[PDF] Bidadari Delapan Samudra - eBooks Review

Bidadari Delapan Samudra


Bidadari Delapan Samudra
DOWNLOAD

Download Bidadari Delapan Samudra PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Bidadari Delapan Samudra book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page





Bidadari Delapan Samudra


Bidadari Delapan Samudra
DOWNLOAD
Author : Zhaenal Fanani
language : id
Publisher: Pantera Publishing
Release Date : 2021-04-24

Bidadari Delapan Samudra written by Zhaenal Fanani and has been published by Pantera Publishing this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-04-24 with Fiction categories.


SEPASANG kaki Pendekar 131 laksana disapu gelombang dahsyat hingga tersurut dua tindak, saking kagetnya mendengar pertanyaan orang. Sepasang matanya mendelik besar. Namun dia segera dapat kuasai diri setelah membatin. “Mungkin Dewa Asap Kayangan telah bercerita padanya tentang diriku hingga dia bisa tahu kalau aku berasal dari negeri asing! Dan rupanya perempuan berkerudung tadi berkata benar. Ini adalah Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai…. Hem…. Bagaimana lembah begini bisa dinamakan Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai?! Aku tidak melihat adanya tan da-tanda yang pantas lembah ini dinamakan Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai…. Tapi itu tidaklah penting! Yang jelas aku telah menemukan lembah yang kucari…!” “Pendekar 131! Kau telah dengar pertanyaanku. Kuharap kau segera memberi jawaban!” “Aku ingin bertemu dengan Dewa Asap Kayangan…” “Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai bukan tempat tinggalnya Dewa Asap Kayangan! Kau salah alamat jika ingin bertemu dengannya di sini!” “Tapi Dewa Asap Kayangan berjanji menungguku di tempat ini….” “Kau jangan bicara dusta! Kapan dan di mana dia mengatakannya?!” tanya orang yang duduk bersila di atas altar batu cadas. “Tidak lama berselang, di puncak Bukit Toyongga!” “Hem….” Orang di atas altar batu cadas mendehem. Lalu berpaling ke arah mana murid Pendeta Sinting tegak berdiri. Namun Joko tidak bisa melihat raut wajah orang, karena wajah itu tertutup julaian kerudung putih yang diletakkan di atas kepalanya dan ditekan dengan rangkapan kedua tangannya di depan dada. “Kakakku Dewa Asap Kayangan memang telah cerita tentang janjinya dengan seseorang! Namun karena ada sesuatu yang harus segera dilakukan, dan yang ditunggu tidak juga segera muncul, terpaksa dia pergi dengan pesan agar aku memberi penjelasan yang diinginkan orang yang hendak menemuinya!” Habis berkata begitu, orang yang duduk bersila putar kepalanya lagi lurus ke depan. Namun sebelum murid Pendeta Sinting sempat angkat suara, orang di atas altar batu cadas sudah berucap lagi. “Dari jawabanmu, sepertinya kaulah orang yang ditunggu! Tapi itu belumlah membuatku yakin jika kau adalah orang yang membuat perjanjian dengan Dewa Asap Kayangan saat berada di puncak Bukit Toyongga!” Joko kernyitkan dahi. “Aku tak paham apa maksudmu…!” “Jawaban kata-kata bisa dibuat. Tapi tidak demikian halnya dengan bukti! Dan aku baru percaya kaulah orang yang membuat janji pertemuan jika kau bisa tunjukkan bukti!” “Bukti apa yang kau minta?!” tanya murid Pendeta Sinting masih dengan dahi berkerut. “Hasil dari peristiwa di puncak Bukit Toyongga!” Pendekar 131 terdiam beberapa lama. “Bukti yang diminta pasti peta wasiat itu!” Joko membatin menebak apa ‘yang diminta orang. “Anak muda! Aku tidak punya waktu banyak untuk menunggu! Kalau kau tidak bisa menunjukkan bukti dari hasil apa yang terjadi di puncak Bukit Toyongga, kuharap kau segera angkat kaki dari sini! Carilah Dewa Asap Kayangan. Hanya saja kau perlu tahu. Kakakku itu tidak punya tempat tinggal