Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari


Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Download Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page





Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari


Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Author : Bahrudin Achmad
language : id
Publisher: Almuqsith Pustaka
Release Date : 2021-08-27

Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari written by Bahrudin Achmad and has been published by Almuqsith Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-08-27 with Social Science categories.


Mencermati kitab Risalah Ahlissunnah wal Jamaah karya Kiai Muhammad Hasyim Asy’ari, kita akan mengetahui bahwa penulisannya dilatar belakangi oleh munculnya gerakan modernisme Islam di Indonesia. Menurut Andrée Feillard (2009:6) kaum modernis membentuk organisasi yang dikenal seperti Muhammadiyyah (1912), Al-Irsyad (1915), dan Persatuan Islam (1923). Gerakan ini menurutnya adalah gerakan kedua yang harus dihadapi kaum muslimin Ahlussunnah wal Jamaah setelah gerakan puritanisme di Sumatera Barat yang ditandai dengan pertentangan kaum Paderi di satu sisi dan kaum sufi adat di sisi lain. Gerakan ini menurut catatan Andrée Feillard dalam bukunya NU vis-à-vis Negara adalah gerakan kedua yang harus dihadapi kaum muslimin Ahlussunnah wal Jamaah setelah gerakan puritanisme di Sumatera Barat yang ditandai dengan pertentangan kaum Paderi di satu sisi dan kaum sufi adat di sisi lain. Kitab Risalah Ahlissunnah wal Jamaah ini adalah suatu bentuk usaha intelektual dalam mempertahankan Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia yang dilakukan oleh Hadratussyekh. Pada perkembangan berikutnya, perdebatan yang kian meruncing ini kemudian diupayakan penyatuannya oleh Kiai Hasyim Asy’ari pada tahun 1930 di dalam sebuah ceramahnya yang ditulis dengan judul “al-Mawaidh” (wejangan-wejangan). Apa yang disebutkan terakhir ini kemudian dicatat para pengamat seperti Martin van Bruinnesen sebagai bentuk sikap nasionalisme sang kiai. Para pemuka kaum muslimin dari berbagai mazhab dan organisasi mengamininya dalam wujud pembentukan organisasi konfederasi Islam Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada tahun 1937 M. Bahwa kitab Risalah Ahlissunnah wal Jamaah ini dilatarbelakangi munculnya berbagai aliran Islam di Nusantara, terlihat seperti dalam apa yang disampaikan oleh Hadratussyekh dalam wacana pembuka pasal kedua kitab ini. Secara eksplisit hal ini terungkap pada paragraf kedua pasal itu. Hadratussyekh di dalamnya mengatakan: “Kemudian terjadilah pada tahun 1330 (H) kelompok-kelompok yang bermacam-macam, pandangan-pandangan yang saling bertentangan, pendapat-pendapat yang membingungkan, orang-orang yang memperebutkan pengikut….” Kemudian dalam paragraf selanjutnya Kiai Hasyim mengatakan: “Sebagian dari mereka ada yang mengikuti pendapat Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, yang mana mereka berdua mengambil bid’ah dari Muhammad bin Abdul Wahab….” (hal. 9). Kitab ini sendiri terdiri dari 10 (sepuluh) pasal ditambah dengan satu lagi khutbah kitab (pendahuluan). Pasal pertama dari kitab ini setelah pendahuluan membahas tetang pemahaman mengenai pengertian dari kata sunnah dan kata bid’ah. Masing-masing kedua istilah tersebut dibahas dari segi tinjauan pengertian bahasa (etimologi) dan pengertian istilah (terminologi). Pasal kedua dari kitab ini membahas tentang kondisi keagamaan (Islam) masyarakat Jawa (baca: Nusantara) sebelum dan sesudah tahun 1330 H. Pasal ketiga membahas tentang garis perjuangan ulama salaf, makna yang terkandung dari istilah sawad al-a’dzam, dan pentingnya berpegang teguh pada salah satu dari mazhab empat. Pasal keempat dari buku ini menjelaskan tentang kewajiban bermazhab bagi orang yang tidak memiliki keahlian ijtihad. Pasal kelima dari buku ini menjelaskan kelaziman