[PDF] Wasiat Agung Dari Tibet - eBooks Review

Wasiat Agung Dari Tibet


Wasiat Agung Dari Tibet
DOWNLOAD

Download Wasiat Agung Dari Tibet PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Wasiat Agung Dari Tibet book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page





Wasiat Agung Dari Tibet


Wasiat Agung Dari Tibet
DOWNLOAD
Author : Zhaenal Fanani
language : id
Publisher: Pantera Publishing
Release Date : 2021-04-24

Wasiat Agung Dari Tibet written by Zhaenal Fanani and has been published by Pantera Publishing this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-04-24 with Fiction categories.


GURU Besar Pu Yi melihat seorang laki-laki berusia lanjut mengenakan pakaian berupa jubah tanpa leher berwarna putih. Paras wajahnya agak bulat dengan mata sipit. Rambutnya yang putih di kelabang dan dililitkan melingkar pada lehernya. Pada daun telinga kirinya terlihat menggantung sebuah anting-anting agak besar. Kakek ini hanya memiliki satu tangan yang diangkat dengan telapak terbuka lurus menghadap ke depan sejajar dengan dada. “Amitaba…. Bukankah dia Tiyang Pengembara Agung?” Guru Besar Pu Yi bergumam. Lalu angkat kedua tangannya sejajar dada dengan kepala mengangguk dan buka mulut. “Amitaba…. Kalau tak salah lihat, bukankah yang duduk di hadapanku adalah seorang tokoh yang tak asing lagi bagi kalangan dunia persilatan bergelar Tiyang Pengembara Agung?!” Orang yang duduk bersandar pada batangan pohon perdengarkan tawa. Lalu gerakkan kepala menunduk. “Guru Besar Pu Yi…. Kau terlalu memuji orang. Aku jadi tidak enak hati…. Lama kita tidak berjumpa. Kuharap kau baik-baik saja…. Bagaimana keadaan Maha Guru Besar Su Beng Siok?!” Pertanyaan orang tua yang dipanggil dengan Tiyang Pengembara Agung membuat Guru Besar Pu Yi sempat terperanjat. Diam-diam dalam hati dia berkata. “Ternyata dia memang memiliki ilmu langka. Selama ini semua murid dan penghuni Shaolin telah dipesan agar merahasiakan keadaan Maha Guru Besar. Tapi nyatanya dia berhasil mengetahuinya…. Hem. .. Apa kehadirannya saat ini ada kaitannya dengan Yang Kui Tan?!” Karena tak ada gunanya lagi sembunyikan kenyataan, Guru Besar Pu Yi menjawab. “Maha Guru Besar sedang sakit….” “Ah…. Seandainya ada waktu, aku ingin menengoknya. Cuma aku terbentur pada peraturan shaolin….” “Amitaba…. Kalau Tiyang Pengembara Agung berkehendak melihatnya, aku tawarkan diri untuk mengantar. Siapa tahu pula dengan kehadiran Tiyang Pengembara Agung, Maha Guru Besar Su Beng Siok berubah pikiran….” “Hem…. Dia dahulu adalah sahabatku meski tidak terlalu dekat. Aku tahu bagaimana sifatnya. Dia sangat teguh pendirian. Tak seorang pun bisa merubah pikirannya. Tapi harap kau tidak memaksakan diri terhadapnya. Dia telah tahu apa yang dilakukannya….” “Maaf…,” kata Guru Besar Pu Yi. “Bukan maksudku menyinggung perasaanmu. Tapi kehadiranmu di tempat ini kurasa bukanlah satu kebetulan semata. Ada seseorang yang hendak kau temui di tempat ini?!” Tiyang Pengembara Agung bergerak bangkit. Selain hanya memiliki satu tangan, orang tua ini juga hanya memiliki satu kaki. Dia tengah memandang rembulan lalu sandarkan punggungnya kembali ke batangan pohon di belakangnya. Saat kemudian dia sambuti ucapan Guru Besar Pu Yi. “Aku juga tak hendak menyinggung perasaanmu. Kalau aku boleh berterus terang, sebenarnya bukan aku yang tengah menunggu atau hendak menemui seseorang di tempat ini. Tapi yang hendak menemui seseorang adalah dirimu….” “Amitaba…. Ternyata dia juga telah tahu mengapa aku berada di sini! Berarti dia juga tahu urusan Yang Kui Tan….” Guru Besar Pu Yi berkata dalam hati. “Guru Besar Pu Yi…. Aku tak hendak mendahului ketentuan yang telah ditulis dan akan kita jalani. Namun rasanya aku bisa memberi satu saran padamu. Tinggalkan saja bukit ini. Dan jangan pernah datang lagi ke sini. Orang yang selama ini kau tunggu tidak akan muncul! Lebih baik sekarang kau pusatkan perhatian ke dalam lingkungan shaolin!” Guru Besar Pu Yi tak dapat menyimpan rasa kejutnya. Walau selama ini dia telah mendengar siapa Tiyang Pengembara Agung dan baru saja membuktikan kalau orang itu dapat mengetahui keadaan Maha Guru Besar Su Beng Siok padahal selama ini semua murid Perguruan Shaolin tidak ada yang membocorkan, namun kali ini Guru Besar Pu Yi rasanya masih meragukan ucapan Tiyang Pengembara Agung. “Harap kau jelaskan bagaimana mungkin orang yang kutunggu tidak akan muncul?” tanya Guru Besar Pu Yi. Tiyang Pengembara Agun tertawa. “Sayang sekali, Guru Besar Pu Yi. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Mungkin kelak akan datang seorang tamu tak dikenal yang dapat menjelaskannya!” . “Amitaba…. Aku tidak akan memaksakan untuk menjelaskannya. Tapi untuk pertanyaanmu yang memberi saran agar aku memusatkan perhatian ke dalam lingkungan shaolin, apakah ini ada kaitannya dengan urusan orang yang kutunggu ini?!” “Segala kemungkinan bisa saja terjadi!” “Berarti aku harus mencurigai orang di lingkungan shaolin?!” “Siapa pun manusia di permukaan bumi ini, pasti tak luput dari kehendak ingin memiliki sesuatu yang lebih. Tak terkecuali orang lingkungan shaolin sendiri!” “Amitaba…. Harap maafkan aku. Rasanya aku tak bisa melakukan saranmu! Ucapanmu memang benar. Namun kalangan shaolin telah diajarkan untuk menerima apa adanya tanpa harus punya keinginan memiliki sesuatu yang lebih, apalagi dengan jalan salah…” “Tidak berprasangka buruk pada orang memang baik. Tapi jika tanda-tanda telah muncul dan kita tetap