tetap….” “Hem…. Apa yang harus kulakukan?! Di negeri asing begini, rasanya sulit mencari manusia seperti Dewa Asap Kayangan! Tapi mungkinkah adiknya ini bisa memenuhi permintaanku…?! Seandainya saja aku paham daerah ini dan tahu di mana tempat tinggalnya Dewa Cadas Pangeran, mungkin tak sampai aku berurusan dengan orang ini…. Bodohnya diriku! Seharusnya aku bertanya sekalian pada perempuan berkerudung tadi! Dia mau menjelaskan apa yang kuminta tanpa minta bukti segala! Tidak seperti orang yang duduk membaca mantera itu! Sudah wajahnya ditutup, lalu minta bukti lagi!” Joko menggerutu dalam hati. Lalu buka mulut. “Aku akan tunjukkan bukti bahwa akulah yang membuat janji dengan Dewa Asap Kayangan. Tapi sebelumnya aku minta ketegasan….” “Katakan ketegasan apa yang kau inginkan?!” “Kau nantinya mau mengantarku jika aku ingin menemui orang lain lagi?!” “Aku telah berjanji pada kakakku. Dan aku pantang ingkar! Ke mana dan apa pun yang kau minta aku akan berusaha memenuhinya!” “Hem…. Aku harus pastikan dahulu apakah dia tahu di mana tempat tinggal Dewa Cadas Pangeran….” Joko berkata dalam hati. Lalu buka suara. “Kau tahu tempat tinggalnya Dewa Cadas Pangeran?!” Yang ditanya perdengarkan tawa perlahan bernada seakan mengejek. Lalu berkata. “Kau boleh percaya atau tidak. Dewa Asap Kayangan tidak pernah cerita panjang lebar padaku. Dia hanya bilang akan kedatangan seseorang. Tapi aku tahu banyak tentang apa yang telah terjadi!” Orang yang mengaku sebagai adik kandung Dewa Asap Kayangan ini hentikan ucapannya sesaat. Lalu dongakkan kepala dan lanjutkan ucapan. “Aku tahu tewasnya Yang Mulia Baginda Ku Nang, juga Panglima Muda Lie, dan nenek bergelar Ratu Selendang Asmara, serta Hantu Bulan Emas, dan Bayangan Tanpa Wajah…. Aku juga tahu tentang perselisihan antara gadis bernama Mei Hua dengan Dewi Bunga Asmara dan Siao Ling Ling serta Bidadari Bulan Emas karena memendam rasa padamu! Bahkan aku tahu siapa yang memberi keterangan padamu hingga kau sampai muncul di Lembah Tujuh Bintang Tujuh Sungai ini! Bukankah yang memberimu petunjuk adalah seorang perempuan berkerudung?! Aku bukan seorang peramal. Tapi aku tahu pasti, perempuan berkerudung itu tidak mau sebutkan siapa dirinya dan di mana tempat tinggalnya meski kau berusaha ingin tahu!” “Busyet! Bagaimana dia bisa tahu hal sebanyak itu?! Peristiwa di puncak Bukit Toyongga mungkin saja dia mendengar cerita dari Dewa Asap Kayangan walau dia mengaku Dewa Asap Kayangan tidak cerita apa-apa. Tapi mengenai perempuan berkerudung yang memberi petunjuk itu…. Sewaktu aku berbincang dengan perempuan berkerudung aku yakin tak ada orang yang mencuri dengar…. Tapi nyatanya dia bisa tahu…. Hem….” “Anak muda! Kalau aku tahu semua yang telah terjadi padamu, bagaimana mungkin aku tidak tahu di mana tempat tinggalnya Dewa Cadas Pangeran?! Apalagi dia adalah salah seorang sahabatku?! Sekarang tunjukkan hasil dari peristiwa di Bukit Toyongga sebagai bukti kalau kau adalah orang yang membuat janji dengan Dewa Asap Kayangan! Setelah itu baru aku bisa menjelaskan apa yang kau minta dan mengantarmu ke mana kau hendak menuju!” “Boleh aku tahu siapa dirimu?!” tanya murid Pendeta Sinting. “Kau datang ke tempat ini untuk berkenalan denganku atau minta keterangan?!” Orang di atas altar batu cadas balik ajukan tanya dengan suara agak tinggi. “Daripada cari penyakit, lebih baik aku segera selesaikan urusan ini!” Membatin begitu, akhirnya perlahan-lahan Pendekar 131 selinapkan tangan kanan ke balik pakaiannya. Lalu terlihatlah satu kain putih yang bersambung saat tangan kanannya ditarik keluar. Seakan tahu apa yang dilakukan murid Pendeta Sinting, orang di atas altar batu cadas palingkan kepala. Rangkapan kedua