untuk berhati-hati dalam mengambil (belajar) agama dan ilmu, juga masalah keharusan berhati-hati dari fitnahnya ahli bid’ah dan kaum munafiq dan para pemuka agama yang menyesatkan. Pasal keenam membahas tentang hadits-hadit mengenai merebaknya bid’ah dan kebodohan sebagai kondisi akhir zaman. Pasal ketujuh mengulas soal keberdosaan orang yang mengajak kepada kesesatan atau memberikan teladan yang buruk. Pasal kedelapan dari kitab ini membahas tetang keterpecahan umat Islam kepada 37 (tiga puluh tujuh) golongan serta kelompok-kelompok sesat di antaranya. Juga penjelasan mengenai kelompok Ahlussunnah wal Jamaah adalah satu-satunya yang selamat. Pasal kesembilan dari kitab ini membahas tentang tanda-tanda hari kiamat sudah dekat. Pasal kesepuluh dari kitab ini menjelaskan tentang hadits-hadits yang berkaitan dengan kondisi orang mati yang dapat mendengar dan berkata-kata. Dengan membaca keseluruhan dari pasal-pasal kitab ini, kita menjadi mengerti setidaknya dua hal. Pertama, bahwa sebagaimana juga dikatakan oleh Martin van Bruinnessen, kenyataan tuduhan bid’ah yang pada mulanya ditujukan kaum modernis terhadap ulama pesantren telah dinyatakan sebaliknya oleh para ulama tradisional dan demikian pula Nahdlatul Ulama sebagaimana tercatat dalam satutennya. Kedua, bahwa para ulama tradisional tetap berpegang teguh dan membela cara-cara keagamaan dengan model bermazhab. Suatu hal yang sangat kontras dengan cara-cara keberagamaan orang modernis. Hadratussyekh sendiri, sebagai dijelaskan oleh Martin van Bruinnessen, memilih pendekatan bermazhab kepada salah satu dari Imam Empat (Madzahib Arba’ah) karena beliau baru menguasai 12 cabang dari 16 cabang ilmu yang harus dikuasai oleh seorang mujtahid. Penting untuk dikatakan di sini bahwa pada pasal pertama kitab ini KH Hasyim Asy’ari menukil dan menjelaskan pendapat dari Syekh Zarruq yang menjelaskan bahwa penilaian akan suatu perbuatan, atau sesuatu apa pun sebagai bid’ah harus dipertimbangkan dari tiga segi, yaitu (1) dari segi adanya landasan atau tidak, termasuk pertimbangan bertentangan dengan dalil atau tidak; (2) pengukuran dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan para imam dari ulama salaf; dan (3) mempertimbangkan dari syawahid (pernyataan) hukum yang kemudian diperinci ke dalam bid’ah yang wajib, nadb (baik), haram, makruh, khilaf al-aula (berbeda dengan yang utama), dan mubah (boleh). Menurut Kiai Hasyim, para ulama telah menguraikan penjelasan mereka tentang hadits seputar bid’ah, bahwa yang dimaksud adalah perubahan i’tiqad (keyakinan) dari sesuatu yang awalnya bukanlah ibadah menjadi diyakini sebagai ibadah. Dari penjelasan terakhir ini, maka kita menjadi mengerti bahwa sesungguhnya perdebatan atau kritik dari kaum puritan terhadap kaum tradisionalis adalah karena kesalahpahaman mengenai apa yang seharusnya dipahami sebagai tradisi keagamaan dan dianggap sebagai ibadah. Dalam bagian terakhir pasal pertama kemudian Kiai Hasyim Asy’ari membela keabsahan tradisi keberagamaan masyarakat tradisionalis yang sering dikritik kaum modernis dan puritan. Beliau menegaskan keabsahan tradisi seperti penggunaan tasbih, melafalkan niat, tahlil dan bersedekah untuk mayit, yang mana itu semua tidak ada dalil yang melarang. Sebagai bandingan, lalu Hadratussyekh menjelaskan penilaian buruknya terhadap perilaku menyimpang seperti judi di pasar malang dan permainan undi dengan bantengan. Kitab ini bermanfaat bukan hanya untuk memahami, menilai, dan membeda mana ibadah mana tradisi, mana sunnah mana bid’ah, tapi juga posisi keagamaan para ulama pesantren saat itu yang direpresentasikan Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, salah satu ulama paling berpengaruh di bumi Nusantara. Semoga buku terjemah ini senantiasa membawa manfaat bagi siapa pun yang membacanya. Semoga Allah SWT menjadikan amal ini sebagai berkah bagi kita semua. Aamiin.



Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah


Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Author : Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari
language : id
Publisher: Almuqsith Pustaka
Release Date : 2021-12-13

Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah written by Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari and has been published by Almuqsith Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-12-13 with Juvenile Nonfiction categories.


Mencermati kitab Risalah Ahlissunnah wal Jamaah karya Kiai Muhammad Hasyim Asy’ari, kita akan mengetahui bahwa penulisannya dilatar belakangi oleh munculnya gerakan modernisme Islam di Indonesia. Menurut Andrée Feillard (2009:6) kaum modernis membentuk organisasi yang dikenal seperti Muhammadiyyah (1912), Al-Irsyad (1915), dan Persatuan Islam (1923). Gerakan ini menurutnya adalah gerakan kedua yang harus dihadapi kaum muslimin Ahlussunnah wal Jamaah setelah gerakan puritanisme di Sumatera Barat yang ditandai dengan pertentangan kaum Paderi di satu sisi dan kaum sufi adat di sisi lain. Gerakan ini menurut catatan Andrée Feillard dalam bukunya NU vis-à-vis Negara adalah gerakan kedua yang harus dihadapi kaum muslimin Ahlussunnah wal Jamaah setelah gerakan puritanisme di Sumatera Barat yang ditandai dengan pertentangan kaum Paderi di satu sisi dan kaum sufi adat di sisi lain. Kitab Risalah Ahlissunnah wal Jamaah ini adalah suatu bentuk usaha intelektual dalam mempertahankan Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia yang dilakukan oleh Hadratussyekh. Pada perkembangan berikutnya, perdebatan yang kian meruncing ini kemudian diupayakan penyatuannya oleh Kiai Hasyim Asy’ari pada tahun 1930 di dalam sebuah ceramahnya yang ditulis dengan judul “al-Mawaidh” (wejangan-wejangan). Apa yang disebutkan terakhir ini kemudian dicatat para pengamat seperti Martin van Bruinnesen sebagai bentuk sikap nasionalisme sang kiai. Para pemuka kaum muslimin dari berbagai mazhab dan organisasi mengamininya dalam wujud pembentukan organisasi konfederasi Islam Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada tahun 1937 M. Bahwa kitab Risalah Ahlissunnah wal Jamaah ini dilatarbelakangi munculnya berbagai aliran Islam di Nusantara, terlihat seperti dalam apa yang disampaikan oleh Hadratussyekh dalam wacana pembuka pasal kedua kitab ini. Secara eksplisit hal ini terungkap pada paragraf kedua pasal itu. Hadratussyekh di dalamnya mengatakan: “Kemudian terjadilah pada tahun 1330 (H) kelompok-kelompok yang bermacam-macam, pandangan-pandangan yang saling bertentangan, pendapat-pendapat yang membingungkan, orang-orang yang memperebutkan pengikut….” Kemudian dalam paragraf selanjutnya Kiai Hasyim mengatakan: “Sebagian dari mereka ada yang mengikuti pendapat Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, yang mana mereka berdua mengambil bid’ah dari Muhammad bin Abdul Wahab….” (hal. 9). Kitab ini sendiri terdiri dari 10 (sepuluh) pasal ditambah dengan satu lagi khutbah kitab (pendahuluan). Pasal pertama dari kitab ini setelah pendahuluan membahas tetang pemahaman mengenai pengertian dari kata sunnah dan kata bid’ah. Masing-masing kedua istilah tersebut dibahas dari segi tinjauan pengertian bahasa (etimologi) dan pengertian istilah (terminologi). Pasal kedua dari kitab ini membahas tentang kondisi keagamaan (Islam) masyarakat Jawa (baca: Nusantara) sebelum dan sesudah tahun 1330 H. Pasal ketiga membahas tentang garis perjuangan ulama salaf, makna yang terkandung dari istilah sawad al-a’dzam, dan pentingnya berpegang teguh pada salah satu dari mazhab empat. Pasal keempat dari buku ini menjelaskan tentang kewajiban bermazhab bagi orang yang tidak memiliki keahlian ijtihad. Pasal kelima dari