berpendirian semua orang pasti baik, maka kita akan terlambat untuk sadari. Dan keterlambatan sadar ini mungkin saja akan mengakibatkan timbulnya satu malapetaka besar!” “Terima kasih atas saranmu…. Mudah-mudahan malapetaka itu tak akan terjadi. Sekarang boleh aku tahu, siapa yang kau maksud dengan seorang tamu tak dikenal?!” “Aku hanya tahu wajahnya tapi tak tahu namanya! Aku hanya sempat bertemu satu kali dan tak bicara banyak. Karena itu, harap kau segera tinggalkan bukit ini. Siapa tahu tamu itu akan segera muncul. Kalau kau tidak berada di tempat, bukan saja akan merasa menyesal, namun akan menimbulkan kecurigaan orang!” “Mau mengatakan bagaimana ciri-ciri tamu itu?!” tanya Guru Besar Pu Yi. “Seorang pemuda berwajah tampan. Melihat dari sosok dan penampilannya, dia datang dari seberang laut….” “Aneh…. Bagaimana ini? Seorang pemuda tak dikenal datang dari seberang laut. Namun menurutnya pemuda itu nanti dapat menjelaskan perihal Yang Kui Tan. Hem…. Bagaimana bisa hal ini terjadi?!” Guru Besar Pu Yi membatin. “Guru Besar Pu Yi…. Kadang-kadang ada satu peristiwa yang menurut perhitungan kita tidak mungkin. Tapi kenyataannya benar-benar terjadi! Begitu pula sebaliknya!” “Amitaba…. Dia seakan-akan tahu apa yang ada dalam pikiranku! Ucapannya benar…. Sebaiknya aku segera kembali ke shaolin!” Guru Besar Pu Yi masih membatin begitu mendengar ucapan Tiyang Pengembara Agung. “Kau masih ingin menengok Maha Guru Besar Su Beng Siok?” tanya Guru Besar Pu Yi. “Hasrat hati memang demikian. Tapi biarlah untuk sementara waktu hasratku kutunda dahulu. Aku tidak mau kau nanti mendapat tudingan tak enak kalau sampai mengajakku menemui Maha Guru Besar Su Beng Siok. Hanya saja sampaikan salamku padanya….” Lagi-lagi kening Guru Besar Pu Yi berkerut mendengar ucapan Tiyang Pengembara Agung. Namun kali ini dia tak mau mengutarakan apa yang mengganjal dalam hatinya walau sebenarnya hatinya mulai tidak enak. “Sekali lagi kuucapkan terima kasih atas saranmu. Aku tetap menunggu kehadiranmu di shaolin. Selamat malam….” Guru Besar Pu Yi anggukkan kepala. Lalu melangkah tujuh tindak. Saat lain sosoknya telah melesat menuruni bukit. *** Begitu tiba di ruangannya kembali, Guru Besar Pu Yi tampak resah. Dia melangkah mondar-mandir dengan pikiran tak karuan. Terngiang kembali di telinganya semua ucapan Tiyang Pengembara Agung. Hatinya makin cemas dan khawatir kala mengingat bahwa Yang Kui Tan tidak akan muncul lagi. “Ucapan Tiyang Pengembara Agung memberi isyarat kalau anak itu mendapat halangan…. Amitaba…. Apa yang harus kulakukan sekarang? Memberitahukan urusan ini pada Maha Guru Besar?! Kurasa itu tidak layak. Dia tengah sakit keras…. Hem…. Peta wasiat itu…. Bagaimana kalau sampai jatuh ke tangan orang lain?! Lalu siapa? Pemuda tampan tak dikenal yang dikatakan Tiyang Pengembara Agung?! Ah…. Urusan ini tampaknya akan jadi panjang. Hem…. Penjagaan ruang penyimpanan memang harus dilipatgandakan. Kalau peta wasiat itu benar-benar jatuh ke tangan orang lain, pasti dia akan mencari pasangannya di ruang penyimpanan!” Berpikir sampai ke sana, mendadak Guru Besar Pu Yi melangkah menuju pintu ruangan. Perlahan-lahan dia membuka pintu. Lalu melangkah ke arah bangunan di seberang yang merupakan ruang penyimpanan. Namun langkahnya tertahan saat sepasang matanya menangkap satu sosok kekar muncul dari pojok ruangan di samping bangunan ruang penyimpanan. Guru Besar Pu Yi sesaat perhatikan orang yang juga tengah melangkah. “Adik Liang San…,” gumam Guru Besar Pu Yi begitu matanya dapat mengenali siapa adanya orang yang melangkah dari pojok ruangan di samping ruang penyimpanan. Orang yang melangkah muncul dari pojok ruangan sempat terkejut melihat kemunculan Guru Besar Pu Yi. Namun orang ini yang ternyata memang Liang San segera bergegas mendekati Guru Besar Pu Yi dan berujar pelan. “Aku mendapat firasat tidak enak. Untuk itulah aku keluar melihat-lihat keadaan….” Guru Besar Pu Yi tersenyum. “Amitaba…. Mudah-mudahan firasatmu tidak menjadi kenyataan. Namun begitu aku berterima kasih kau masih menyempatkan diri untuk keluar melihat-lihat!” Liang San takupkan kedua tangannya di depan dada. Kepalanya menunduk meski sepasang matanya melirik tajam pada Guru Besar Pu Yi. Tanpa berkata apa-apa lagi dia teruskan langkah lalu memasuki ruangannya di salah satu deretan ruangan di sebelah kanan bangunan utama. Guru Besar Pu Yi tersenyum. Lalu teruskan langkah pula ke ruang penyimpanan. Beberapa pemuda berkepala gundul yang tegak berjaga-jaga di depan ruang penyimpanan tampak anggukkan kepala. “Kalian harus lebih waspada. Awasi setiap gerak-gerik orang yang mencurigakan. Dan segera laporkan kalau terjadi apa-apa!” Guru Besar Pu Yi berkata dengan memperhatikan pintu ruang penyimpanan. “Semua perintah akan kami laksanakan!” Salah seorang pemuda yang tampak sebagai pimpinan penjagaan di ruang penyimpanan sambuti ucapan Guru Besar Pu Yi. Guru Besar Pu Yi tersenyum. Lalu melangkah lagi ke ruangan dari mana tadi dia keluar. Saat lain orang ini telah lenyap masuk. Tanpa sepengetahuan orang, dari ruangannya, Guru Besar Liang San tampak memperhatikan dengan seringai dingin!



Kuil Atap Langit


Kuil Atap Langit
DOWNLOAD
Author : Zhaenal Fanani
language : id
Publisher: Pantera Publishing
Release Date : 2021-04-24

Kuil Atap Langit written by Zhaenal Fanani and has been published by Pantera Publishing this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-04-24 with Fiction categories.