tangannya yang menekan julaian kain kerudungnya bergerak membuka sedikit hingga kedua mata orang ini terlihat. Beberapa saat sepasang mata dari balik Kerudung membelalak memperhatikan kain putih bersambung yang ada di tangan Joko yang bukan lain adalah kain berisi peta wasiat yang didapat di puncak Bukit Toyongga. Kepala orang di atas altar batu cadas mengangguk pelan. Lalu diputar ke arah depan seraya berkata. “Anak muda…. Saat ini rimba persilatan masih terguncang dengan kabar berita mengenai peta wasiat. Dan mulai pula tersebar gunjingan tentang urusan Sepasang Cincin Keabadian milik Dewi Keabadian. Dan meski kau bukan berasal dari negeri ini, tapi kau tentu sudah tahu. Di mana-mana rimba persilatan pasti selalu dipenuhi dengan fitnah, balas dendam, pertumpahan darah, dan benda-benda mustika palsu!” Ucapan orang membuat Joko tersedak. Tanpa sadar dia melompat mendekat dengan dada berdebar tidak enak. Lalu seraya acungkan kain putih di tangannya dia berseru. “Kau menduga ini palsu?!” “Kau jangan salah duga dengan ucapanku. Aku tidak mengatakan kain yang ada di tanganmu adalah palsu! Tapi tidak ada salahnya kalau aku memeriksa! Karena aku tahu sendiri, saat di puncak Bukit Toyongga telah muncul beberapa benda palsu yang ada kaitannya dengan kain di tanganmu!” Tanpa pikir panjang lagi, Pendekar 131 julurkan tangannya yang memegang kain berisi peta wasiat. Orang di atas altar batu cadas gerakkan tangan kanan sambuti kain dari tangan murid Pendeta Sinting. Sementara tangan kiri tetap menekan julaian kain kerudungnya hingga wajahnya tetap tidak jelas kelihatan. Untuk beberapa lama orang di atas altar batu cadas memeriksa kain yang diberikan Joko dengan dekatkan pada wajahnya. Sepasang matanya melirik silih berganti pada kain di tangannya dan pada sosok murid Pendeta Sinting yang tegak memperhatikan dengan dada berdebar-debar, khawatir kalau kain di tangannya adalah palsu. “Hem…. Kau beruntung sekali, Anak Muda…. Kain bergambar peta ini adalah asli…,” kata orang di atas altar batu cadas sambil angguk-anggukkan kepala. “Maksud kedatanganku kemari adalah ingin bertanya arah mana yang harus kuambil untuk memulai perjalanan seperti yang ada dalam peta itu. Sekaligus untuk bertanya di mana aku bisa bertemu dengan Dewa Cadas Pangeran!” kata Joko dengan menghela napas lega mendengar keterangan orang. “Anak muda…. Aku akan memenuhi permintaanmu. Tapi katakan dahulu. Urusan mana yang akan kau dahulukan?! Mengadakan perjalanan atau ingin bertemu dengan Dewa Cadas Pangeran?!” Joko berpikir beberapa lama. Dia tampak bingung tak tahu mana yang harus didahulukan. Orang di atas altar batu cadas tampaknya bisa menangkap kebingungan murid Pendeta Sinting. Lalu berkata. “Anak muda…. Perjalananmu kelak memerlukan waktu panjang. Kalau urusanmu dengan Dewa Cadas Pangeran tidak begitu penting, menurutku, lebih baik kau selesaikan dahulu urusanmu dengan Dewa Asap Kayangan. Dengan begitu, kau bisa melakukan perjalanan dengan tenang tanpa beban! Tapi itu semua terserah padamu. Aku hanya memberi jalan….” Pendekar 131 menghela napas berulang kali. Paras wajahnya jelas menunjukkan kalau dia belum bisa memutuskan apa yang harus dilakukan. Orang di atas altar batu cadas tertawa. Lalu sambil letakkan kain peta di atas pangkuannya dia berkata. “Aku bukannya ikut campur masalahmu. Tapi kalau kau tak keberatan mengatakan urusanmu dengan Dewa Cadas Pangeran, mungkin aku bisa sedikit membantu jalan mana yang harus kau tempuh dalam urusan ini!” “Hem…. Apakah aku harus mengatakan terus terang apa perluku hendak menemui Dewa Cadas Pangeran?! Ah…. Dia adalah adik Dewa Asap Kayangan. Tak ada salahnya aku berterus terang padanya….” Joko akhirnya memutuskan, lalu