[PDF] Terjemah Adabul Alim Wal Muta Alim Karya Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari - eBooks Review

Terjemah Adabul Alim Wal Muta Alim Karya Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari


Terjemah Adabul Alim Wal Muta Alim Karya Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari
DOWNLOAD

Download Terjemah Adabul Alim Wal Muta Alim Karya Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Terjemah Adabul Alim Wal Muta Alim Karya Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page





Terjemah Adabul Alim Wal Muta Alim Karya Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari


Terjemah Adabul Alim Wal Muta Alim Karya Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari
DOWNLOAD

Author : Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari
language : id
Publisher: Almuqsith Pustaka
Release Date : 2021-10-01

Terjemah Adabul Alim Wal Muta Alim Karya Hadratussyeikh Hasyim Asy Ari written by Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari and has been published by Almuqsith Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-10-01 with Social Science categories.


Kitab Adab Al-‘Alim wal Muta’allim (etika orang berilmu dan pencari ilmu) merupakan salah satu dari kitab Kiai Hasyim Asy’ari yang terdapat dalam Irsyadus Syari. Pembahasan dalam kitab ini setidaknya bisa diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) bagian. Bagian pertama membahas tentang keutamaan ilmu, keutamaan belajar, dan mengajarkannya. Bagian kedua membahas tentang etika seorang dalam tahap pencarian ilmu. Bagian ketiga membahas tentang etika seseorang ketika sudah menjadi alim atau dinyatakan lulus dari lembaga pendidikan.



Pendidikan Karakter Khas Pesantren


Pendidikan Karakter Khas Pesantren
DOWNLOAD

Author : KH. Muhammad Hasyim Asy'ari
language : id
Publisher: Tangerang: Tira Smart
Release Date : 2017-09-14

Pendidikan Karakter Khas Pesantren written by KH. Muhammad Hasyim Asy'ari and has been published by Tangerang: Tira Smart this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2017-09-14 with Religion categories.


Cetakan baru dari terjemah kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim karya KH. Muhammad Hasyim Asy'ari yang membahas tentang etika, akhlak, etika atau sopan santun kaum santri di Pondok Pesantren, namun relevan untuk diterapkan di berbagai lembaga pendidikan Islam lainnya.



Adabul Alim Wal Muta Allim


Adabul Alim Wal Muta Allim
DOWNLOAD

Author :
language : ar
Publisher:
Release Date : 2019

Adabul Alim Wal Muta Allim written by and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2019 with categories.




Menjaga Silahturahim Persatuan Persatuan


Menjaga Silahturahim Persatuan Persatuan
DOWNLOAD

Author : Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari
language : id
Publisher: Almuqsith Pustaka
Release Date : 2022-04-05

Menjaga Silahturahim Persatuan Persatuan written by Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari and has been published by Almuqsith Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-04-05 with Social Science categories.