TERDENGAR deruan dua gelombang luar biasa ganas. Dua angin berkiblat laksana prahara. Untuk kesekian kalinya udara di tempat itu disamaki muncratan tanah yang tersapu gelombang. Murid Pendeta Sinting tak punya pilihan lain kecuali harus menghadang pukulan yang datang. Dia cepat kerahkan tenaga dalam pada kedua tangannya dan serta-merta lepaskan pukulan dengan dorong kedua tangannya. Dua gelegar segera terdengar saat pukulan yang dilepas Ratu Selendang Asmara dan Bayangan Tanpa Wajah bentrok dengan pukulan jarak jauh yang dilepas Joko. Sosok Bayangan Tanpa Wajah dan Ratu Selendang Asmara tampak tersurut dua langkah dengan wajah sama berubah pucat. Tangan masing-masing orang bergetar keras. Di lain pihak, sosok murid Pendeta Sinting juga tersapu dan mundur dua tindak. Paras wajahnya juga pias. Sementara di sebelah samping, Dewi Bunga Asmara segera melompat begitu bentrok pukulan terjadi. Namun entah mengapa, begitu ledakan terdengar, gadis cantik bertubuh menggoda ini bukannya berpaling ke arah Ratu Selendang Asmara, melainkan menoleh ke tempat Joko tadi tegak berdiri menghadang pukulan! Wajahnya jelas membayangkan rasa khawatir dan cemas! “Hem…. Aku sekarang jadi yakin….” Ratu Selendang Asmara bergumam dengan kepala menoleh pada Bayangan Tanpa Wajah. “Pemuda ini membekal ilmu tinggi! Kita tak boleh memandang sebelah mata kalau tidak ingin mendapat celaka!” “Tapi ingat! Keterangan dari mulutnya sangat kita perlukan! Kalau sampai dia mampus, lepas pula apa yang kita inginkan!” sahut Bayangan Tanpa Wajah. “Kita coba dengan bentrok langsung!” Habis berkata begitu, Bayangan Tanpa Wajah segera berkelebat ke depan. Ratu Selendang Asmara tidak menunggu. Begitu Bayangan Tanpa Wajah berkelebat, dia segera pula melesat ke depan. Joko tak mau bertindak ayal. Dia tidak menunggu datangnya pukulan lawan. Begitu melihat gerakan orang berkelebat, dia cepat pula melompat dan menyongsong. Tangan kiri kanan menghadang pukulan Bayangan Tanpa Wajah, sementara kaki kanannya membuat gerakan menghadang sergapan kedua tangan Ratu Selendang Asmara! Sergapan Joko membuat Bayangan Tanpa Wajah dan Ratu Selendang Asmara sempat terkesiap kaget karena mereka sama sekali tidak menduga. Hingga mereka berdua lepaskan pukulan tanpa pengerahan tenaga dalam penuh karena telah dipotong oleh sergapan gerakan murid Pendeta Sinting. Bukkk! Bukkk! Bukkk! Terdengar benturan keras tiga kali berturut-turut. Tubuh Pendekar 131 mental balik dan terhuyung sesaat. Namun segera dapat kuasai diri meski dia merasakan dadanya nyeri dan kedua tangan serta kaki kanannya laksana menghantam dinding kokoh. Aliran darahnya menyentak-nyentak dan mulutnya tampak terbuka menutup megap-megap! Di pihak lain, tubuh Bayangan Tanpa Wajah mencelat terbang seraya perdengarkan seruan tertahan. Orang berwajah hitam ini memang tidak sampai jatuh menghantam tanah. Namun karena sewaktu lepaskan pukulan dalam keadaan belum siap betul, maka tak ampun lagi dia merasakan dadanya sesak dan kedua tangannya lunglai. Dia cepat salurkan tenaga dalam dan mengurut dadanya ketika merasakan perutnya mual tanda ia mengalami cedera dalam walau tidak parah. Di sebelahnya, begitu benturan terjadi, kedua tangan Ratu Selendang Asmara tampak terlempar balik ke belakang. Hal ini membuat sosoknya terputar di udara sebelum akhirnya terpelanting di atas udara. Untung nenek ini cepat membuat gerakan jungkir balik satu kali, hingga meski sempat terhuyung-huyung kala mendarat di atas tanah, namun tidak sampai terjerembab! “Harap dimaafkan…. Aku tidak punya waktu banyak untuk terus berada di sini! Aku harus menemui kekasihku…,” ujar Joko. “Kau tak akan meninggalkan tempat ini tanpa menjawab jujur pertanyaan kami!” sahut Ratu Selendang Asmara. Si nenek telah sentakkan selendang hitam di pundaknya. Selendang hitam panjang itu diputar-putar perdengarkan deruan angker. Tidak jauh dari Ratu Selendang Asmara, Bayangan Tanpa Wajah memandang tajam dengan mulut terkancing rapat. Kedua tangannya menakup di atas kepala. Pendekar 131 sempat terkesiap ketika melihat paras wajah Bayangan Tanpa Wajah. Karena wajah orang ini berubah-ubah. Sesaat tampak membentuk seperti raut wajah orang biasa, namun saat lain berubah menjadi tanpa bentuk. Hal ini berlangsung terus menerus. Inilah tanda jika Bayangan Tanpa Wajah telah dilanda kemarahan besar! Mendadak Bayangan Tanpa Wajah hentakkan kaki kanannya. Dari takupan kedua tangannya melesat asap hitam ke udara. Dengan cepat asap hitam menukik dan menghantam tanah. Begitu bersentuhan dengan tanah, asap hitam membentuk dua bayangan sosok manusia tanpa wajah. Bayangan Tanpa Wajah buka takupan kedua tangannya lalu disentakkan ke depan. Saat yang sama dua sosok bayangan hitam tanpa wajah ikut pula gerakkan kedua tangan masing-masing. Bukan hanya sampai di situ, begitu lepas pukulan, dua sosok bayangan hitam tanpa wajah segera membuat gerakan berputar-putar. Kini dua sosok bayangan hitam itu berubah menjadi beberapa bayangan hitam! Tiga gelombang asap hitam menyergap ganas ke arah Pendekar 131. Saat bersamaan dua sosok bayangan hitam yang berputar dan berubah menjadi beberapa bayangan terus mengitari sosok murid Pendeta Sinting. Mereka seolah tidak terpengaruh dengan gelombang asap hitam yang baru saja melesat. Pendekar 131 cepat siapkan pukulan ‘Lembur Kuning’. Saat itu juga kedua tangannya berubah disemburati warna kekuningan. Namun Joko tidak bisa benar-benar pusatkan perhatian. Karena perhatiannya pecah oleh beberapa bayangan hitam yang terus berputar dan mendekat ke arahnya. Dia jadi serba salah. Kalau menghadang pukulan orang, dia khawatir beberapa bayangan hitam yang berputar akan langsung menyergapnya. Namun kalau tidak menghadang pukulan orang, niscaya jiwanya tidak akan selamat! Dalam keadaan begitu