berkata dengan wajah sedikit berubah karena merasa malu. “Sebenarnya urusanku dengan Dewa Cadas Pangeran tidaklah begitu penting. Tapi kalau tidak segera kuselesaikan, seperti katamu, mungkin bisa menambah beban pikiranku….” “Hem…. katakan saja urusanmu, Anak Muda! Walau aku adik Dewa Asap Kayangan, bukan tak mungkin apa yang akan kukatakan nanti tidak jauh berbeda dibanding jika kau mengatakannya pada Dewa Asap Kayangan!” “Aku pernah berjanji pada Dewi Bunga Asmara untuk menemui gurunya. Namun sebenarnya janji itu kuucapkan agar gadis itu mau membawaku ke Bukit Toyongga yang saat itu tidak kuketahui di mana letaknya. sayangnya, gadis itu salah paham dan menduga terlalu jauh. Begitu sampai di Bukit Toyongga, ternyata aku tidak sempat bicara dengan gurunya yakni Ratu Selendang Asmara, karena urusan di puncak bukit sudah memanas. Hingga akhirnya Ratu Selendang Asmara tewas….” Pendekar 131 hentikan keterangannya sesaat seraya alihkan pandangan ke jurusan lain takut orang di hadapannya tahu perubahan wajahnya. Sementara orang di atas batu cadas mendengarkan dengan seksama dengan sesekali melirik pada gerak-gerik murid Pendeta Sinting. “Setelah urusan di puncak Bukit Toyongga selesai, aku juga belum sempat bicara dengan Dewi Bunga Asmara, karena aku merasa tak enak dengan Mei Hua, dan putri Baginda Ku Nang, serta Bidadari Bulan Emas. Ternyata Dewi Bunga Asmara mengatakan perihalnya pada Dewa Cadas Pangeran yang tiba-tiba saja mengambilnya sebagai murid. Dan sebelum Dewa Cadas Pangeran meninggalkan puncak Bukit Toyongga, dia sempat mengatakan padaku agar menemuinya dengan minta bantuan Dewa Asap Kayangan untuk selesaikan urusanku dengan Dewi Bunga Asmara.” “Aku mengerti perasaanmu, Anak Muda…. Sekarang jawab jujur pertanyaanku. Kau menyintai Dewi Bunga Asmara?!” “Sebenarnya dia gadis baik meski gurunya berada di jalur yang salah…. Dia juga berparas cantik. Tapi…. Rasanya aku belum sampai pada titik jatuh cinta…. Aku hanya menganggapnya sebagai sahabat! Dan hal inilah yang akan kukatakan pada Dewa Cadas Pangeran agar nantinya tidak terjadi salah paham!” “Anak muda! Sekarang jelas masalahnya. Dan menurutku, sebaiknya kau mengadakan perjalanan dahulu. Urusan dengan Dewa Cadas Pangeran bisa kau tunda….” “Mengapa begitu?!” “Urusan perempuan bukan urusan mudah, Anak Muda. Apalagi dia tahu beberapa gadis lain menaruh rasa cinta padamu. Dia memerlukan waktu untuk berpikir dan menenangkan diri! Kalau sekarang kau memberi penjelasan padanya, bukan tak mungkin dia malah akan salah paham dan membuat urusan jadi tak karuan! Waktu yang kau perlukan untuk mengadakan perjalanan kurasa cukup membuat Dewi Bunga Asmara untuk berpikir dan menenangkan diri….” “Hem…. Benar juga kata-katanya…,” gumam Pendekar 131 seraya anggukkan kepala perlahan. Tampaknya orang di atas altar batu cadas maklum akan gerakan kepala murid Pendeta Sinting. Sambil mengambil kembali kain peta di atas pangkuannya dia berkata. “Anak muda…. Setelah kau selesaikan perjalanan nanti, aku menunggumu di sini. Aku akan memberi keterangan padamu di mana kau bisa bertemu dengan Dewa Cadas Pangeran. Dan terimalah kembali kainmu ini!” Orang di atas altar batu cadas julurkan tangan memberikan kembali kain putih pada Pendekar 131. Murid Pendeta Sinting tersenyum sambil anggukkan kepala. Lalu mendekat dengan sambuti kainnya kembali. Namun baru saja tangannya menyentuh kain putih di tangan orang, mendadak orang di atas altar batu cadas tarik sedikit tangannya yang mengulur memberikan kain. Kejap lain sekonyong-konyong kaki kanan kirinya bergerak lepaskan tendangan! Bukan hanya sampai di situ, tangan satunya yang sedari tadi menekan julaian kain kerudungnya juga bergerak menghantam!