Munculnya organisasi-organisasi pergerakan yang mencita-citakan dan mengusahakan kemerdekaan Indonesia. Masa ini menandai usaha perjuangan kemerdekaan Indonesia yang semula bertumpu pada pergerakan fisik dan terpisah-pisah oleh kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara, menuju usaha-usaha yang berbasis pemikiran dan pendidikan. Beberapa organisasi itu antara lain Syarikat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1905 yang bergerak pada bidang ekonomi, Syarikat Islam pada tahun 1912, Muhammadiyyah pada tahun yang sama, dan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926. Di samping itu, organisasi serupa berbasis Islam juga berdiri di berbagai daerah. Para penjajah pun melakukan resistensi terhadap gerakan masyarakat Islam yang semakin menyadari akan perlunya dibangun cara yang baru dalam usaha mewujudkan kemerdekaan. Maka penjajah Belanda berusaha memecah belah pergerakan masyarakat Indonesia khususnya Islam dengan berbagai usaha, seperti ikut serta membidani lahirnya organisasi komunis-sosialis bernama Indische Socialist Democratic Vereeniging (ISDV) yang berpaham komunis dipimpin oleh Snevliet. ISDV ini kemudian menyusup ke dalam Syarikat Islam dan membentuk SI-Merah di Semarang, Jawa Tengah. Sebuah organisasi yang kemudian menjelma menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada kemudian harinya. Penjajah Belanda juga berusaha memecah-belah kekuatan umat Islam dengan cara menyebarkan isu yang membesar-besarkan permasalahan cabang (furu’, tidak prinsipil) agama. Umat Islam dan para tokohnya dibuat sibuk untuk berdebat dan saling bertentangan satu sama lain. Sehingga mereka tidak lagi atau kurang mempedulikan cita-cita pergerakan Islam yang semula. Melihat dan mempertimbangkan hal itu, Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari merasa perlu dan penting untuk mempersatukan umat Islam di Indonesia dalam rangka cita-cita kejayaan Islam (izzul islam) dan kemerdekaan Indonesia. Dalam kerangka inilah maka kitab At-Tibyan fi An-Nahyi ‘an Muqatha’ati Al-Arham wa Al-Aqarib wa al-Ikhwan ini ditulis. Kitab ini menjelaskan tentang pentingnya rekonsiliasi dan betapa buruknya perpecahan. Ditulis dalam sepuluh bab, kitab ini juga menyertakan beberapa risalah lain yang ditulis dan diceramahkan oleh Hadratussyekh. Risalah yang dimaksud adalah empat bab terakhir yaitu: 1. Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyati Nahdlatil Ulama; Risalah ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi Nahdlatul Ulama. 2. Risalah fi Ta’akkudi Al-Akhdz bi Madzahibil Aimmah al-Arba’ah; Risalah ini mengulas tentang pentingnya bermazhab (khususnya) kepada empat Imam Mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad ibn Hanbal) dalam Islam. 3. Risalah Tusamma bi-Al-Mawa’idh; risalah ini merupakan teks yang berasal dari ceramah Kiai Hasyim Asy’ari di depan forum para ulama. 4. Al-Arbain Haditsan Nabawiyyan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jamiyyati Nahdlatil Ulama. Risalah ini merupakan hasil penyaringan hadits-hadits nabi yang berkaitan dan menjadi landasan perlunya didirikan organisasi Nahdlatul Ulama. Kiranya penting di sini untuk menjelaskan risalah ‘Al-Mawaidh’ yang termuat sebagai bagian dari kitab at-Tibyan ini. Martin van Bruinessen menyatakan bahwa risalah ini disampaikan Hadratussyekh Hasyim Asy’ari dalam suatu forum ulama. Forum tersebut dihadiri para tokoh dan ulama dari berbagai organisasi Islam yang ada di Indonesia. Di antaranya organisasi Syarikat Islam (SI), Persatuan Islam (Persis), Persatuan Ulama Islam (PUI), Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII), Muhammadiyyah, dan Nahdlatul Ulama. Diselenggarakan pada tahun 1937, dalam Al-Mawaidz Hadratussyekh Hasyim Asy’ari menyampaikan perlunya persatuan umat Islam Indonesia. Dengan semangat izzul Islam, mencari titik temu, dan mempermaklumkan perbedaan persoalan cabang agama. Hal demikian ini kemudian diamini para tokoh yang ada. Forum pun bersepakat membentuk organisasi konfederasi Islam yang diberi nama: Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Sejak awal berdirinya, KH Hasyim Asy’ari menjadi pucuk pimpinan tertinggi organisasi ini dan terus bertahan hingga akhir hayatnya, di mana sejak penjajahan Jepang (1942) majelis ini berubah menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Berdasarkan penjelasan di atas, kita menjadi mengerti akan semangat perjuangan, semangat pesatuan umat Islam dan kemerdekaan Indonesia yang dimiliki KH Hasyim Asy’ari. Semoga buku terjemah ini senantiasa membawa manfaat bagi siapa pun yang membacanya. Semoga Allah SWT menjadikan amal ini sebagai berkah bagi kita semua. Aamiin.