rupa, Joko berpikir cepat. Dia segera melepas pukulan ‘Lembur Kuning’. Dan begitu kedua tangannya telah bergerak, dia melompat ke atas. Wuutt! Wuutt! Dua gelombang dahsyat segera menyambar disertai bertebarannya hawa panas luar biasa. Sinar warna kuning berkiblat silaukan mata. Tiga gelombang asap hitam tampak tertahan di atas udara. Lalu tersapu begitu sinar kuning berkiblat. Tiga gelombang asap hitam bertabur berantakan. Sinar kuning mental lalu porak-poranda! Terdengar tiga gelegar ledakan. Sosok Bayangan Tanpa Wajah terbang tersapu sampai satu setengah tombak ke belakang. Bersamaan dengan itu putaran beberapa bayangan hitam terhenti lalu ikut bergerak mundur beberapa langkah! Kedua kaki Bayangan Tanpa Wajah tampak menekuk lalu jatuh terduduk dengan mulut semburkan darah. Hebatnya, beberapa bayangan hitam yang sesaat mundur, tiba-tiba bergerak dan berputar lagi! Malah putarannya makin cepat dan Joko laksana hanya melihat bayangan samar-samar! Saat itulah Pendekar 131 mendengar beberapa deruan dahsyat. Joko tak mau menunggu. Dia kembali siapkan pukulan ‘Lembur Kuning’ meski sosoknya sempat terpelanting jungkir balik di atas udara. Namun belum sampai kedua tangan Joko bergerak lepaskan pukulan ke arah beberapa bayangan di bawah, satu benda hitam meliuk ganas perdengarkan suara angker. Murid Pendeta Sinting urungkan niat untuk lepaskan pukulan ‘Lembur Kuning’. Sebaliknya segera hantamkan kedua tangannya ke arah benda hitam yang bukan lain adalah selendang hitam milik Ratu Selendang Asmara! Namun ternyata gerakan selendang hitam lebih cepat dari hantaman kedua tangan Joko. Hingga tanpa ampun lagi ujung selendang hitam menyambar ke arah lambung murid Pendeta Sinting. Breett! Pakaian Joko langsung robek menganga. Saat yang sama beberapa gelombang dahsyat menyambar dari bawah! Joko tersentak. Kedua tangannya yang belum sempat menghantam cepat ditarik pulang lagi lalu dihantamkan ke arah beberapa gelombang yang datang. Bummm! Bummmm! Bummm! Bummmm! Terdengar beberapa kali ledakan keras. Beberapa bayangan hitam langsung perdengarkan suara laksana api terkena siraman air. Lalu kepulkan asap hitam membubung ke angkasa. Saat itulah terdengar bentakan keras dari mulut Bayangan Tanpa Wajah. Asap hitam menukik deras lalu melesat dan masuk ke dalam takupan kedua tangan Bayangan Tanpa Wajah yang tampak duduk bersila dengan mata terpejam. Di atas udara sana, sosok murid Pendeta Sinting terbanting dua kali. Saat lain sosoknya melayang ke bawah. Ratu Selendang Asmara tak menunggu lagi. Tangan kanannya segera bergerak. Selendang hitam meliuk ganas. Joko masih dapat menangkap gerakan selendang hitam. Namun sudah terlambat baginya untuk membuat gerakan menghadang atau berkelit. Ratu Selendang Asmara menyeringai. Tangan kanannya yang memegang selendang hitam bergerak dua kali. Tahu-tahu tukikan sosok murid Pendeta Sinting tertahan. Joko melirik karena dia tidak bisa bernapas. Ternyata bagian perut dan dadanya telah terlilit selendang hitam si nenek! Walau masih menahan sakit pada kedua tangan dan dadanya akibat bentrok pukulan, namun Joko masih berusaha untuk hantamkan kedua tangannya untuk memotong gerakan selendang. Tapi si nenek lebih cepat bergerak. Dia sentakkan tangan kanannya. Selendang hitam yang melilit perut dan dada murid Pendeta Sinting pun terlepas. Namun bersamaan itu sosok Joko menukik deras dan akhirnya jatuh terkapar di atas tanah dengan mulut kucurkan darah! Bayangan Tanpa Wajah tak sia-siakan kesempatan. Dia segera melesat ke depan dengan posisi masih duduk bersila. Tangan kiri kanannya berkelebat hendak sarangkan dua totokan dahsyat. Pendekar 131 hanya bisa memandang pada gerakan kedua tangan Bayangan Tanpa Wajah tanpa bisa membuat gerakan apa-apa! Takkkk! Tangan kanan Bayangan Tanpa Wajah lakukan totokan pada lambung kiri Pendekar 131. Sementara tangan kiri terus berkelebat hendak sarangkan totokan pada pundak kanan murid Pendeta Sinting. Joko berseru tertahan. Dia merasakan lambungnya kaku dan separo anggota tubuhnya sebelah kiri tegang tak bisa digerakkan! Namun Joko masih coba gerakkan tangan kanan untuk menghadang kelebatan tangan kiri Bayangan Tanpa Wajah. Tapi gerakan tangan kiri Bayangan Tanpa Wajah rupanya lebih cepat. Hingga baru saja murid Pendeta Sinting angkat tangan kanannya, tangan kiri Bayangan Tanpa Wajah sudah menyusup ke arah ketiaknya! Satu telunjuk jari lagi tangan kiri Bayangan Tanpa Wajah sarangkan totokan, mendadak satu bayangan putih berkelebat. Tidak terdengar adanya gelombang yang menyambar. Namun bersamaan itu sosok tubuh murid Pendeta Sinting tersapu ke belakang lalu menyusur tanah dan akhirnya menghantam satu gugusan batu di belakang sana. Namun sapuan itu membuat dirinya selamat dari totokan tangan kiri Bayangan Tanpa Wajah. Bayangan Tanpa Wajah perdengarkan dengusan keras. Dia cepat berpaling ke samping kanan. Dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa adanya bayangan putih. Namun Bayangan Tanpa Wajah tidak peduli. Dia maklum kalau ada orang yang ikut campur urusannya. Hingga tanpa melihat siapa adanya orang, dia segera hantamkan kedua tangannya. Ratu Selendang Asmara terlengak melihat munculnya orang. Tanpa pedulikan pula siapa adanya orang, dia sentakkan selendang di tangan kanannya. Selendang hitam meliuk ganas. Orang berbaju putih membuat gerakan berputar satu kali. Tangan kiri kanannya bergerak. Gelombang yang menggebrak dari kedua tangan Bayangan Tanpa Wajah langsung ambyar lenyap! Bahkan bersamaan itu sosok Bayangan Tanpa Wajah terjengkang jatuh di atas tanah. Di lain pihak, tiba-tiba gerakan selendang hitam Ratu Selendang Asmara laksana dihempas gelombang luar biasa dan mental balik! Tangan kanan si nenek terlempar ke belakang. Orang berbaju putih gerakkan tangan kirinya sekali lagi