Shalat Samudra Hikmah


Shalat Samudra Hikmah
DOWNLOAD
Author : Saiful Hadi El-Sutha
language : id
Publisher: WahyuQolbu
Release Date : 2016-01-01

Shalat Samudra Hikmah written by Saiful Hadi El-Sutha and has been published by WahyuQolbu this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2016-01-01 with Religion categories.


“(Pembeda) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257) Shalat adalah ibadah yang paling penting bagi umat Islam setelah beriman bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah, dan Muhammad SAW adalah utusan Allah. Sehingga sangat wajar jika Islam sangat memperhatikan Ibadah yang satu ini. Bahkan dari hadits sahih di atas disebutkan bahwa shalatlah yang menjadi pembeda antara orang Muslim dengan orang musyrik. Salah satu manfaat yang paling besar dari ibadah Shalat adalah seorang yang melakukan ibadah Shalat dengan baik dan benar, maka akan mencegah pelakunya dari perbuatan yang tercela. Serta masih banyak lagi hikmah dan manfaat yang terkandung di dalam shalat, jika ia dilaksanakan dengan penuh kekhusyukan. Buku ini akan mengajak anda dan kita semua untuk lebih memahami lagi hakikat, manfaat serta hikmah dari shalat yang kita lakukan sehari-hari, agar shalat yang kita lakukan membuahkan hasil dan mampu memperbaiki hidup kita di dunia maupun di akhirat. -WahyuQolbu-



Mingguan Hidup


Mingguan Hidup
DOWNLOAD
Author :
language : id
Publisher:
Release Date : 1998-07

Mingguan Hidup written by and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1998-07 with Church and social problems categories.




Sukarno


Sukarno
DOWNLOAD
Author : Soekarno
language : id
Publisher:
Release Date : 1965

Sukarno written by Soekarno and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1965 with History categories.


Mirrors all the dramatic and contradictory qualities of the man.



Panji Dadap


Panji Dadap
DOWNLOAD
Author : Paku Buwana IV (Sunan of Surakarta)
language : id
Publisher:
Release Date : 1980

Panji Dadap written by Paku Buwana IV (Sunan of Surakarta) and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1980 with Poetry, Javanese categories.




Tanya Jawab Bersama Nabi Kitab Iman


Tanya Jawab Bersama Nabi Kitab Iman
DOWNLOAD
Author : Jumanta
language : id
Publisher: Elex Media Komputindo
Release Date : 2019-04-15

Tanya Jawab Bersama Nabi Kitab Iman written by Jumanta and has been published by Elex Media Komputindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2019-04-15 with Religion categories.


