[PDF] Membangun Masyarakat Madani Melalui Khutbah Dan Ceramah - eBooks Review

Membangun Masyarakat Madani Melalui Khutbah Dan Ceramah


Membangun Masyarakat Madani Melalui Khutbah Dan Ceramah
DOWNLOAD

Download Membangun Masyarakat Madani Melalui Khutbah Dan Ceramah PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Membangun Masyarakat Madani Melalui Khutbah Dan Ceramah book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page





Membangun Masyarakat Madani Melalui Khutbah Dan Ceramah


Membangun Masyarakat Madani Melalui Khutbah Dan Ceramah
DOWNLOAD
Author : Firdaus Efendi
language : ar
Publisher:
Release Date : 1999

Membangun Masyarakat Madani Melalui Khutbah Dan Ceramah written by Firdaus Efendi and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1999 with Civil society categories.


Essays on forming an Islamic civil society in Indonesia.



Islam Beyond Conflict


Islam Beyond Conflict
DOWNLOAD
Author : Wayne Hudson
language : en
Publisher: Routledge
Release Date : 2017-03-02

Islam Beyond Conflict written by Wayne Hudson and has been published by Routledge this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2017-03-02 with Law categories.


Politically, Islam in Indonesia is part of a rich multi-cultural mix. Religious tolerance is seen as the cornerstone of relations between different faiths - and moderation is built into the country's constitutional framework. However, the advent of democracy coupled with the impact of the South-East Asian economic collapse in 1997, and the arrival of a tough new breed of Middle Eastern Islamic preachers, sowed the seeds of the current challenge to Indonesia's traditionally moderate form of Islam. This volume explores the extent to which moderate Indonesian Islam is able to assimilate leading concepts from Western political theory. The essays in the collection explore how concepts from Western political theory are compatible with a liberal interpretation of Islamic universals and how such universals can form the basis for a contemporary approach to the protection of human rights and the articulation of a modern Islamic civil society.



Masyarakat Sipil Islam Dan Demokratisasi Di Indonesia Jejak Pustaka


Masyarakat Sipil Islam Dan Demokratisasi Di Indonesia Jejak Pustaka
DOWNLOAD
Author : Heri Kusmanto
language : id
Publisher: Jejak Pustaka
Release Date :

Masyarakat Sipil Islam Dan Demokratisasi Di Indonesia Jejak Pustaka written by Heri Kusmanto and has been published by Jejak Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with Education categories.


Buku ini menjelaskan tentang peran pentingnya civil society atau masyarakat sipil dalam proses demokratisasi khususnya dalam mengembangkan civic culture atau civic engagement yang sangat penting untuk mengembangkan kemapanan nilai-nilai demokrasi karena demokrasi bukanlah suatu proses yang dapat dikembangkan begitu saja dengan menginstalasi kelembagaan politik.



Strategi Membangun Spiritualitas Masyarakat Dalam Otonomi Daerah


Strategi Membangun Spiritualitas Masyarakat Dalam Otonomi Daerah
DOWNLOAD
Author :
language : id
Publisher:
Release Date : 2001

Strategi Membangun Spiritualitas Masyarakat Dalam Otonomi Daerah written by and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2001 with Islam categories.


Lectures on a spiritual, civil society in Indonesia based on Islamic ethics in the framework of regional autonomy.



Buat Apa Beragama


Buat Apa Beragama
DOWNLOAD
Author : Abdillah Toha
language : id
Publisher: Mizan Publishing
Release Date :

Buat Apa Beragama written by Abdillah Toha and has been published by Mizan Publishing this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with Religion categories.