ke arah ujung selendang yang ikut tertarik ke belakang. Selendang hitam milik Ratu Selendang Asmara meliuk dan tahu-tahu melilit pada tubuh si nenek sendiri! Orang berbaju putih putar pandangan sesaat. Lalu berkelebat ke arah jatuhnya murid Pendeta Sinting. Tanpa perdengarkan suara, dia gerakkan tangan kanannya. Tahu-tahu sosok tubuh Joko sudah berada di pundak kanan orang. Bayangan Tanpa Wajah menggeram marah. Dia cepat bergerak duduk. Kembali kedua tangannya lepas pukulan. Ratu Selendang Asmara tak berdiam diri. Tangan kirinya ikut lepas pukulan. Di sebelah samping, Dewi Bunga Asmara yang sejak tadi hanya melihat seraya bergerak mundur hindarkan diri dari bias bentroknya pukulan, segera pula hantamkan kedua tangan begitu melihat orang berbaju putih angkat tubuh murid Pendeta Sinting. Gabungan pukulan tiga orang melesat angker ke arah orang berbaju putih. Di depan sana, orang berbaju putih hanya memandang sesaat. Tanpa berusaha menghadang pukulan, dia sentakkan kedua kakinya. Sosoknya melesat ke samping lalu berkelebat tinggalkan tempat itu. Blarr! Blarrr! Blarrr! Gugusan batu di belakang mana tadi Joko terkapar langsung semburat. Tanahnya ikut bertabur menutup pemandangan. Bayangan Tanpa Wajah dan Ratu Selendang Asmara hendak mengejar. Namun mendadak mereka urungkan niat masing-masing tatkala mereka berdua merasakan sekujur tubuhnya kaku tak bisa digerakkan! Di lain pihak, karena tidak merasakan seperti apa yang dialami Bayangan Tanpa Wajah dan Ratu Selendang Asmara, Dewi Bunga Asmara segera berkelebat. “Tahan!” seru Ratu Selendang Asmara, membuat Dewi Bunga Asmara hentikan gerakan. Dia berpaling pada gurunya yang perlahan-lahan melorot jatuh di atas tanah dengan selendang masih melilit tubuhnya. “Bang Sun Giok! Cepat lepas lilitan selendang ini! Lalu lepas pula totokan keparat di tubuhku!” Ratu Selendang Asmara berteriak. “Aneh…. Bagaimana mungkin dia bisa terkena totokan?!” kata Bang Sun Giok alias Dewi Bunga Asmara dalam hati seraya melompat ke arah gurunya. Dia cepat lepaskan lilitan selendang pada tubuh Ratu Selendang Asmara. “Apa lagi yang kau tunggu! Lepas totokan di empat jalur darah punggungku!” kata Li Muk Cin alias Ratu Selendang Asmara ketika mendapati Dewi Bunga Asmara masih diam memperhatikan. Walau masih merasa heran, namun Dewi Bunga Asmara cepat melangkah ke belakang. Kedua tangannya bergerak di empat tempat punggung Ratu Selendang Asmara. Ratu Selendang Asmara sendiri tampak pejamkan kedua matanya. Dan begitu Dewi Bunga Asmara telah gerakkan kedua tangannya, si nenek menghela napas panjang. Perlahan-lahan sepasang matanya dibuka lalu bangkit berdiri dan melangkah ke arah Bayangan Tanpa Wajah yang duduk bersimpuh tak bergerak-gerak. Ratu Selendang Asmara duduk bersila di depan Bayangan Tanpa Wajah. Saat bersamaan kedua tangannya bergerak. Jari telunjuk kedua tangannya dilipat lalu dihantamkan perlahan pada empat tempat di sekitar dada dan lambung Bayangan Tanpa Wajah. Bayangan Tanpa Wajah mendongak. “Orang itu melepas pukulan ilmu ‘Sembilan Gerbang Matahari’ tingkat tiga!” “Bagaimana mungkin? Bukankah satu-satunya orang yang menguasai ilmu ‘Sembilan Gerbang Matahari’ sudah dikabarkan tewas karena beberapa puluh tahun terakhir tidak terdengar lagi beritanya?!” sahut Ratu Selendang Asmara dengan wajah keheranan. “Kabar yang tersiar tidak selamanya benar. Terbukti masih ada orang yang bisa melepas ilmu ‘Sembilan Gerbang Matahari’!” “Jadi…?” “Aku yakin orang tadi itu adalah Bu Beng La Ma! Satu-satunya orang di daratan Tibet yang menguasai ilmu ‘Sembilan Gerbang Matahari’!” “Hem…. Ini satu tanda kalau rencana kita akan terganjal! Mustahil kita mampu berhadapan dengan Bu Beng La Ma!” “Ini juga satu isyarat jika pemuda itulah yang kita cari! Tak mungkin Bu Beng La Ma turun tangan tanpa ada sesuatu yang sangat penting! Apalagi akhir-akhir ini namanya sudah lenyap dari peredaran rimba persilatan. Bahkan hampir semua orang sudah menduga kalau dia telah tewas ditelan usia!” kata Bayangan Tanpa Wajah seraya beranjak bangkit mengikuti Ratu Selendang Asmara yang bangkit dahulu. “Lalu apa yang harus kita perbuat?!” “Kita teruskan rencana pencarian ini! Tak mungkin Bu Beng La Ma akan terus mengikuti ke mana langkah pemuda itu!” jawab Bayangan Tanpa Wajah seraya menahan dadanya dengan kedua tangan karena masih terasa nyeri. “Selama ini aku hanya mengenal Bu Beng La Ma tanpa tahu di mana tempat tinggalnya! Kau tahu di mana tokoh itu berdiam diri?!” tanya Ratu Selendang Asmara. “Mendiang guruku pernah bercerita. Bu Beng La Ma tinggal di sebuah kuil di puncak bukit. Karena kuil itu tidak beratap, kalangan rimba persilatan saat itu menamakannya Kuil Atap Langit.” “Tempatnya…?!” “Perjalanan dua hari dua malam dari pesisir ke arah utara!” “Kita harus ke sana!” kata Ratu Selendang Asmara. “Kita tunggu sampai pemuda itu turun bukit! Dan sedapat mungkin kita hindari bentrok dengan Bu Beng La Ma!” Tanpa menunggu jawaban dari Bayangan Tanpa Wajah, Ratu Selendang Asmara berpaling pada Dewi Bunga Asmara. “Sun Giok! Kau pulanglah! Perjalanan ini sangat berbahaya!” Dewi Bunga Asmara geleng kepala. “Aku ikut!” Karena sudah tahu bagaimana sifat muridnya, meski amat berat pada akhirnya Ratu Selendang Asmara tak bisa mencegah. “Tapi kau harus berhati-hati! Jangan berani lancang melepas pukulan kalau tidak dalam keadaan terpaksa! Kau kuajak hanya untuk berjaga-jaga bila sesuatu terjadi padaku!” Dewi Bunga Asmara anggukkan kepala meski dalam hati dia mengatakan sebaliknya. “Aku sudah besar. Aku tahu apa yang harus kulakukan!” “Kita berangkat sekarang!” kata Ratu Selendang Asmara. Dia memberi isyarat pada Dewi Bunga Asmara. Saat lain si nenek mendahului berkelebat. Disusul kemudian oleh Dewi Bunga Asmara. Bayangan Tanpa Wajah menyusul di belakang.



