Home eBooks Download › mantra laut mandar

Mantra Laut Mandar

Download Mantra Laut Mandar PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Mantra Laut Mandar book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page

Mantra Laut Mandar

DOWNLOAD

Author : Adi Arwan Alimin, dkk
language : id
Publisher: Inspirasi.Co
Release Date : 2018-08-01

Mantra Laut Mandar written by Adi Arwan Alimin, dkk and has been published by Inspirasi.Co this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-08-01 with Poetry categories.

Seri Puisi Esai Indonesia Ambon Manise Kisah Sang Penantang Baduy Dan Tanah Luruh Benteng Lentera Pasundan Bahana Bumi Antasari Luka Zamrud Khatulistiwa Balada Ibu Kota Mantra Laut Mandar Di Balik Lipatan Waktu Menggugat Alam, Mengejar Sunyi Di Gerbang Stasiun Penghabisan Merisik Jalan Ke Percut Gaung Moluku Kie Raha Nyayian Perimping Gema Hati Mongondow Palu Gemuruh Laut Timur Penyelam Dari Padang Hitam Genderang Bumi Rafflesia Raja Alam Barajo Ironi Tanah Pungkat Di Lambung Langit Renjana Khatulistiwa Jejak Jerit Di Tambun Bungai Serambi Madinah Jiwa-Jiwa Yang Resah Serat Sekar Tanjung Kepak Cendrawasih Sergam Kesaksian Bumi Anoa Sisa Amuk Kidung Kelam Suara-Suara Yang Terbungkam Kidung Tambura Surat Cinta Untuk Negeri Seribu Labirin “Penyair generasi ini akan dikenang karena ikhtiar bersama memotret batin dan kearifan lokal Indonesia di 34 provinsi, dalam karya kolosal 34 buku. Ini sepenuhnya gerakan masyarakat, tanpa dana sepersenpun dari pemerintah, atau bantuan luar negeri, atau konglomerat. Gerakan ini melibatkan lebih dari 170 penyair lokal, dengan cara penulisan baru puisi esai, puisi panjang bercatatan kaki, mengawinkan fakta dan fiksi” Buku persembahan penerbit CerahBudayaIndonesia

Orang Mandar Orang Laut

DOWNLOAD

Author : Muhammad Ridwan Alimuddin
language : id
Publisher: Kepustakaan Populer Gramedia
Release Date : 2005

Orang Mandar Orang Laut written by Muhammad Ridwan Alimuddin and has been published by Kepustakaan Populer Gramedia this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2005 with Fishers categories.

Aspect of maritime culture of Mandar people in Sulawesi Selatan Province.

Gemuruh Laut Timur

DOWNLOAD

Author : Imelda Olivia Wissang, John Tubani, dkk
language : id
Publisher: Inspirasi.Co
Release Date : 2018-08-01

Gemuruh Laut Timur written by Imelda Olivia Wissang, John Tubani, dkk and has been published by Inspirasi.Co this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-08-01 with Philosophy categories.

Hasan Sulur Surat Cinta Yang Tidak Terbaca

DOWNLOAD

Author : Adi Arwan Alimin
language : id
Publisher: Gerbang Visual
Release Date : 2020-12-22

Hasan Sulur Surat Cinta Yang Tidak Terbaca written by Adi Arwan Alimin and has been published by Gerbang Visual this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2020-12-22 with categories.