Buku ini berisi refleksi Abdillah Toha tentang pelbagai isu keislaman, dari soal makna sejati ritual dan ibadah hingga soal sosial-politik umat Islam. Bahwa beragama itu harus membawa nilai tambah, bukan justru merusak dan memberikan citra negatif. Bahwa beragama itu menyenangkan, bukan menambah beban. Abdillah menekankan pentingnya mempromosikan Islam yang terbuka, inklusif, modern, maju, dan berkeadaban. Secara lebih khusus, pengarang menyoroti bahwa Islam itu diturunkan buat kebaikan kita di dunia, bukan sekadar agar nanti masuk sorga. Prakata Penulis Abdillah Toha Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. —Al-Baqarah (2): 11-12 Bismillâh al-Rahmân al-Rahîm Buku di hadapan Anda ini adalah kumpulan tulisan dan renungan saya selama beberapa waktu yang tersebar di berbagai media cetak dan elektronik. Saya beri judul Buat Apa Beragama? karena tema dari berbagai topik yang dibahas di sini memang upaya saya untuk memahami agama dengan benar. Memahami apa sebenarnya manfaat agama bagi Muslim seperti saya. Ketika Allah menurunkan wahyu-Nya kepada berbagai nabi, khususnya nabi terakhir, Muhammad Saw., apakah agama ini hanya untuk menyiapkan kita pada kehidupan setelah mati atau berguna bagi kehidupan kini dan di sini? Apakah Islam untuk kehidupan di dunia atau hanya untuk akhirat? Apakah di akhirat masih ada agama? Sudah terlalu sering kita dengar para ustaz dan dai mengutip ayat Al-Quran yang mengatakan bahwa kehidupan duniawi ini hanya sementara. Yang abadi nanti di akhirat. Tuhan menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya dan menyiapkan bekal untuk akhirat. Dunia penuh dengan permainan dan tipuan. Dan seterusnya. Semua kutipan wahyu itu tidak salah. Yang salah bisa jadi adalah pemahaman apa yang dimaksud dengan ibadah. Apakah itu sekadar shalat, puasa, haji, zikir dan sejenisnya, atau lebih luas daripada itu? Apakah Islam itu pada saat shalat atau perilaku kita setelah shalat? Apakah memuji dan menyembah Tuhan itu karena Tuhan butuh dipuji dan disembah atau semua itu untuk kepentingan kita? Apa sebenarnya tujuan Tuhan menciptakan Adam di surga kemudian menurunkannya ke bumi sebagai “khalifah di bumi” kalau bukan agar Adam melihat surga dan mewujudkan kehidupan surgawi di dunia agar bebas dari kelaparan, ketakutan, dan kesengsaraan? Mengapa kita jarang mendengar khutbah dan ceramah-ceramah ulama dan para ustaz yang berisi inspirasi untuk membangun umat yang maju, berilmu, dan kuat? Apakah agama itu sebuah perkumpulan atau paguyuban yang harus dibentengi dan dijaga dari serangan musuh atau agama adalah penghayatan jiwa dan ruh yang akan menguatkan keduanya dari segala bentuk keguncangan yang melanda diri? Apakah agama itu tujuan akhir kita atau agama adalah jalan yang akan membawa kita kepada tujuan sebenarnya menjadi manusia yang paripurna? Apakah sebagai orang beragama kita harus menutup pintu rapat-rapat dan mencurigai semua pengaruh luar sebagai berbahaya dan dapat mencemari iman kita, atau kita buka pintu kita lebar-lebar dan mengambil semua manfaat dan kearifan yang bisa menambah wawasan beragama kita? Apakah agama atau Tuhan perlu dibela? Sudah sadarkah sebagian besar Muslim bahwa ada lima tujuan syariah yang harus didahulukan dari kewajiban-kewajiban lainnya dalam beragama? Bahwa agama Islam menempatkan maslahat kemanusiaan di atas kepentingan peribadatan? Sulitkah menjadi Muslim dengan segala kewajiban dan larangan yang diatur dalam syariah? Apakah agama membebani kita dengan berbagai kewajiban dan larangan yang terlalu berat untuk dipikul? Apa hubungan agama dengan politik yang benar? Mengapa di banyak negeri non-Muslim kita dapati warganya lebih islami daripada di negeri-negeri Muslim? Ketika Muslim mengucap assalamu ‘alaikum atau meneriakkan takbir atau memulai suatu perbuatan dengan membaca bismillah dan sebagainya, tahukah mereka makna sebenarnya dari berbagai kebiasaan sehari-hari seorang Muslim itu? Ataukah itu hanya sekadar kebiasaan di mulut tanpa dihayati arti dan makna sebenarnya? Ringkasnya, apakah keberagamaan kita sebagai Muslim sejauh ini telah menciptakan nilai tambah bagi kemanusiaan dan umat manusia atau justru sebaliknya telah lebih banyak menimbulkan kerusakan, tetapi kita merasa telah berbuat yang benar sesuai dengan ajaran agama, seperti dijelaskan dalam ayat pada pembukaan prakata ini. Semua itu dan banyak lagi dibahas dalam berbagai tulisan dan renungan di buku ini. Karena setiap topik dibahas dalam