Dewa Cadas Pangeran


Dewa Cadas Pangeran
DOWNLOAD
Author : Zhaenal Fanani
language : id
Publisher: Pantera Publishing
Release Date : 2021-04-24

Dewa Cadas Pangeran written by Zhaenal Fanani and has been published by Pantera Publishing this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-04-24 with Fiction categories.


BATU putih di ujung tambang bergerak perlahan ke atas tanda kepala Dewa Cadas Pangeran mendongak. Saat kemudian terdengar ucapan. “Kalian telah mendapat jawaban dari apa yang kalian tanyakan…. Mudah-mudahan kalian tidak segan untuk juga jawab beberapa tanyaku!” “Aneh…. Dia telah tahu banyak apa yang tidak diketahui orang lain. Mengapa dia masih akan ajukan tanya?!” Diam-diam Ratu Selendang Asmara membatin. Lalu buka suara. “Kau telah menjawab pertanyaanku. Adalah kurang pantas kalau aku tidak bersedia memberi jawaban atas pertanyaanmu…!” “Terima kasih…,” ujar Dewa Cadas Pangeran. “Kalian menginginkan peta wasiat itu?!” “Siapa pun yang kau tanya begitu pasti akan anggukkan kepala!” jawab Ratu Selendang Asmara berterus terang. Dewa Cadas Pangeran perdengarkan tawa panjang. Lalu berucap. “Aku tidak akan halangi keinginan seseorang. Tapi demi kedamaian dan keselamatan, tidak ada salahnya bukan kalau aku memberi satu saran?” “Kau pasti akan mengatakan kami berdua tidak akan berhasil mendapatkan peta wasiat itu! Benar?!” Ratu Selendang Asmara tampaknya sudah dapat membaca apa yang akan dikatakan Dewa Cadas Pangeran. “Syukur kalau kau telah menangkap isyarat itu…. Sekali lagi mudah-mudahan kalian tidak berburuk sangka padaku kalau aku mengatakan kalian bukan saja tidak akan mendapatkan apa-apa, namun akan mengalami musibah jika teruskan keinginan!” Mendengar ucapan Dewa Cadas Pangeran, Ratu Selendang Asmara tersenyum. “Dewa Cadas Pangeran. Kuakui kau pandai memberi keterangan. Tapi jangan kau lupa! Nasib seseorang adalah sebuah misteri yang tidak bisa dibaca oleh siapa saja!” “Ucapanmu tidak salah. Dan harap kau tak keliru. Aku tidak membicarakan nasib seseorang. Aku hanya memberi saran. Dan kalaupun aku mengatakan kalian tidak akan mendapatkan apa-apa, aku menangkap adanya beberapa orang punya keinginan seperti kalian. Jika semua orang yang punya keinginan sama saling bertemu, kalian dapat bayangkan apa yang akan terjadi!” “Kita tak perlu pedulikan ucapannya!” Bayangan Tanpa Wajah berbisik pada Ratu Selendang Asmara. Si nenek anggukkan kepala lalu berkata. “Masih ada yang ingin kau utarakan lagi?” Dewa Cadas Pangeran tidak sambuti pertanyaan Ratu Selendang Asmara. Sebaliknya dia putar diri membelakangi orang. Kejap lain dia membuat gerakan satu kali. Sosoknya melesat beberapa tombak ke depan. Saat lain Ratu Selendang Asmara dan Bayangan Tanpa Wajah hanya melihat gerakan batu putih yang bergoyang-goyang di atas ranggasan semak belukar yang sesekali semburatkan kiblatan sinar putih. “Kita sekarang menuju biara Perguruan Shaolin!” kata Bayangan Tanpa Wajah. Seraya berkata, laki-laki berkulit hitam legam ini melangkah hendak tinggalkan tempat itu. Namun begitu sadar kalau Ratu Selendang Asmara tidak beranjak dari tempatnya tegak, Bayangan Tanpa Wajah berkata agak keras. “Kau takut?!” “Setinggi apa pun ilmu orang, dia tak mungkin bisa menang berhadapan dengan nasib! Itulah satu-satunya hal yang paling kutakutkan dalam hidup!” Ucapan Ratu Selendang Asmara membuat Bayangan Tanpa Wajah tertawa ngakak lalu berkata. “Tampaknya kau termakan kata-kata orang!” Kini ganti si nenek yang perdengarkan tawa begitu mendengar sahutan Bayangan Tanpa Wajah. “Kau boleh tertawa. Tapi aku yakin, dalam hatimu juga ada rasa takut berhadapan dengan nasib! Apalagi seseorang yang telah dikenal tahu banyak urusan mengatakan nasibmu tidak baik!” “Aku tak pernah berpikir tentang nasib! Itulah sebabnya aku tak pernah punya rasa takut!” Bayangan Tanpa Wajah arahkan pandang matanya jauh ke depan. Lalu sambungi ucapannya. “Kita sekarang telah tahu di mana peta wasiat berada dan ke mana kita harus mencarinya. Kau sekarang berhak memutuskan untuk lanjutkan urusan ini atau….” “Aku tak pernah menjilat ludah di tanah!” Ratu Selendang Asmara menyahut sebelum Bayangan Tanpa Wajah selesaikan ucapan. Bahkan begitu berkata, si nenek segera melesat ke depan lalu berkelebat ke arah mana tadi tangan kanan Dewa Cadas Pangeran menunjuk. Bayangan Tanpa Wajah menyeringai. Dengan hentakkan kaki kanan, laki-laki berwajah hitam legam ini berkelebat menyusul Ratu Selendang Asmara. *** Sementara itu, di tempat kira-kira seratus tombak dari biara Perguruan Shaolin, Pendekar 131 Joko Sableng hentikan langkah. Dia memang sengaja bertindak hati-hati saat tahu mulai memasuki kawasan Perguruan Shaolin. Murid Pendeta Sinting tegak dengan mata memandang jauh ke depan sana, di mana julangan puncak bangunan Perguruan Shaolin terlihat. “Hem…. Apa aku harus menggundul rambutku agar leluasa masuk Perguruan Shaolin?” Joko bergumam sambil usap rambutnya. “Jika aku masih berambut panjang begini rupa, rasanya sulit bagiku memasuki perguruan itu. Apalagi baru saja terjadi huru-hara yang menewaskan beberapa pimpinan shaolin. Tapi bagaimana bentuk rupaku nanti kalau aku memang benar-benar menggundul rambut?! Lagi pula bagaimana caranya menggundul?! Ah….” Joko gerakkan tangan kanan menyisir rambutnya yang basah oleh keringat. “Apakah aku harus menunggu hingga hari berganti gelap?! Tapi aku pasti masih kesulitan untuk masuk! Kalaupun aku berhasil masuk, tentu aku masih bingung karena aku belum tahu seluk-beluk bangunan di Perguruan Shaolin! Hem…. Ataukah aku harus memancing keluarnya Guru Besar Liang San?! Tapi bagaimana caranya?! Inilah sulitnya. Aku belum tahu bagaimana tampang Guru Besar Liang Sah…. Sementara….” Joko katupkan mulut. Saat bersamaan kepalanya berpaling. Sepasang matanya mendelik besar. Dia sebenarnya ingin membuat gerakan, namun tampaknya dia sadar, gerakan apa pun yang akan dilakukan sudah sangat terlambat. Karena tahu-tahu dua puluh langkah di depan sana telah tegak satu sosok tubuh dengan mata menatap tajam ke arahnya. “Dari penampilannya, jelas dia orang Perguruan Shaolin. Dari usia dan sikapnya, pasti dia tokoh di perguruan itu! Hem…,” Joko memperhatikan orang dengan seksama seraya menduga-duga. Di lain pihak, orang yang tegak di depan sana kerutkan dahi dengan mata dipicingkan. Pandangannya jelas membayangkan rasa curiga. Dia adalah seorang laki-laki berwajah agak tirus. Kumisnya tipis. Jenggotnya jarang tapi panjang. Sepasang matanya agak besar. Kepalanya gundul dan terlihat beberapa titik putih pada batok kepalanya. Orang ini mengenakan pakaian panjang warna kuning tanpa leher. Di pundaknya melapis kain warna merah yang terus dililitkan pada pinggangnya. Laki-laki ini tidak lain adalah Guru Besar Liang San. “Seorang pemuda…. Tampangnya sepertinya bukan orang negeri ini! Tapi itu tidak, penting. Yang jelas dia seorang