Setiap tokoh yang memiliki pengaruh pada bangsanya dan meraut tinggalan monumental selalu pantas dituliskan. Demikian pula Hasan Sulur, yang tentu saja tak sempat membaca setiap perspektif, dan cara pandang orang-orang terhadapnya sebab rencananya untuk dituliskan dalam sebuah otobiografi tak pernah kesampaian, walau dari putrinya Dr. Agusnia saya mendapat pesan yang sama. Bahwa ayahnya juga mengatakan hal serupa sebelum meninggal dunia. Ia ingin menuangkan segala pengalaman, gagasan, misinya dan warisan penting mengenai sebuah totalitas pengabdian dan ketokohan. Saya bertemu Hajja Dahara, nyonya beliau dan menimba banyak cerita mengenai sang suami yang memberi kebanggaan sepanjang hidupnya. Saya ingin menegasi bahwa upaya membantu keluarga tokoh kita ini untuk mengumpulkan sekian banyak wawancara, dan menarasikannya dalam wujud buku tidak didasari dorongan material, apalagi bumbu komersial. Secara personal penulis pun memiliki tautan pengalaman bersama Hasan Sulur, khususnya ketika menjadi pimpinan DPRD baik di Polmas maupun di Sulbar, saat itu saya mengisi newsroom Harian Radar Sulbar. Terakhir kami bersama di Dewan Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, terutama pula bahwa ia telah mendirikan yayasan pendidikan di mana saya pernah mengenyam ilmu dan mula belajar organisasi. Penulisan buku yang relatif cepat ini, bagian dari rasa hormat, dan kekaguman saya yang menyembul sejak masa reporter lapangan. Ini semacam bentuk rasa terima kasih pada beliau. Beberapa hari setelah kepergian Hasan Sulur, upaya penulisan buku ini dimulai. Tampilan buku yang sedang berada di tangan pembaca ini bukanlah sebuah biografi yang mungkin diharapkan, sebab upaya dan metode penulisannya pun berbeda. Buku ini hanya berusaha mengetengahkan kronologi kehidupan yang mungkin akan berguna, dan dapat memberi kita informasi tentang situasi yang dihadapi sang tokoh. Bagaimana pun seluruh isi mengenai figur Hasan Sulur di buku ini akan menjadi bagian dari kekayaan sejarah lisan (oral history) sebagai landasan penting bagi pengungkapan masalah lalu, khususnya kurun waktu saat sang tokoh masih hidup. Dari berbagai obrolan langsung penulis maupun via telepon pada sumber relevan terbentang cukup luas cakrawala mengenai tokoh ini. Hasan Sulur sendiri mungkin tak pernah memikirkan bagaimana menduga orang-orang yang ditinggalkannya akan membincangnya sedemikian lugas. Selama ini penulis cukup banyak berbincang dan menyerap gagasan dari tokoh ini. Sayangnya upaya penulisan yang mesti melalui langkah-langkah lebih dalam untuk menulis otobiografinya telah lewat, sebenarnya kita sangat kehilangan momentum, tetapi begitulah ajal setiap orang siapa dapat menebaknya. Itu sebabnya tidak seluruh hal yang penulis dengar, simak, dan dialogkan dengan puluhan sumber buku ini dapat ditayang, sebagai diksi yang lazimnya harus dipresisikan pada argumen Hasan Sulur sebagai konfirmasi. Maka amat penting untuk terus menjaga para orangtua kita, atau tokoh kita yang masih berdiri di tengah-tengah peradaban ini, atau siapa saja yang masih terus mencurahkan pikirannya untuk muruah jazirah Mandar. Kita mesti melahirkan lebih banyak dokumentasi katakanlah penulisan buku seperti ini di masa datang. Agar kita tak hanya bergelung kisah heroik, dan semata bernostalgia bersama tokoh lokal yang lahir dalam segala rupa kehidupannya. Tetapi lupa mencatatnya. Hasan Sulur merupakan sosok yang telah mengusung politik elektoral yang terasa unik di masanya, walaupun ia berangkat dari belakang meja birokrasi atau bahkan menyembul di bawah tenda tempat ia dahulu bekerja di sana. Modal empat kursi misalnya, telah mampu mencetak prestasi penting hingga menjadi ketua DPRD Polewali Mamasa. Meski ia sanggup mengucapkan selamat tinggal pada kebuntuan birokrasi di manapun ia bertugas, Hasan Sulur rupanya belum sanggup melawan arus besar yang terus menghadangnya secara kultur maupun politik, di tanah kelahirannya sendiri. Hingga takdirnya tak pernah sampai pada puncak kekuasaan sebagai seorang Bupati di Polewali Mamasa. Tentu itu bukan cita-cita tertingginya. Barangkali pula gerakannya yang terus berdenyut dan bersemangat pada setiap pertemuan publik atau di depan mahasiswa selama ini semacam upayanya memecahkan labirin itu. Sepertinya tak banyak birokrat yang sanggup total seperti Hasan Sulur, di mana ia melewati tiga masa yang membuatnya selalu eksis baik di birokrasi; percaturan politik; lalu masa pensiun. Ia telah melampaui sejumlah tahap kontroversi, disanjung teman dan sayang keluarga, idola anak-anak muda, bahkan mungkin disumpahi lawan politiknya. Etape-etape penting itu baginya justeru menegasi perannya sebagai simbol penting bagi kalangan muda di zamannya, dan pergulatan politik di sisi lain. Sebagai ranah keilmuan sejarah, buku ini tentu belum menunjukkan kualitas historiografi seperti yang kita inginkan, buku ini memang bukan model biografi. Apa yang disajikan masih berada pada tataran sebuah memori masyarakat yang menempatkan sang tokoh pada hal-hal ideal sesuai ingatan terbatas. Namun sebagai referensi, buku ini dapat menjadi pengantar penting bagi penulisan selanjutnya. Menulis kehidupan tokoh yang memiliki pengaruh luas, dan telah mengubah lanskap sosial di lingkungannya perlu menjadi tradisi baru. Ini seperti sikap berdiri sambil memberi hormat sempurna pada khazanah intelektual, dan Hasan Sulur lagi-lagi mempertemukan lahirnya gagasan seperti ini meski figurnya telah berpulang. Penulis membincangnya dengan beberapa rekan yang juga setuju bahwa pada hari-hari ke depan kita mesti menanamkan kebiasaan baru. Antara lain, menghormati para tokoh atau intelektual, misalnya dalam bentuk buku. Buku seperti ini selalu menarik dari sisi kronologis sebab memberi sejumlah informasi penting atau komparasi sebuah zaman. Walau kita tidak dapat mengandalkan wawancara langsung dengan sosok yang dituliskan, paling tidak sebuah konstruksi awal bagi upaya penulisan secara lengkap dalam biografi memungkinannya suatu hari nanti akan lebih bersikap kritis. Kekuatan dokumen pendukung atau dokumentasi, wawancara orang dekat, sudut pandang kawan seangkatan atau seprofesi sangatlah penting, tim buku Hasan Sulur: Surat Cinta yang Tidak Terbaca mendapat akses yang cukup di kediaman tokoh kita ini. Tugas berat seorang penulis yakni menghadirkan perbedaan yang jelas antara sisi kehidupan tokoh ketika dia masih hidup, atau setelah dia meninggal dunia. Itu jelas akan membutuhkan kertas kerja yang amat serius. Teori psikohistoris seperti value expectation (nilai pengharapan), dan value capabilities (nilai kemampuan) dalam memandang Hasan Sulur mungkin akan dapat ditemukan pada biografinya kelak, yang bakal melambungkan psikoanalisis hingga memunculkan gagasan perlawanan sang tokoh dalam aspek ethnopsychology. Dia seseorang yang memiliki jiwa besar, dan memahami harga dirinya sebagai anak bangsa: Mandar. Semoga bermanfaat bagi khazanah intelektual, dan bernilai ibadah.

Mantra Laut Mandar

Recent Posts