Epistimologi Aswaja


Epistimologi Aswaja
DOWNLOAD

Author : Syeikh Abu Fadhol Senori Tuban
language : id
Publisher: Almuqsith Pustaka
Release Date : 2022-04-19

Epistimologi Aswaja written by Syeikh Abu Fadhol Senori Tuban and has been published by Almuqsith Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-04-19 with Social Science categories.


Kitab Al-Kawakib al-Lama’ah adalah salah karya Kiai Fadhal yang cukup detail mengulas mengenai paham Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah; paham yang –menurut penulis—menginspirasi munculnya nalar berpikir dan bertindak moderat. Karya ini sempat menjadi perhatian kalangan pesantren hingga menjadi bahan diskusi yang diadakan di Pondok Pesantren Denanyar Jombang pada akhir tahun 1383 Hijriah dari naskah awal Kawakib al-Lama’ah fi Tahqiq al-Musamma bi Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Forum ini yang menginspirasi Kiai Fadhal untuk mensyarah dengan memberikan penjelasan kembali atas naskah asli. Dalam bentuk syarah, Karya ini selesai ditulis tepat pada hari Ahad, tanggal 28 Muharam tahun 1395 Hijriah. Bila dikaitkan dengan kajian naskah turats Nusantara, terdapat dua kitab yang memiliki judul yang spesifik kaitan dengan pemahaman konsep Aswaja, yakni kitab Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah karya Hadlratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari Jombang dan kitab Hujjah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah karya KH. Ali Makshum Yogyakarta. Kedua naskah ini memiliki kemiripan, sekaligus perbedaan dalam mengulas paham Aswaja dalam konteks akidah, fikih dan tasawuf. Pastinya, ulasan kedua kitab ini sama-sama mengangkap penting adanya tradisi bermadhab dalam Islam agar Islam dipahami dengan baik dengan mengikuti para imam yang kealimannya dan kedalam spiritualnya sulit terbantahkan. Secara umum konsep Aswaja telah menginspirasi lahirnya moderasi berpikir dan bertindak. Hal ini dapat dilihat dari model pola pemahaman tokoh-tokoh yang menjadi standar bermadhhab, misalnya dalam fikih mengikuti salah empat madhab, dalam akidah mengikuti salah satu Abu Hasan al-Asy’ari atau Abu Manshur al-Maturidi, atau dalam tasawuf mengikuti imam al-Ghazali atau Junaid al-Baghdadi. Semua tokoh-tokoh ini disinyalir dalam beberapa masalah menerapkan pola moderasi Islam, misalnya sikap Al-Ghazali yang bergerak dalam tradisi tasawuf Sunni sebagai jalan tengah antara salafi dan falsafi, dan lain-lain. Oleh karenanya, Kiai Fadhal melalui karyanya juga memandang penting tradisi bermadhhab dalam Islam sebagai standar bagi kelompok yang berpaham Aswaja. Setidaknya ada tiga bahasan kitab Kiai Fadhal soal standar-standar Aswaja, yang kemudian mampu melahirkan cara pandang sikap moderat; sikap tengah dengan menolak arus fundamentalisme Islam dan Liberalisme Islam.



Kitab Melatih Diri Membentuk Akhlak Mulia Mengobati Penyakit Hati


Kitab Melatih Diri Membentuk Akhlak Mulia Mengobati Penyakit Hati
DOWNLOAD

Author : Bahrudin Achmad
language : id
Publisher: Almuqsith Pustaka
Release Date : 2021-12-14

Kitab Melatih Diri Membentuk Akhlak Mulia Mengobati Penyakit Hati written by Bahrudin Achmad and has been published by Almuqsith Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-12-14 with Philosophy categories.