tulisan yang pendek dan dalam bahasa populer, tentu saja buku ini tidak berpretensi menuntaskan semua persoalan umat. Apabila setelah membaca berbagai bab dalam buku ini pembaca menjadi lebih terbuka wawasan pikirannya, kemudian berupaya melakukan pendalaman lebih lanjut menyangkut pemahamannya tentang agama Islam, maka tujuan saya telah tercapai. Tentu saja saya tidak bermaksud mengatakan bahwa pandangan dan pemahaman saya tentang agama Islam yang saya anut adalah yang paling benar. Kebenaran mutlak hanya milik Sang Pencipta langit dan bumi. Saya bukanlah ulama atau ustaz. Pernah mengecap pendidikan madrasah selama sembilan tahun, selebihnya pada dasarnya saya adalah produk dari pendidikan sekolah menengah dan perguruan tinggi umum. Di luar itu, saya adalah murid dari berbagai guru dan terus berusaha mencari dan menguak makna dari keberagamaan. Terlalu banyak guru saya untuk disebut di sini satu per satu. Baik guru yang kenal pribadi maupun guru yang tak pernah jumpa, kecuali dalam tulisan atau rekaman audio-videonya. Tentu ada satu atau dua guru yang jadi favorit saya dan memengaruhi jalan pikiran saya. Mereka adalah yang menyajikan Islam sebagai agama yang ramah, tidak rumit, ringan, dan menyenangkan. Tanpa menggampangkan apa yang diwajibkan dan dilarang oleh agama. Berbagai renungan dalam buku ini juga didorong antara lain oleh observasi keterpurukan sebagian besar Muslim di dunia selama beberapa ratus tahun terakhir. Banyak sudah analisis sejarah dan ilmiah ditulis oleh ahlinya tentang berbagai penyebabnya. Salah satu penyebabnya yang mendorong saya untuk merenung adalah pemahaman tentang agama yang menurut saya telah guncang dan meleset karena berbagai trauma kolonialisme dan kekalahan Muslim dalam sejarah modern. Sebagai akibatnya, Muslim mencari perlindungan di balik tirai-tirai konservatisme dan kekolotan. Muslim lebih banyak melihat ke belakang pada masa “kejayaan” Islam daripada ke depan dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemakmuran. Agama dipakai sebagai alat defensif untuk membela diri. Bukan sebagai pendorong untuk kemajuan. Simbolisme lebih ditonjolkan daripada kerja dan hasil nyata. Sebaliknya, di bagian Dunia Islam lain, agama telah menjadi ajang permusuhan dan perpecahan antar-sesama Muslim. Perang saudara antar-sesama penganut agama tak terhindarkan. Agama ditunggangi oleh nafsu kekuasaan dan yang dicari bukan pemahaman untuk mencari kebenaran, tetapi pembenaran terhadap perilaku yang sesungguhnya jauh dari Islam. Ringkasnya, agama itu bisa bermanfaat, tetapi bisa pula merusak dan mengacaukan kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Agama tidak netral. Tinggal terserah kita bagaimana mau memaknai agama. Sejarah telah membuktikan bahwa agama bisa menginspirasi tumbuhnya peradaban yang tinggi, tetapi juga bisa menghancurkannya lewat perang yang menyengsarakan dan mengorbankan jutaan jiwa manusia. Sebagai sumbangan pemikiran bagi kita semua, harapan saya, Allah meridhai upaya sederhana ini. Terima kasih tak terhingga kepada semua yang telah mengilhami berbagai renungan saya ini dan mendorong saya untuk menerbitkannya dalam bentuk buku. Apabila ada kesalahan dan kecerobohan dalam buku ini, maka itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Saya dengan senang hati bersedia menerima kritik dan koreksi dari mana pun datangnya. Hanya dengan tau?k dan hidayah-Nya kita semua akan menemukan dan menelusuri jalan yang lurus, jalan yang di atasnya diberi kenikmatan dan dijauhkan dari murka-Nya. Amin. Jakarta, Agustus 2020 Agama, Keberagamaan, dan Filsafat Pengantar M. Quraish Shihab Bismillâh al-Rahmân al-Rahîm Alhamdulillah, puji syukur kita persembahkan ke hadirat Allah Swt., atas segala nikmat-Nya serta Shalawat dan Salam semoga tercurah kepada para nabi dan Rasul-Nya yang telah membawa ajaran agama kepada umat manusia. Puji syukur dan terima kasih untuk Saudara Abdillah Toha yang menerima saran, bahkan desakan saya dan sekian banyak sahabat, agar menerbitkan tulisan-tulisannya yang selama ini hanya dinikmati oleh segelintir orang, padahal isinya sangat dibutuhkan oleh banyak sekali orang. Buku ini dapat disimpulkan sebagai buku yang berbicara tentang agama dalam berbagai aspek yang tidak jarang rancu di kalangan sebagian besar umat beragama, baik menyangkut agama, ilmu agama, atau keberagamaan. Memang para pakar berbeda tentang de?nisi agama karena beragamnya agama, sampai-sampai Guru Besar Universitas