buku ini menjelaskan kelaziman untuk berhati-hati dalam mengambil (belajar) agama dan ilmu, juga masalah keharusan berhati-hati dari fitnahnya ahli bid’ah dan kaum munafiq dan para pemuka agama yang menyesatkan. Pasal keenam membahas tentang hadits-hadit mengenai merebaknya bid’ah dan kebodohan sebagai kondisi akhir zaman. Pasal ketujuh mengulas soal keberdosaan orang yang mengajak kepada kesesatan atau memberikan teladan yang buruk. Pasal kedelapan dari kitab ini membahas tetang keterpecahan umat Islam kepada 37 (tiga puluh tujuh) golongan serta kelompok-kelompok sesat di antaranya. Juga penjelasan mengenai kelompok Ahlussunnah wal Jamaah adalah satu-satunya yang selamat. Pasal kesembilan dari kitab ini membahas tentang tanda-tanda hari kiamat sudah dekat. Pasal kesepuluh dari kitab ini menjelaskan tentang hadits-hadits yang berkaitan dengan kondisi orang mati yang dapat mendengar dan berkata-kata. Dengan membaca keseluruhan dari pasal-pasal kitab ini, kita menjadi mengerti setidaknya dua hal. Pertama, bahwa sebagaimana juga dikatakan oleh Martin van Bruinnessen, kenyataan tuduhan bid’ah yang pada mulanya ditujukan kaum modernis terhadap ulama pesantren telah dinyatakan sebaliknya oleh para ulama tradisional dan demikian pula Nahdlatul Ulama sebagaimana tercatat dalam satutennya. Kedua, bahwa para ulama tradisional tetap berpegang teguh dan membela cara-cara keagamaan dengan model bermazhab. Suatu hal yang sangat kontras dengan cara-cara keberagamaan orang modernis. Hadratussyekh sendiri, sebagai dijelaskan oleh Martin van Bruinnessen, memilih pendekatan bermazhab kepada salah satu dari Imam Empat (Madzahib Arba’ah) karena beliau baru menguasai 12 cabang dari 16 cabang ilmu yang harus dikuasai oleh seorang mujtahid. Penting untuk dikatakan di sini bahwa pada pasal pertama kitab ini KH Hasyim Asy’ari menukil dan menjelaskan pendapat dari Syekh Zarruq yang menjelaskan bahwa penilaian akan suatu perbuatan, atau sesuatu apa pun sebagai bid’ah harus dipertimbangkan dari tiga segi, yaitu (1) dari segi adanya landasan atau tidak, termasuk pertimbangan bertentangan dengan dalil atau tidak; (2) pengukuran dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan para imam dari ulama salaf; dan (3) mempertimbangkan dari syawahid (pernyataan) hukum yang kemudian diperinci ke dalam bid’ah yang wajib, nadb (baik), haram, makruh, khilaf al-aula (berbeda dengan yang utama), dan mubah (boleh). Menurut Kiai Hasyim, para ulama telah menguraikan penjelasan mereka tentang hadits seputar bid’ah, bahwa yang dimaksud adalah perubahan i’tiqad (keyakinan) dari sesuatu yang awalnya bukanlah ibadah menjadi diyakini sebagai ibadah. Dari penjelasan terakhir ini, maka kita menjadi mengerti bahwa sesungguhnya perdebatan atau kritik dari kaum puritan terhadap kaum tradisionalis adalah karena kesalahpahaman mengenai apa yang seharusnya dipahami sebagai tradisi keagamaan dan dianggap sebagai ibadah. Dalam bagian terakhir pasal pertama kemudian Kiai Hasyim Asy’ari membela keabsahan tradisi keberagamaan masyarakat tradisionalis yang sering dikritik kaum modernis dan puritan. Beliau menegaskan keabsahan tradisi seperti penggunaan tasbih, melafalkan niat, tahlil dan bersedekah untuk mayit, yang mana itu semua tidak ada dalil yang melarang. Sebagai bandingan, lalu Hadratussyekh menjelaskan penilaian buruknya terhadap perilaku menyimpang seperti judi di pasar malang dan permainan undi dengan bantengan. Kitab ini bermanfaat bukan hanya untuk memahami, menilai, dan membeda mana ibadah mana tradisi, mana sunnah mana bid’ah, tapi juga posisi keagamaan para ulama pesantren saat itu yang direpresentasikan Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, salah satu ulama paling berpengaruh di bumi Nusantara.