Penyakit hati merupakan sifat atau perbuatan tercela yang dilarang oleh agama Islam, tetapi sangat disukai oleh syaitan. Penyakit hati seringkali tidak disadari oleh orang yang mengindapnya, tetapi mudah dikenali oleh orang lain yang mengenalinya. Sedikitnya ada enam macam penyakit hati, yaitu (1) sombong, (2) ujub, (3) riya' (4) gibah, (5) iri-dengki, & (6) marah. Pertama, Sombong (takabur). Sombong adalah perasaan membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Kondisi yang berpotensi membuat sifat sombong antara lain adalah kekayaan, jabatan, kecantikan, kegagahan, dan kepandaian. Kedua, Riya' (pamer). Riya' adalah niatan dalam beramal bukan karena Allah tetapi ingin dipuji orang lain. Riya' merupakan kebalikan dari ikhlas. Seseorang yang melakukan perbuatan amal shaleh karena riya' (tidak ikhlas karena Allah) maka ia tidaklah mendapatkan pahala di sisi Allah. Ketiga, Ujub (merasa sholeh). Ujub adalah perasaan mengagumi/membanggakan diri sendiri dalam beribadah. Sifat ujub harus dihindari karena sifat ini bisa mengurangi bahkan menghilangkan pahala ibadah seseorang. Ujub juga bisa menjerumuskan seseorang kepada sifat takabur (sombong). Keempat, Iri-dengki (hasad dan hasud). Iri berarti tidak senang melihat kelebihan orang lain, sedangkan dengki merupakan wujud amarah karena perasaan iri. Dampak paling besar dari sifat iri-dengki adalah hancurnya tali persaudaraan, serta menimbulkan kebencian dan permusuhan. Dalam Islam kita boleh iri terhadap 2 hal, yaitu orang yang dikaruniai ilmu lalu diamalkan, serta orang yang dikaruniai harta lalu disedekahkan (hadis). Kelima, Ghibah (bergunjing), yaitu prilaku suka membicarakan aib orang lain untuk tujuan provokasi (kebencian). Berghibah merupakan perbuatan tercela dan berdosa besar. Keenam, Ghadab (emosional/pemarah). Marah menyebabkan seseorang sulit mengontrol diri sehingga menyebabkan daya nalar pikiran tidak dapat berfungsi dengan baik. Orang yang suka marah tidak akan disukai siapapun. Untuk menjadikan hati bersih dan terbebas dari penyakit hati, maka kita harus senantiasa membersihkan hati. Setidaknya ada empat cara untuk membersihkan hati yang kotor atau mengobati penyakit hati, yaitu: (1) zuhud, (2) sedekah, (3) ramah, dan (4) istighfar. Pertama, Zuhud. Zuhud adalah prilaku hidup sederhana dan tidak materialistik, yakni hidup yg selalu dipenuhi oleh keinginan duniawi. Zuhud juga mencakup sifat rendah hati. Sehingga prilaku zuhud dapat membuat seseorang terbebas dari sifat sombong, takabur, dan iri dengki. Kedua, Sedekah. Sedekah merupakan rasa syukur yang diwujudkan dalam bentuk kepedulian sosial dengan cara membantu harta untuk meringankan beban ekonomi seseorang. Sedekah akan membangun karakter kasih sayang dan menjauhkan dari sifat tamak. Ketiga, Ramah. Sikap ramah adalah prilaku terpuji dalam pergaulan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk 3S, yaitu senyum, salam dan sapa terhadap orang lain. Sikap ramah adalah prilaku yang menyenangkan sehingga dapat menarik simpati banyak orang. Sikap ramah akan membebaskan diri dari sifat sombong dan iri dengki. Keempat, Istighfar. Istighfar adalah kalimat permohonan ampunan kepada Allah. Istighfar seharusnya dilafalkan secara berulang-ulang dalam satu kegiatan dzikir, yang dilakukan sehabis shalat atau pada saat-saat tertentu di malam hari. Dalam hadis riwayat Bukhari dikatakan bahwa Rasulullah senantiasa beristighfar minimal tujuh puluh kali dalam sehari, meskipun beliau manusia yang terbebas dari kesalahan dan dosa (ma'shum). Manfaat lain dari dzikir istighfar adalah seperti dalam hadis berikut, Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka ,"(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad). Fungsi hati (qalbu) yang paling utama adalah mengenal Allah atau iman, lalu menggerakkan si pemilik hati untuk mewujudkan keimanannya itu dalam sikap dan perilaku konkret kehidupan sehari-hari. Oleh karena itulah maka kita diperintahkan untuk senantiasa membersihkan hati, dengan setidaknya melalui empat cara seperti diatas agar kita mempunyai hati yang bersih (qalbun salim). Rasulullah Saw bersabda, "At-tagwa ha-huna, takwa itu di sini," sambil menunjuk ke dada tiga kali. (HR. Baihaqi). Apabila hati kita bersih maka kita akan mudah mengenal Allah, karena syaitan telah menjauh dan tidak mampu lagi menggoda diri kita. Dengan qalbun salim maka diri kita akan dengan ringan untuk bertakwa kepada Allah.