pemuda yang mencurigakan karena memata-matai Perguruan Shaolin. Hem…. Aku hampir bisa memastikan…. Dugaanku ternyata tidak jauh meleset! Kemunculannya di sini merupakan satu petunjuk!” Guru Besar Liang San membatin dengan sunggingkan senyum. “Aku harus berlaku ramah…. Lagi pula dia pasti belum tahu siapa yang kini di hadapannya! Hem…. Akhirnya rencanaku berjalan tanpa hambatan! Kini aku sudah tak sabar lagi menunggu hari ganda sepuluh!” Guru Besar Liang San takupkan kedua tangannya di depan dada. Lalu kepalanya ditundukkan seraya berkata pelan. “Amitaba…. Boleh aku bertanya, Anak Muda…?” Murid Pendeta Sinting membuat sikap seperti yang dilakukan orang. Lalu sembari mengumbar senyum dia buka suara. “Amitaba…. Apa yang hendak kau tanyakan, Orang Tua?!” “Siapa namamu?” “Aku punya dua nama. Yang mana kau inginkan? Nama semasa aku masih kecil atau setelah aku menginjak dewasa?!” Guru Besar Liang San kerutkan dahi namun tetap dengan bibir sunggingkan senyum. “Kalau tak keberatan, aku ingin tahu keduanya….” “Waktu kecil aku dipanggil Lon Tong Bu Lim….” Joko hentikan ucapannya sesaat sambil melirik wajah orang. Lalu menyambung. “Begitu aku dewasa, entah karena apa, aku dipanggil Han Ko!” “Seperti halnya aku, mungkin anak ini tidak berkata jujur!” kata Guru Besar Liang San dalam hati. Namun dia tak mau tunjukkan sikap tidak percaya pada ucapan orang. Dia anggukkan kepala dengan tersenyum. “Orang tua…. Aku telah mengatakan siapa diriku. Rasanya tak enak kalau aku tidak tahu siapa dirimu…” Guru Besar Liang San kembali anggukkan kepala, lalu berkata. “Kau beruntung, Anak Muda. Bisa memiliki dua nama. Tidak seperti aku. Aku dilahirkan di sini tanpa kuketahui siapa kedua orangtua ku karena mereka meninggal saat aku masih bayi. Hingga aku sendiri tak tahu siapa yang memberi nama padaku! Yang jelas aku tahu sudah berada di lingkungan shaolin dan mereka memanggilku Wang Kong Fu….” Seperti halnya Pendekar 131, saat sebutkan diri dengan Wang Kong Fu, Guru Besar Liang San melirik seolah ingin tahu sikap orang. Joko memperhatikan orang sekali lagi dengan lebih seksama. Sulit baginya menduga apakah ucapan orang benar atau tidak. “Aku belum kenal sebelumnya dan masih buta sama sekali dengan orang-orang di lingkungan shaolin. Tapi aku punya cara untuk mengetahui apakah dia berkata jujur atau berdusta!” kata Joko dalam hati setelah terdiam beberapa lama. Dia sudah buka mulut hendak berkata. Namun sebelum suaranya terdengar, Guru Besar Liang San yang mengaku bernama Wang Kong Fu sudah mendahului angkat suara. “Anak muda…. kalau aku boleh menduga, keberadaanmu di sini tentu bukan karena sebuah kebetulan! Kau tengah menunggu seseorang? Atau ada perlu lain?!” “Terus terang saja, sejak kecil aku tertarik dengan shaolin. Hanya sayang sekali. Kedua orangtua ku tidak memberikan izin padaku untuk memasuki biara shaolin. Sekarang kedua orangtua ku telah tiada. Namun keinginanku tetap membara. Untuk itulah aku berada di sini. Dan kebetulan bertemu denganmu…. Kalau boleh aku bertanya, apakah mungkin aku bisa diterima di biara shaolin?!” “Amitaba…. Perguruan Shaolin tidak menolak siapa saja yang ingin menjadi keluarga perguruan asal dia mau menjalankan semua peraturan yang telah ditentukan! Hanya saja….” Karena Guru Besar Liang San tidak lanjutkan ucapan, Joko cepat menyahut. “Hanya apa, Orang Tua?!” “Aku ragu apakah kau mampu menjalankan peraturan shaolin! Karena jika seseorang telah menjadi keluarga besar shaolin, dia harus meninggalkan keinginan duniawi….” “Orang tua…. Aku yakin bisa melakukannya….” “Amitaba…. Menjalankan tidak semudah berkata, Anak Muda. Bukannya aku menghalangi keinginanmu. Tapi usia dan lingkungan sangat berpengaruh!” “Maksudmu…?!” “Orang yang menjadi keluarga besar shaolin sejak kecil akan lebih mudah menjalankan peraturan shaolin dibanding dengan orang yang memasuki shaolin saat usianya sudah dewasa. Karena orang dewasa sudah mengenal manisnya duniawi sebelum masuk keluarga shaolin. Dan hal itu nantinya sangat berpengaruh sekali. Lain dengan orang yang masuk keluarga shaolin saat usianya masih kecil. Karena begitu masuk, dia belum kenal manisnya rasa duniawi!” Pendekar 131 terdiam beberapa lama. Guru Besar Liang San arahkan pandang matanya jauh ke puncak bangunan shaolin lalu berkata. “Anak Muda…. Aku menghargai semangatmu. Namun kau harus berpikir sekali lagi jika akan menjadi keluarga besar Perguruan Shaolin!” “Orang tua…. Bukan aku mau unjuk diri. Tapi sebenarnya sejak kecil aku telah dilatih untuk menjauhi segala macam yang berbau duniawi! Kau boleh percaya atau tidak, sampai seusia ini, aku belum pernah mengenal yang namanya perempuan….” Mendengar kata-kata Joko, Guru Besar Liang San tertawa seraya gelengkan kepala. “Anak Muda…. Duniawi bukan saja perempuan…. itu hanya sebagian kecil saja!” “Ah…. Ternyata tidak semudah yang kubayangkan!” gumam Joko. Lagi-lagi Guru Besar Liang San tertawa. “Anak Muda…. Mau kau katakan padaku, mengapa kau ingin sekali menjadi keluarga shaolin?!” Meski nada bicara Guru Besar Liang San bertanya, ternyata sebelum murid Pendeta Sinting sempat menjawab, Guru Besar Liang San sudah angkat suara. “Kau ingin mempelajari ilmu silat?!” Karena tak ada alasan lain, akhirnya Joko anggukkan kepala. “Sejak kecil aku memang ingin sekali belajar ilmu silat. Dan menurut yang kudengar, Perguruan Shaolin memiliki jurus-jurus yang sulit ditandingi!” “Perguruan Shaolin lebih mementingkan pencucian diri daripada pelajaran ilmu silat. Kalaupun di dalam perguruan diajarkan ilmu silat, itu hanya untuk menjaga kesehatan. Bukan untuk hal lain…. Jadi kau salah duga kalau ingin masuk Perguruan Shaolin dengan tujuan mempelajari ilmu silat!” “Ah…. Lagi-lagi aku salah duga!” “Anak muda…. Aku melihat kobaran semangatmu begitu membara. Aku menawarkan sesuatu padamu…” “Hem…. Orang yang baru kukenal tiba-tiba menawarkan sesuatu. Pasti di baliknya menyimpan sesuatu!” Joko membatin. Lalu berkata. “Harap kau katakan apa yang hendak kau tawarkan.” “Aku melihat bentuk tubuhmu bagus. Sayang kalau disia-siakan. Aku akan mengajarkan padamu semua ilmu silat Perguruan Shaolin tanpa harus masuk menjadi keluarga besar shaolin!” Mendengar ucapan orang, Pendekar 131 buru-buru bungkukkan tubuh. “Amitaba…. Kau tidak main-main, Orang Tua?!” “Salah satu ajaran shaolin adalah dilarang berdusta!” “Ah…. Dari semula aku sudah menduga kalau kau adalah salah seorang tokoh di Perguruan Shaolin. Kuucapkan terima kasih kalau kau memang benar-benar hendak mengajarkan padaku ilmu silat!” “Amitaba…. Kau jangan keburu memuji. Kalaupun aku menawarkan hal itu, semata-mata karena aku menghargai semangatmu! Tapi aku juga minta maaf…” “Dugaanku tidak meleset. Ujung-ujungnya dia minta sesuatu! Tapi aku akan coba menuruti…,” kata Joko dalam hati. Namun dia tidak segera buka suara. Sebaliknya arahkan pandang matanya jauh ke depan.