Cahaya Penerang Jiwa


Cahaya Penerang Jiwa
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Author :
language : id
Publisher:
Release Date : 2016

Cahaya Penerang Jiwa written by and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2016 with categories.


On interpretation of Islam.



Risalah Aswaja


Risalah Aswaja
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Author : KH. Muhammad Hasyim Asy'ari
language : id
Publisher: Ar-Ruzz Yogyakarta
Release Date : 2015-10-21

Risalah Aswaja written by KH. Muhammad Hasyim Asy'ari and has been published by Ar-Ruzz Yogyakarta this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2015-10-21 with Religion categories.


Buku ini merupakan terjemahan dari kitab Risalah Ahl al-Sunnah wal Jama'ah karya Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari. Memuat pokok-pokok akidah, termasuk diskusi bid'ah dan firqah dalam Islam. Mencakup kajian tentang pentingnya bermazhab dalam Fikih. Serta ditutup ulasan tentang Hadis-Hadis yang penting untuk dipahami dan diamalkan, sebagai perbekalan hidup di akhirat kelak.



Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah


Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Author : K.H. Hasyim Asy`ari
language : id
Publisher: LTM PBNU dan Pesantren Ciganjur
Release Date : 2017-01-01

Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah written by K.H. Hasyim Asy`ari and has been published by LTM PBNU dan Pesantren Ciganjur this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2017-01-01 with categories.


Lafadz sunah (ةَّ سن (ُketika dibaca dlammah huruf sin dan ditasydid huruf nunnya, sebagaimana pendapat Abu al-Baqa dalam kitab “kuliyyat”, secara bahasa adalah : suatu jalan walaupun tidak diridlai. Dan secara syara’ adalah : jalan yang diridlai (Allah) yang ditempuh dalam agama, yaitu yang ditempuh oleh Rasulullah s.a.w. dan yang lainya, yang faham terhadap agama, dari kalangan para sahabat. Karena ada hadits Rasulullah s.a.w. Sunnah dan Bid`ah



Pendidikan Islam Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah An Nahdliyah Kajian Tradisi Islam Nusantara


Pendidikan Islam Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah An Nahdliyah Kajian Tradisi Islam Nusantara
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Author : Dr. H. Subaidi, M.Pd
language : id
Publisher: UNISNU PRESS
Release Date :

Pendidikan Islam Risalah Ahlussunnah Wal Jama Ah An Nahdliyah Kajian Tradisi Islam Nusantara written by Dr. H. Subaidi, M.Pd and has been published by UNISNU PRESS this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with Architecture categories.