Historiografi Ikhtilaf Dalam Islam


Historiografi Ikhtilaf Dalam Islam
DOWNLOAD

Author : Waliyullah Ad-Dahlawi
language : id
Publisher: Almuqsith Pustaka
Release Date : 2022-05-19

Historiografi Ikhtilaf Dalam Islam written by Waliyullah Ad-Dahlawi and has been published by Almuqsith Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-05-19 with Philosophy categories.


Perbedaan pendapat di kalangan ulama laksana sebuah taman yang dipenuhi aneka bunga dengan berbagai warna dan bentuk. Taman tersebut terlihat indah dan tidak membosankan. Berbeda kalau taman itu hanya berisi satu macam bunga saja, ia terlihat monoton, kaku, dan tidak sedap untuk terus dipandang mata. Di zaman Nabi sendiri, perbedaan pendapat di antara para sahabat telah terjadi dan Nabi membenarkan kedua pendapat yang berbeda tersebut. Yakni, perbedaan para sahabat dalam menyikapi perintah Nabi saat Perang Ahzab untuk tidak salat ashar kecuali di Bani Quraizhah, saat sebagian mereka masih di perjalanan pas masuk waktu ashar. Maka, sebagian mereka berpendapat bahwa mereka tidak akan salat ashar kecuali setelah sampai di Bani Quraizhah sesuai perintah Nabi. Sedangkan sebagian lagi berpendapat bahwa mereka harus salat karena mereka memahami perintah Nabi itu bertujuan agar mereka mempercepat jalannya untuk bisa salat ashar di Bani Quraizhah, bukan harus salat di tempat itu. Tetapi, perbedaan pendapat di kalangan para sahabat pada zaman Nabi itu semuanya dikembalikan kepada Nabi dan Nabi membenarkan kedua pendapat tersebut. Lanjut ke era pasca-Nabi, perbedaan itu sudah dimulai sejak era Khulafaur Rasyidin. Di antaranya, Asy-Syahrastani dalam Al-Milal wa al-Nihal mencatat berbagai kasus tentang bagaimana perbedaan–bahkan begitu tajam–terjadi di antara sahabat Nabi. Dan itu terus berlanjut di zaman tabi’in, tabi’at tabi’in, hingga zaman para ulama terdahulu. Di antara beberapa perbedaan di masa-masa awal Islam, terjadi mengenai persoalan pembangkang zakat. Berdasarkan ijtihad Sayyidina Umar, para pembangkang zakat tidak perlu diperangi. Dia beralasan pada hadis Nabi bahwa beliau diperintahkkan Allah untuk memerangi manusia, kecuali mereka yang telah mengikrarkan syahadat. Sedangkan Sayyidina Abu Bakar berijtihad sebaliknya, yakni mereka harus diperangi dengan alasan telah memisahkan antara kewajiban salat dan zakat. Namun, apa yang terjadi di tengah perbedaan itu semua? Setajam apa pun perbedaan di antara mereka, mereka tetap memegang teguh adab yang didasarkan pada kesadaran bahwa perbedaan adalah niscaya dan rahmat, serta kebenaran hanya ada pada Qur’an dan Sunnah (bukan tafsir kita atas keduanya). Misalnya, Imam Malik begitu menghormati perbedaan pendapat dan mempersilakan umat untuk memilih pendapat mana yang akan mereka ikuti sesuai relevansinya dengan konteks mereka masing-masing. Hal itu terlihat saat beliau menolak permintaan Khalifah Makmun (salah satu khalifah Bani Abbas) agar menjadikan kitab al-Muwaththa’ sebagai rujukan hukum setiap umat Islam pada masa itu. Beliau menolak dengan berkata, “Wahai amirul mukminin, biarkanlah umat memilih pandangan yang relevan bagi diri mereka sendiri.” Masih dari Imam Malik, “Apabila para sahabat menghadapi masalah yang berat, maka mereka tidak akan memberikan jawaban sebelum mereka mengambil jawaban sahabatnya yang lain.” Para sahabat, imam, dan ulama terdahulu dengan keilmuan yang dimilikinya tidak berat hati bila ada sahabt, imam, atau ulama lain yang berbeda pendapat. Sebaliknya, mereka mengapresiasi perbedaan pendapat di antara mereka. Sedemikian tinggi apresiasi ini, sehingga beberapa ulama semisal Ibn Hajar al-Haitami pernah berucap, “Mazhab kami benar, tetapi mengandung kekeliruan. Dan mazhab selain kami keliru, tetapi mengandung kebenaran.” Sejarah juga mencatat, bagaimana di antara mereka justru begitu rendah hati di tengah perbedaan pendapat di antara mereka. Imam Abu Hanifah pernah berkata, “Ucapan kami ini hanyalah pendapat. Inilah yang terbaik yang dapat kami capai. Jika ada orang yang datang dengan pendapat yang lebih baik dari pada kami, ia adalah yang paling dekat dengan kebenaran ketimbang kami.” Dewasa ini kita melihat fanatisme madzhab dan sikap bertahan dalam tradisi tanpa sumber pengetahuan dan kebenaran yang memadai. Fenomena ini masih mewarnai keberagamaan masyarakat kita. Oleh karena itu, tugas ulama dan cendekiawan muslim adalah memberi pencerahan dan pendewasaan kepada umat dalam menyikapi perbedaan pendapat atau khilafiyah di dalam masalah keagamaan, sepanjang hal itu tidak menyentuh prinsip pokok akidah dan ibadah. Umat Islam perlu mengetahui mana perbedaan pendapat yang diperbolehkan dan mana yang tidak dibenarkan. Dalam persoalan khilafiyah, umat perlu didorong dan diarahkan agar berpegang kepada dalil yang lebih kuat, meski harus meninggalkan tradisi. Di sinilah makna kedewasaan dan kecerdasan dalam beragama.



Hikayat Kearifan


Hikayat Kearifan
DOWNLOAD

Author : Bahrudin Achmad
language : id
Publisher: Almuqsith Pustaka
Release Date : 2022-04-13

Hikayat Kearifan written by Bahrudin Achmad and has been published by Almuqsith Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-04-13 with Philosophy categories.