Nabi Muhammad saw., adalah teladan kita, umat muslim. Jika kita ingin mengetahui puncak aplikasi ajaran Islam, maka tiada guru terbaik selain beliau. Kepribadian, akhlak, dan apa yang beliau sampaikan adalah Islam itu sendiri. Karena alasan tersebut buku ini diterbitkan, dikemas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang seolah dijawab langsung oleh beliau, menjadikan buku ini memiliki daya tarik tersendiri yang dapat memudahkan kita semua untuk memahami apa arti sesungguhnya dari iman secara lebih utuh. Buku yang pembaca pegang ini merupakan kitab pertama yang membahas tentang Iman. Kitab Iman ini membahas tanya-jawab seputar iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, dan takdir. Semoga kita semua diberi kesabaran dan keteguhan hati agar mau dan mampu belajar tentang ajaran islam secara lebih baik lagi. Sehingga nikmat agama islam yang telah ada dalam diri kita akan terasa semakin nikmat dari hari ke hari. Amin. Semoga bermanfaat



Anak Bajang Menggiring Angin Cover Baru


Anak Bajang Menggiring Angin Cover Baru
DOWNLOAD
Author : Sindhunata
language : id
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Release Date : 2018-11-12

Anak Bajang Menggiring Angin Cover Baru written by Sindhunata and has been published by Gramedia Pustaka Utama this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-11-12 with Juvenile Fiction categories.


Maka kebisuan mulut dari suara cinta berbicara tentang segala-galanya. Kebisuan inilah yang membawa Rama dan Sinta meninggalkan dunia. Menerbangkan mereka ke kerajaan seberang lautan. Di sana mereka menjadi anak-anak, laki-laki dan wanita, yang tak memikirkan apa-apa dalam hidupnya, kecuali saling mencinta dan dicinta. Mereka berbicara tanpa bahasa, kecuali bahasa cinta. “Sinta, aku mendengar kebisuanmu berbicara. Aku mendengar suara kesunyian malam yang berbunga dan ketenangan siang yang berbicara,” kata Rama. “Memang Rama, bertahun-tahun aku mendengar suaramu dalam kesendirianku. Suaramu mungkin menjadi irama yang lenyap di udara. Dipisahkan samudra raya, suaramu menghilang dalam kebesaran angkasa, tapi bagiku suara itu bergetar senantiasa. Siapakah yang dapat mendiamkan suara cinta?” kata Sinta. Maka beradalah mereka dalam suatu suasana yang lebih dalam daripada gambiralaya kedalaman samudra, suasana yang lebih tinggi daripada langit di lapisannya yang ketujuh, suasana yang lebih jauh daripada cakrawala, suasana yang melebihi hidup dan kematian, suasana cinta yang tak mengenal batas-batasnya. Ketika itu ada awan lewat menutup matahari. Namun terang tak berhenti memancar dari mata Sinta. Mata itu bening, karena telah bermandikan derita. Rama serasa iri untuk memiliki mata yang demikian tabah. Dan tidakkah keindahan Sinta hari ini adalah buah hasil ketabahannya untuk menderita?



River Of Lanterns


River Of Lanterns
DOWNLOAD
Author : Ching Y. Bezine
language : en
Publisher: Signet
Release Date : 1993

River Of Lanterns written by Ching Y. Bezine and has been published by Signet this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1993 with Fiction categories.


Undaunted by danger, Peony, the daughter of the people, joins forces with a mighty rebel leader whose ambition drives him to be as cunning and cruel as his enemies, in a novel set against the turbulent backdrop of fourteenth-century China. Original.



Epigrafi Dan Sejarah Nusantara


Epigrafi Dan Sejarah Nusantara
DOWNLOAD
Author : Louis-Charles Damais
language : id
Publisher:
Release Date : 1995

Epigrafi Dan Sejarah Nusantara written by Louis-Charles Damais and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1995 with Indonesia categories.




Sastra Indonesia Di Madura


Sastra Indonesia Di Madura
DOWNLOAD
Author : Setiawan
language : id
Publisher: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan N Nasional
Release Date : 1998

Sastra Indonesia Di Madura written by Setiawan and has been published by Pusat Pembinaan Dan Pengembangan N Nasional this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1998 with Authors categories.


Madurese writers and their works.