Buku ini ditujukan kepada mahasiswa yang ingin mempelajari atau terdapat mata kuliah pendidikan islam risalah wal jama’ah an-nadliyah. Dalam buku ini mencakup semua sub materi yang berkaitan dengan aswaja kemudian dalam penulisan bahasa yang digunakan sangat mudah di pahami oleh mahasiswa dalam mempelajari buku ini dengan penjelasan yang lugas dan tegas Bab dalam buku ini adalah: 1. Aswaja dan Landasan Berdirinya 2. Sejarah Ahlussunnah Wal Jama’ah & Pendirinya 3. Perkembangan Ahlussunnah Wal Jama’ah 4. Posisi Aswaja di Tengah-Tengah Aliran Lainnya 5. Ajaran Aswaja: Bidang Akidah, Fiqih dan Tasawuf 6. Amaliah Ahlussunnah Wal-Jama’ah An-Nahdliyah 7. Pergeseran Paradigma Aswaja 8. Pandangan Aswaja Tentang Bid’ah 9. Implementasi Nilai-Nilai Aswaja An-Nahdliyah 10. Pesantren dan Aswaja An-Nahdliyah 11. Aswaja dan Nahdlatul Ulama (NU) 12. Koherensi Pesantren, NU dan NKRI 13. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Dan Nahdlaul Ulama (NU)



Hadratussyaikh Kh M Hasyim Asy Ari Teladan Umat Islam Indonesia


Hadratussyaikh Kh M Hasyim Asy Ari Teladan Umat Islam Indonesia
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Author : Tim Redaksi Majalah Tebuireng
language : id
Publisher: Majalah Tebuireng
Release Date : 2015-05-01

Hadratussyaikh Kh M Hasyim Asy Ari Teladan Umat Islam Indonesia written by Tim Redaksi Majalah Tebuireng and has been published by Majalah Tebuireng this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2015-05-01 with Religion categories.


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah ‘Azza wa Jalla atas segala limpahan nikmatnya kepada kita semua, sehingga kita bisa kembali berjumpa dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Shalawat dan salam tetap terhaturkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, beliau adalah sebaik-baiknya manusia dan sebaik-baiknya junjungan. Setelah tahmid dan shalawat kiranya kami bisa memperkenalkan edisi khusus Majalah Tebuireng yang ke 38 untuk menyambut Muktamar NU ke 33. Pada terbitan kali ini sengaja kami mengangkat tema tantang tokoh pendiri NU yang menjadi teladan bagi kita semua. Beliau itu adalah Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, seorang ulama yang kesohor sekaligus pejuang kemerdekaan yang menjadi panutan umat Islam Nusantara. Putra beliau KH. Abdul Karim Hasyim menjulukinya sebagai “Bapak Umat Islam Indonesia.” Hadratussyaikh adalah ulama yang senantiasa menjaga kehormatan Islam, pejuang yang memiliki keikhlasan dalam memperjuangkan hak-hak bangsa dan negara, serta pahlawan yang akan selalu dikenang jasa-jasanya oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan yang mungkin berada di benak para pembaca sekalian. Tentang perubahan ukuran majalah tebuireng yang lebih kecil daripada sebelumnya. Kami redaksi telah merapatkan dan mendiskusikan segala kemungkinan dan prospek Majalah Tebuireng ke depannya, di antaranya dengan mempertimbangkan bertambahnya peminat dan pelanggan Majalah Tebuireng yang berpengaruh pada meningkatnya oplah, selain itu juga dengan bentuk yang minimalis akan terasa lebih nyaman pada saat memegang dan membawanya, tanpa mengurangi kualitas dari pada isi kajian di dalamnya. Dengan tampilan dan kepengurusan redaksi yang juga baru, Akhirnya kami berharap semoga Allah azza wa jalla senantiasa melindungi dan membimbing kita semuanya menempuh jalan yang lurus. Dan semoga suguhan yang tersaji di dalam Majalah Tebuireng edisi kali ini dapat memberi manfaat bagi kita sekalian. Amin ya Rabbal ‘alamin. Redaksi