Hikayat berasal dari bahasa Arab yang bermakna kisah atau cerita. Hikayat mrupakan salah satu bentuk karya sastra yang terkadang mengandung unsur fiksi ataupun tidak, kadang gabungan keduanya. Hikayat bisa berupa hasil interpretasi, pemikiran, imajinasi, maupun pengalaman dari penulisnya. Tak jarang, hikayat diadaptasi dari cerita luar negeri yang berkembang. Hikayat dituturkan oleh tukang cerita secara lisan dan diwariskan secara turun-temurun. Bahkan, kadang hingga lintas generasi. Beberapa hikayat yang ditulis pun sejatinya untuk dibacakan kepada khalayak. Cara penyampaian cerita ini memiliki penggemar tersendiri. Maka, tak jarang, hikayat sering dijadikan media untuk menyebarkan pemikiran dan dakwah Islam selain sebagai sarana hiburan. Hikayat sebagai sebagai sarana dakwah sudah lama digunakan oleh para Ulama untuk menjelaskan keagungan Islam. Berdakwah menggunakan sarana hikayat lebih diterima di kalangan masyarakat, sebab banyak hikmah yang bias dipetik di dalamnya. Melalui hikayat kearifan, Islam diperkenalkan sebagai agama yang penuh hikmah, damai, dan ramah. Hikayat yang dihadirkan dalam buku ini merupakan kisah-kisah yang diterjemahkan dari kitab Durrotun Nashihin Fi Al-Wa’zhi Wal Irsyad Karya Syekh Utsman Bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiyyi. Akhirnya, penulis haturkan mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika dalam buku ini banyak terdapat kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan masukan pembaca sangat berguna bagi penulis, agar nantinya buku ini dapat tampil dalam bentuk dan isi yang lebih baik. Semoga buku ini senantiasa membawa manfaat bagi siapa pun yang membacanya. Semoga Allah SWT menjadikan amal ini sebagai berkah bagi kita semua. Aamiin.



Kitab Faishal At Tafriqah Al Ghazali


Kitab Faishal At Tafriqah Al Ghazali
DOWNLOAD

Author : Al-Ghazali
language : id
Publisher: Almuqsith Pustaka
Release Date : 2022-02-25

Kitab Faishal At Tafriqah Al Ghazali written by Al-Ghazali and has been published by Almuqsith Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-02-25 with Religion categories.


Imam al-Ghazali, secara garis besar, dalam kitab faishal al-tafriqah menasehati agar seorang muslim tidak gegabah dalam jastifikasi stigmatik terhadap muslim lain yang berbeda pendapat dengannya. Al-Ghazali tampaknya ingin menyarankan menampung keragaman pendapat itu terlebih dahulu, lalu dikaji secara ilmiah. Hal ini bertujuan agar seseorang terhindar dari penilaian yang berdasar pada prasangka-prasangka yg sama sekali tidak dibenarkan dalam agama. Imam al-Ghazali berpendapat bahwa seorang muslim hendaknya tidak gegabah mengkafirkan orang yang masih menggunakan mengucapkan dua kalimat syahadat, ka’bah sebagai kiblat shalatnya, Kalaupun ada perbedaan, maka sedapat mungkin dicari penyelesaian. Paling jauh yang bisa dilakukan jika perbedaan pandangan benar-benar tidak bisa didamaikan adalah menyatakannya sesat atau bid’ah. Itupun dalam pengertian hanya ungkapan untuk menyatakan pemikiran yang lain itu tidak sesuai dengan pemikiran yang dianutnya.



Bahaya Lisan


Bahaya Lisan
DOWNLOAD

Author : Al-Ghazali
language : id
Publisher: Almuqsith Pustaka
Release Date : 2022-01-09

Bahaya Lisan written by Al-Ghazali and has been published by Almuqsith Pustaka this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-01-09 with Social Science categories.