Al-Azhar, Syaikh Fathullah Badran, menulis dalam bukunya, Al-Madkhal Ilâ Al-Adyân, bahwa “De?nisi agama sangat sulit dirumuskan oleh para pakar, tetapi mudah diucapkan oleh orang kebanyakan”. Kendati demikian, ada hal-hal dalam kaitannya dengan agama yang disepakati oleh para pakar dan dapat dipahami oleh orang kebanyakan—kalau kita pandai menjelaskannya. Nah, inilah yang diupayakan oleh Saudara Abdillah Toha melalui bukunya ini. Agama bersumber dari Dia yang dipercayai sebagai Tuhan. Agama adalah hubungan pribadi antara manusia dan Dia yang diyakininya Mahakuasa dan bahwa kemaslahatannya adalah menjalin hubungan dengan-Nya dan yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa agama Islam bagi umat Islam adalah agama yang telah sempurna sejak turunnya ayat QS Al-Mâ’idah (5): 3, yang di dalamnya Allah memproklamasikan kesempurnaan agama pada sore hari, 9 Dzulhijjah tahun ke-10 Hijrah. Agama berbeda dengan ?lsafat. Agama diyakini oleh pemeluknya bersumber dari Tuhan, dan diyakini pasti benar dengan Kebenaran Mutlak, sedang ?lsafat adalah hasil pemikiran mendalam manusia yang bisa jadi benar dan bermanfaat, bisa jadi juga sebaliknya. Cara penerimaannya pun berbeda. Agama yang disodorkan kepada seseorang bisa jadi diterimanya dan diimaninya, atau sebaliknya, dia ragukan untuk kemudian dia putuskan pilihannya—menerima atau menolaknya—tidak bisa setengah-setengah. Tetapi, ?lsafat saat disodorkan kepada seseorang, maka penerimaan atau penolakannya lebih banyak ditentukan oleh argumentasi akliah yang mendukungnya serta kemampuan ?lsuf menjelaskannya dengan menanjak dari satu perincian ke perincian yang lain, kemudian diterima oleh akal atau ditolak olehnya. Agama adalah pembenaran hati dan ketenangannya menerima ajaran agama. Di sisi lain, agama adalah tuntunan dalam rangka pencapaian kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang bila diterapkan dengan benar dalam masyarakat akan menjadi dukungan yang sangat kuat guna kesejahteraan mereka. Agama bisa hadir sebelum hadirnya masyarakat—bukankah agama Islam lahir di Makkah sebelum lahirnya masyarakat Islam yang baru lahir di Madinah? Adapun ?lsafat, maka para ?lsuf berpikir setelah mewujud dalam masyarakatnya apa yang menjadi bahan pemikiran ?lsafatnya. Agama adalah milik dan wewenang Allah. Dia yang menetapkannya melalui rasul-rasul yang diutus-Nya, lalu para rasul menjelaskan maksud Tuhan melalui ucapan dan pengamalan mereka. Sejak sempurnanya agama Islam melalui pernyataan ayat dalam Surah Al-Mâ’idah tadi dan sejak wafatnya Nabi Muhammad Saw., maka tidak ada lagi penambahan agama. Kalau ada, itu hanya penafsiran agama yang lahir dari pemahaman para ahli menyangkut teks-teks agama, baik yang tercantum dalam Al-Quran yang telah sempurna itu maupun dari hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. yang memenuhi syarat-syarat kesahihan. Produk para ahli itulah yang merupakan ilmu agama yang baru lahir sebagai disiplin ilmu, jauh setelah wafatnya Rasul Saw. dan sempurnanya agama. Kalau untuk mudahnya, kita mengambil masa kehadiran ulama-ulama besar pemimpin mazhab-mazhab yang menjadi rujukan umat Islam dalam ilmu ?qih/hukum Islam, maka kita dapat berkata bahwa ilmu ?qih baru lahir pada masa mazhab tertua—yang populer sekarang—yakni masa Imam Abu Hanifah (659 M-767 M) dan seperti diketahui Nabi Muhammad Saw. wafat pada 632 M. Nah, kalau kita berasumsi bahwa pemikiran hukum Abu Hanifah itu beliau cetuskan pada usia empat puluh tahun, maka itu berarti ada jarak sekitar 70 tahun setelah Nabi Muhammad Saw. wafat barulah ilmu agama Islam lahir. Pendapat-pendapat yang berkaitan dengan ilmu ?qih sampai sekarang masih terus berkembang. Ilmu ini tidak akan pernah berhenti karena kebutuhan masyarakat Muslim terhadap ketetapan hukum Islam terus juga meningkat dan kasus-kasus yang dihadapi bisa berbeda dari masa ke masa. Di sisi lain, hasil pemikiran para pakar pun dapat berbeda-beda, bukan saja akibat perkembangan zaman, tetapi juga disebabkan oleh budaya yang dihadapi. Dari sini kita dapat berkata bahwa produk ilmu ?qih dapat dipengaruhi oleh budaya dan hal ini sejak semula diakui oleh para pakar melalui rumus yang disepakati bahwa “Adat kebiasaan positif satu masyarakat dapat menjadi pertimbangan hukum”. Karena itu, kebenarannya dapat bersifat relatif. Buat masyarakat A demikian, sedang masyarakat B lain pula. Selanjutnya, karena pendapat para pakar itu lahir dari manusia yang tidak terjamin kebenaran pendapatnya—berbeda dengan teks-teks yang tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah yang sahih—maka para ulama itu sering kali berkata seperti ucapan Imam Sya?