Jejaring Santri Tebuireng Eksistensi 38 Pesantren Santri Kh M Hasyim Asy Ari Di Tanah Jawa


Jejaring Santri Tebuireng Eksistensi 38 Pesantren Santri Kh M Hasyim Asy Ari Di Tanah Jawa
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Author : Tim Redaksi Majalah Tebuireng
language : id
Publisher: Majalah Tebuireng
Release Date : 2022-09-01

Jejaring Santri Tebuireng Eksistensi 38 Pesantren Santri Kh M Hasyim Asy Ari Di Tanah Jawa written by Tim Redaksi Majalah Tebuireng and has been published by Majalah Tebuireng this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-09-01 with Religion categories.


Edisi kali ini menelisik pesantren-pesantren yang didirikan santri Kiai Hasyim. Bertujuan mengenalkan kepada khalayak bahwa Pesantren Tebuireng adalah salah satu “bapak pesantren di tanah Jawa”, memotret jaringan ulama Jawa yang berhubungan dengan Tebuireng, dan mengetahui kecenderungan keilmuan yang dimiliki tiap pesantren yang terafiliasi dengan Tebuireng yang kami anggap sebagai “kepanjangan tangan” Tebuireng.



Majalah Aula Ed Februari 2024 Sejarah Perjuangan Ulama Jadi Spirit Baru


Majalah Aula Ed Februari 2024 Sejarah Perjuangan Ulama Jadi Spirit Baru
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Author :
language : id
Publisher: Majalah AULA
Release Date : 2024-02-01

Majalah Aula Ed Februari 2024 Sejarah Perjuangan Ulama Jadi Spirit Baru written by and has been published by Majalah AULA this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2024-02-01 with Antiques & Collectibles categories.


Sangat beruntung bahwa majalah ini terus menemani derap langkah perjalanan jamiyah dari waktu ke waktu. Dan kalau memperhatikan jadwal terbit, maka setiap bulan terdapat aneka dinamika yang berhasil didokumentasikan. Baik hal tersebut berupa kejadian penting bagi jamiyah, maupun prestasi jamaah di berbagai sektor. Bahkan apa yang terjadi di kawasan demikian jauh dapat disajikan lantaran memang berhasil menggali informasi dengan baik. Khususnya setiap awal bulan, beberapa potensi liputan dikaji bersama. Hal tersebut tentu saja demi memastikan bahwa apa yang kami dengar dan tangkap dapat disajikan melalui reportase. Dan alhamdulillah, banyak kalangan yang demikian terbuka untuk berbagi informasi sehingga dapat kami tindaklanjuti dan akhirnya tersaji dalam bentuk tulisan yang menarik untuk dibaca. Kendati hanya dihubungi lewat jaringan WhatsApp, beberapa narasumber tidak keberatan berbagi cerita sesuai yang kami harapkan. Untuk keterbukaan dan keinginan dalam berbagi tersebut, sekali lagi disampaikan banyak terima kasih. Seiring dengan berjalannya waktu, media ini juga akan menjadi saksi perjalanan jamiyah yang akan memasuki usia 101 tahun dalam kalender hijriyah. Sebagaimana keputusan Muktamar NU di Jombang, bahwa untuk peringatan hari lahir memang diputuskan hanya menggunakan kalender tersebut. Kalau ternyata masih ada yang merayakan hari lahir NU dengan kalender masehi, sebenarnya tidak sampai dilarang. Hanya saja, agar tertib dan tidak membingungkan, disarankan menggunakan 16 Rajab sebagai momentum harlah. Dan beberapa kegiatan warga di daerah juga sempat kami dengar dan hal tersebut sangat menarik kalau kemudian diunggah di media ini. Saatnya baca rubrik menarik Majalah Aula edisi Februari 2024 diantaranya ; - UMMURRISALAH : MENEGUHKAN VISI NU BANGUN PERADABAN BARU - AKTUALITA : TUNJUKKAN SIKAP NETRAL, PBNU NONAKTIFKAN PENGURUS - Catatan Gus Ali : Muslim Cerdas Pandai Memanfaatkan Waktu - Fikih Nisa : Anak Tunggal ‘Dikuasai’ Mertua Dan masih banyak rubrik menarik lainnya. Baca sekarang juga Majalah Aula edisi Februari 2024