Manusia dianugerahi kemampuan untuk berbicara lewat lisan. Lisan, adalah seperangkat bagian tubuh yang memiliki kemampuan luar biasa berupa berbicara. Terbangun atas mulut, lidah, sampai pita suara, kita bisa mengeluarkan suara. Setelah kita mengenal yang namanya bahasa, lalu kita mulai mengucap kata, lalu kalimat. Dari situ, kita dapat berinteraksi dengan orang dengan aneka ragam bentuk. Ciptaan Allah yang luar biasa ini, meniscayakan segera dua hal, mengarahkannya untuk hal yang baik atau yang buruk. Baik dan buruk adalah dua pilihan yang senantiasa melekati kita sebagai manusia selama hidup di dunia. Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya ‘Ulumu al-Din (Cetakan Dar al-Salam, Kairo. j. 2 h. 987), sampai membuat bab khusus soal lisan. Ia menamainya dengan Kitab Afaat al-Lisan, kitab tentang bahaya-bahaya lisan. Al-Ghazali langsung menempatkan kata Afaat karena menurut beliau lisan adalah anugerah Allah yang paling ringan namun di saat yang sama, sulit dikendalikan. Persoalan lisan dimasukan al-Ghazali ke dalam bagian al-muhlikaat, bagian ketiga dari tetralogi dalam Ihya ‘Ulum al-Din. Menjaga lisan menurut al-Ghazali, dimulai dari memahami bahwa fungsi lisan adalah alat wicara apa yang terdapat di dalam hati. Ia mengatakan, “… (Allah) telah penuhi hati manusia dengan gudang-gudang ilmu dan Dia sempurnakannya. Kemudian, Allah turunkan tabir untuk apa yang ada dalam hati itu sebagai bagian dari kasih sayang-Nya. Allah rentangkan dari hati berupa lisan yang mewicarakan apa yang terkandung dalam hati dan pikiran. Lewat lisan dapat menyingkap tabir yang dia turunkan tadi. Sehingga, lisan bisa berucap kebenaran. Bersyukur atas apa yang dikaruniai. Dimudahkan untuk mengungkapkan ilmu yang didapat dan berbicara dengan baik.” Masih di bab dan halaman yang sama, al-Ghazali kembali menguraikan kalau lisan adalah diantara nikmat dan salah satu kemahadetailan ciptaan Allah. Kata beliau, lisan (lidah) itu bentuknya kecil. Tapi pernyataan seseorang itu beriman atau tidak dibuktikan lewat ucapan. Selain itu, segala hal yang di alam semesta ini, yang ada maupun tidak, Pencipta maupun yang diciptakan, khayalan atau realita yang mendekati kebenaran mutlak, semuanya akan menghadapi pembenaran atau penolakan dari lisan. Karena ilmu, semuanya ditransformasikan lewat lisan. Menurut al-Ghazali, ini adalah kelebihan lisan yang tidak dimiliki anggota tubuh manapun. Mari kita perhatikan pernyataan beliau soal terbatasnya anggota tubuh yang lain Sesungguhnya mata hanya bisa menerima warna dan gambar/citra yang wujud, telinga hanya menerima suara, tangan hanya bisa menyentuh yang konkrit/fisik, begitu juga dengan anggota tubuh yang lain. Sementara, kalau lisan, menurut al-Ghazali adalah anggota tubuh yang lapang untuk selalu bergerak, bahkan tidak ada akhirnya. Lisan bisa sangat lancar digunakan untuk kebaikan, di saat yang sama untuk kejahatan. Di bagian lain, al-Ghazali menegaskan kalau lisan adalah organ yang tidak ada kata lelah untuk bergerak (la ta’ba fi ithlaaqihi), tidak membutuhkan energi (dalam jumlah besar) untuk menggeraknya (la mu’nata fi tahriikihi), banyak orang yang menyepelakan untuk mengendalikan dampak buruk dari ucapan (qad tasaahala al-khalqu fi al-ihtiraaz ‘an aafatihi wa ghawaailihi), dan lisan menjadi alat terbaik bagi setan untuk menjerumuskan manusia (a’zhamu aalatin li al-syaithaan fi istighwaai al-lisaan). Setelah berbicara soal ini, al-Ghazali menyatakan bahwa ia bersyukur dianugerahi Allah untuk mengendalikan lisan serta diberi kemampuan menjelaskan persoalan-persoalan soal bahaya lisan ini. Ada banyak sekali yang berhasil beliau inventarisir terkait soal lisan. Dari mulai berbicara yang tidak manfaat, debat, bersenandung, joke/gurauan, lain orang lain ucapan, sampai hal yang mendalam seperti larangan orang awam berbicara atau mempersoalkan sifat-sifat Allah terlalu dalam.