‘i (767-820 M), “Kalau ada pendapatku yang bertentangan dengan Sunnah yang sahih, maka ambillah Sunnah dan campakkan pendapatku,” atau seperti ucapan yang sering terdengar dari para ahli hukum yang objektif lagi luas dan dalam ilmunya serta rendah hatinya, “Pendapat kami benar (menurut kami), tetapi mengandung kemungkinan salah; dan pendapat selain kami (menurut kami) salah, tetapi mengandung kemungkinan benar. Siapa yang datang membawa sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kami persembahkan, maka apa yang dibawanya lebih wajar untuk diterima.” Sekali lagi, perlu ditegaskan bahwa “Agama Islam tidak berubah dan tidak berkembang—karena ia telah sempurna sejak 15 abad yang lalu, tetapi ilmu agama di samping bisa berubah bisa juga berkembang. Ia bisa benar dan bisa salah, bahkan kesemuanya dapat benar bila ditinjau dari beberapa posisi pandang”. Ketidakpahaman tentang perbedaan inilah yang mengundang sikap salah menyalahkan, bahkan ka?r menga?rkan, padahal persoalannya tidak sampai ke sana dan tidak juga sesimpel itu. Hal ketiga yang perlu didudukkan adalah keberagamaan. Kalau Anda melihat seseorang berdiri rukuk dan sujud melaksanakan shalat, maka apa yang dilakukannya dapat dinamai bagian dari ajaran agama. Akan tetapi, jika Anda me-lihatnya—lebih jauh—katakanlah tidak membaca bismillah dalam shalatnya saat membaca Al-Fâtihah atau berqunut dalam shalat Subuh atau tidak, maka apa yang dilakukannya adalah salah satu bentuk keberagamaan atas dasar ilmu ?qih/hukum Islam yang dianut oleh salah satu imam mazhab. Sungguh, sering dilupakan—kalau enggan disebut “tidak diketahui”— bahwa perbedaan pendapat ulama yang memenuhi syarat-syarat keilmuan dan kompetensi ditoleransi oleh Allah dan Rasul-Nya; bahkan kalaupun pendapatnya keliru, Allah menganugerahinya satu ganjaran atas upayanya yang serius. Yang mengikuti pendapatnya pun ditoleransi—selama yang bersangkutan tulus melaksanakannya. Makna “Agama”, “Ilmu Agama”, dan “Keberagamaan” sering rancu dalam masyarakat sehingga tidak jarang menganggap “Ilmu Agama” sebagai “Agama”, atau menduga “Ilmu Agama” sebagai “Keberagamaan”, padahal yang beragama tidak mutlak luas dan dalam ilmu agamanya; dan di sisi lain, yang memercayai kebenaran agama yang dianutnya belum tentu mencerminkan keberagamaan yang benar. Ilmu agama dan keberagamaan saling berbeda juga. Tidak sedikit manusia yang dalam ilmu agamanya, tetapi keberagamaannya kurang, bahkan sekian banyak orientalis tidak menganut agama Islam, tetapi mumpuni ilmu agamanya. Sungguh, Tuhan tidak menilai ilmu agama sama dengan agama, tetapi yang dinilainya adalah keberagamaan, lalu yang paling utama bagi penilaian Tuhan tentang keberagamaan adalah ketulusan. “Keberagamaan dapat ditangguhkan atau diganti/dibatalkan kalau ada kepentingan kemanusiaan yang tidak dapat digabung dengan keberagamaan. Ketentuan demikian berlaku karena agama diturunkan Allah untuk kepentingan manusia—manusia seluruhnya dan juga makhluk-makhluk-Nya. Oleh sebab itu, para ulama menyatakan bahwa apabila air yang dibutuhkan untuk berwudhu itu dibutuhkan juga oleh anjing yang sedang kehausan, sedangkan air tersebut hanya cukup untuk anjing tersebut, maka seorang Muslim diminta untuk tidak berwudhu. Sebab, kemanusiaan manusia dan rahmat agama Islam yang diperuntukkan bagi seluruh alam mengharuskan mendahulukan makhluk Tuhan yang bernama anjing itu. Agama diturunkan Allah untuk membangun peradaban. Untuk membangunnya, dibutuhkan ilmu-ilmu—bukan hanya ilmu hukum Islam—tetapi segala macam ilmu, karena semua ilmu bersumber dari Tuhan sehingga semua ilmu pada dasarnya adalah islami. Keberagamaan harus berdasar ilmu yang sesuai dengan bidang aktivitas yang digarap. Tanpa agama, ilmu agama, dan keberagamaan, manusia tidak akam mampu melaksanakan tugas kekhalifahan yang merupakan tujuan kehadirannya di pentas bumi ini. Buku Saudara Abdillah Toha yang Anda sedang baca mencerminkan pelurusan pandangan banyak di antara kita. Semoga Allah menerima amal baik ini dan menganugerahi kita pemahaman yang benar tentang agama, ilmu agama, serta kemampuan melaksanakan keberagamaan yang direstui oleh agama. Demikian, wallâhu a‘lam. Jakarta, 19 Juli 2020 M. Quraish Shihab [Mizan, Mizan Publishing, Religi, Agama, Islam, Beragama, Non Fiksi, Indonesia]



