada berdebar-debar, khawatir kalau kain di tangannya adalah palsu. “Hem…. Kau beruntung sekali, Anak Muda…. Kain bergambar peta ini adalah asli…,” kata orang di atas altar batu cadas sambil angguk-anggukkan kepala. “Maksud kedatanganku kemari adalah ingin bertanya arah mana yang harus kuambil untuk memulai perjalanan seperti yang ada dalam peta itu. Sekaligus untuk bertanya di mana aku bisa bertemu dengan Dewa Cadas Pangeran!” kata Joko dengan menghela napas lega mendengar keterangan orang. “Anak muda…. Aku akan memenuhi permintaanmu. Tapi katakan dahulu. Urusan mana yang akan kau dahulukan?! Mengadakan perjalanan atau ingin bertemu dengan Dewa Cadas Pangeran?!” Joko berpikir beberapa lama. Dia tampak bingung tak tahu mana yang harus didahulukan. Orang di atas altar batu cadas tampaknya bisa menangkap kebingungan murid Pendeta Sinting. Lalu berkata. “Anak muda…. Perjalananmu kelak memerlukan waktu panjang. Kalau urusanmu dengan Dewa Cadas Pangeran tidak begitu penting, menurutku, lebih baik kau selesaikan dahulu urusanmu dengan Dewa Asap Kayangan. Dengan begitu, kau bisa melakukan perjalanan dengan tenang tanpa beban! Tapi itu semua terserah padamu. Aku hanya memberi jalan….” Pendekar 131 menghela napas berulang kali. Paras wajahnya jelas menunjukkan kalau dia belum bisa memutuskan apa yang harus dilakukan. Orang di atas altar batu cadas tertawa. Lalu sambil letakkan kain peta di atas pangkuannya dia berkata. “Aku bukannya ikut campur masalahmu. Tapi kalau kau tak keberatan mengatakan urusanmu dengan Dewa Cadas Pangeran, mungkin aku bisa sedikit membantu jalan mana yang harus kau tempuh dalam urusan ini!” “Hem…. Apakah aku harus mengatakan terus terang apa perluku hendak menemui Dewa Cadas Pangeran?! Ah…. Dia adalah adik Dewa Asap Kayangan. Tak ada salahnya aku berterus terang padanya….” Joko akhirnya memutuskan, lalu berkata dengan wajah sedikit berubah karena merasa malu. “Sebenarnya urusanku dengan Dewa Cadas Pangeran tidaklah begitu penting. Tapi kalau tidak segera kuselesaikan, seperti katamu, mungkin bisa menambah beban pikiranku….” “Hem…. katakan saja urusanmu, Anak Muda! Walau aku adik Dewa Asap Kayangan, bukan tak mungkin apa yang akan kukatakan nanti tidak jauh berbeda dibanding jika kau mengatakannya pada Dewa Asap Kayangan!” “Aku pernah berjanji pada Dewi Bunga Asmara untuk menemui gurunya. Namun sebenarnya janji itu kuucapkan agar gadis itu mau membawaku ke Bukit Toyongga yang saat itu tidak kuketahui di mana letaknya. sayangnya, gadis itu salah paham dan menduga terlalu jauh. Begitu sampai di Bukit Toyongga, ternyata aku tidak sempat bicara dengan gurunya yakni Ratu Selendang Asmara, karena urusan di puncak bukit sudah memanas. Hingga akhirnya Ratu Selendang Asmara tewas….” Pendekar 131 hentikan keterangannya sesaat seraya alihkan pandangan ke jurusan lain takut orang di hadapannya tahu perubahan wajahnya. Sementara orang di atas batu cadas mendengarkan dengan seksama dengan sesekali melirik pada gerak-gerik murid Pendeta Sinting. “Setelah urusan di puncak Bukit Toyongga selesai, aku juga belum sempat bicara dengan Dewi Bunga Asmara, karena aku merasa tak enak dengan Mei Hua, dan putri Baginda Ku Nang, serta Bidadari Bulan Emas. Ternyata Dewi Bunga Asmara mengatakan perihalnya pada Dewa Cadas Pangeran yang tiba-tiba saja mengambilnya sebagai murid. Dan sebelum Dewa Cadas Pangeran meninggalkan puncak Bukit Toyongga, dia sempat mengatakan padaku agar menemuinya dengan minta bantuan Dewa Asap Kayangan untuk selesaikan urusanku dengan Dewi Bunga Asmara.” “Aku mengerti perasaanmu, Anak Muda…. Sekarang jawab jujur pertanyaanku. Kau menyintai Dewi Bunga Asmara?!” “Sebenarnya dia gadis baik meski gurunya berada di jalur yang salah…. Dia juga berparas cantik. Tapi…. Rasanya aku belum sampai pada titik jatuh cinta…. Aku hanya menganggapnya sebagai sahabat! Dan hal inilah yang akan kukatakan pada Dewa Cadas Pangeran agar nantinya tidak terjadi salah paham!” “Anak muda! Sekarang jelas masalahnya. Dan menurutku, sebaiknya kau mengadakan perjalanan dahulu. Urusan dengan Dewa Cadas Pangeran bisa kau tunda….” “Mengapa begitu?!” “Urusan perempuan bukan urusan mudah, Anak Muda. Apalagi dia tahu beberapa gadis lain menaruh rasa cinta padamu. Dia memerlukan waktu untuk berpikir dan menenangkan diri! Kalau sekarang kau memberi penjelasan padanya, bukan tak mungkin dia malah akan salah paham dan membuat urusan jadi tak karuan! Waktu yang kau perlukan untuk mengadakan perjalanan kurasa cukup membuat Dewi Bunga Asmara untuk berpikir dan menenangkan diri….” “Hem…. Benar juga kata-katanya…,” gumam Pendekar 131 seraya anggukkan kepala perlahan. Tampaknya orang di atas altar batu cadas maklum akan gerakan kepala murid Pendeta Sinting. Sambil mengambil kembali kain peta di atas pangkuannya dia berkata. “Anak muda…. Setelah kau selesaikan perjalanan nanti, aku menunggumu di sini. Aku akan memberi keterangan padamu di mana kau bisa bertemu dengan Dewa Cadas Pangeran. Dan terimalah kembali kainmu ini!” Orang di atas altar batu cadas julurkan tangan memberikan kembali kain putih pada Pendekar 131. Murid Pendeta Sinting tersenyum sambil anggukkan kepala. Lalu mendekat dengan sambuti kainnya kembali. Namun baru saja tangannya menyentuh kain putih di tangan orang, mendadak orang di atas altar batu cadas tarik sedikit tangannya yang mengulur memberikan kain. Kejap lain sekonyong-konyong kaki kanan kirinya bergerak lepaskan tendangan! Bukan hanya sampai di situ, tangan satunya yang sedari tadi menekan julaian kain kerudungnya juga bergerak menghantam!