Guru Masihkah Digugu Dan Ditiru


Guru Masihkah Digugu Dan Ditiru
DOWNLOAD
FREE 30 Days

Author : Tim Redaksi Majalah Tebuireng
language : id
Publisher: Majalah Tebuireng
Release Date : 2016-11-01

Guru Masihkah Digugu Dan Ditiru written by Tim Redaksi Majalah Tebuireng and has been published by Majalah Tebuireng this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2016-11-01 with Religion categories.


Menjadi guru tidak selalu mudah. Karena sosok yang disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ini dituntut mencerdaskan sekaligus mendidik pemuda pemangku harapan bangsa. Di ‘bahu’ guru pendidikan dibebankan, di sosok guru masa depan bangsa ditentukan. Sehingga guru dituntut memiliki empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Tidak mudah kan? Tentu saja tidak, karena guru secara luas harus memiliki keterampilan intelektual yang disyaratkan sebab profesi ini dituntut untuk menyiapkan profesi yang lainnya. Oleh karena itu, jabatan mengajar sering disebut ‘mother of professions’ oleh Stinnet. Tak ada harapan yang terus-menerus digaungkan untuk para guru kita. Bahwa semoga mereka mampu mengemban tugas dengan sebaik-baiknya. Meskipun berbagai kendala sering menerpa termasuk ‘bab’ kesejahteraan. Sebab pada hakikatnya pekerjaan guru adalah suatu misi pengabdian, bukan profesi yang bersifat profit oriented. Meskipun aspek-aspek bisnis tetap harus berjalan. Albert Einstein pernah mengatakan “Mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagian yang sedikit kepada kita?" Jawaban yang sangat sederhana adalah – karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar. Banyak praktik-praktik menyimpang, atau lebih tepatnya menyalahgunakan fungsi seorang guru –sebut saja oknum-, bukannya di tangan guru keadaan suatu bangsa lebih baik, malah menjadi sebaliknya. Entah faktor dari dalam, moral oknum tersebut atau faktor dari luar, kesejahteraan, lebih-lebih kemaruk atau melebihi batas wajar, dan lain sebagainya. Ada yang unik dari seorang guru yang kita kenal dengan sapaan Gus Miek. Beliau mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan dari tempat-tempat prostitusi. Bagi beliau, pendidikan adalah sebuah bengkel, bukan dealer yang hanya sekedar menyediakan barang baru. Dari beliau kita belajar, prinsip pendidikan bukanlah ajang pencarian bakat yang bersistem eliminasi, hanya menjaring SDM yang berbakat, melainkan ndandani. Dari tangan-tangan pelaku pendidikanlah, guru, barang yang kurang berfungsi atau bahkan tidak berfungsi menjadi berfungsi dan bahkan berguna lebih dari yang diharapkan. Selamat hari guru di 25 November nanti. Sesuai dari arti guru yang berasal bahasa Sanskerta gu (darkness) dan ru (to push away) yang berarti peran guru adalah kemampuan dalam memberikan pencerahan dari keadan gelap menuju keadaan yang tercerahkan. Namun, terbersit dalam benak, “Duhai guru, masihkah kau mampu menjadi guru –yang digugu dan ditiru-?