Khutbah Jum At


Khutbah Jum At
DOWNLOAD
Author :
language : id
Publisher:
Release Date : 2001

Khutbah Jum At written by and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2001 with Islam categories.




Islamic Da Wah In The West


Islamic Da Wah In The West
DOWNLOAD
Author : Larry Poston
language : en
Publisher: Oxford University Press
Release Date : 1992-06-04

Islamic Da Wah In The West written by Larry Poston and has been published by Oxford University Press this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1992-06-04 with Religion categories.


This book explains the concept of Islamic "da'wah", or missionary activity, as it has developed in contemporary Western contexts. Poston traces the transition from the early "external-institutional" missionary approach impracticable in modern Western society, to an "internal-personal" approach which aims at the conversion of individuals and seeks to influence society from the bottom upwards. Poston also combines the results of a questionnaire-survey with an analysis of published testimonies to identify significant traits that distinguish converts to Islam.



Civilization On Trial


Civilization On Trial
DOWNLOAD
Author : Arnold Toynbee
language : en
Publisher:
Release Date : 1949

Civilization On Trial written by Arnold Toynbee and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1949 with Civilization categories.




Purifikasi Dan Reproduksi Budaya Di Pantai Utara Jawa


Purifikasi Dan Reproduksi Budaya Di Pantai Utara Jawa
DOWNLOAD
Author : Asykuri ibn Chamin
language : id
Publisher:
Release Date : 2003

Purifikasi Dan Reproduksi Budaya Di Pantai Utara Jawa written by Asykuri ibn Chamin and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2003 with Arts, Indonesian categories.


On role of Muhammadiyah in developing Islamic religious teachings for Muslim community having traditional culture in northern areas of Java.



The Family Structure In Islam


The Family Structure In Islam
DOWNLOAD
Author : Ḥammūdah ʻAbd al-ʻĀṭī
language : en
Publisher: [s.l.] : American Trust Publications
Release Date : 1977

The Family Structure In Islam written by Ḥammūdah ʻAbd al-ʻĀṭī and has been published by [s.l.] : American Trust Publications this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1977 with Law categories.