China Rich Girlfriend


China Rich Girlfriend
DOWNLOAD
Author : Kevin Kwan
language : en
Publisher: Anchor
Release Date : 2015-06-16

China Rich Girlfriend written by Kevin Kwan and has been published by Anchor this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2015-06-16 with Fiction categories.


NEW YORK TIMES BESTSELLER • The author of the international sensation Crazy Rich Asians delivers a “snarky … wicked … funny” follow-up (The New York Times) that’s a deliciously fun romantic comedy of family, fortune, and fame in Mainland China. It’s the eve of Rachel Chu’s wedding, and she should be over the moon. She has a flawless Asscher-cut diamond, a wedding dress she loves, and a fiancé willing to thwart his meddling relatives and give up one of the biggest fortunes in Asia in order to marry her. Still, Rachel mourns the fact that her birth father, a man she never knew, won’t be there to walk her down the aisle. Then a chance accident reveals his identity. Suddenly, Rachel is drawn into a dizzying world of Shanghai splendor, a world where people attend church in a penthouse, where exotic cars race down the boulevard, and where people aren’t just crazy rich … they’re China rich.



The Windows


The Windows
DOWNLOAD
Author : Fira Basuki
language : en
Publisher: Grasindo
Release Date : 2006

The Windows written by Fira Basuki and has been published by Grasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2006 with Fiction categories.




Dinasti Qing Sejarah Para Kaisar Berkuncir


Dinasti Qing Sejarah Para Kaisar Berkuncir
DOWNLOAD
Author : Michael Wicaksono
language : id
Publisher: Elex Media Komputindo
Release Date : 2015-12-23

Dinasti Qing Sejarah Para Kaisar Berkuncir written by Michael Wicaksono and has been published by Elex Media Komputindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2015-12-23 with History categories.


Dinasti Qing, sejak kaisar pertama hingga terakhir, adalah gambaran dari kebangkitan sebuah negara yang besar, adidaya, makmur dan disegani negara tetangganya, sekaligus kemunduran dan jatuhnya negara tersebut sebagai akibat dari lemahnya kepemimpinan dan korupsi. Sebuah kisah yang sangat relevan untuk kita refleksikan ke negara kita sendiri, berkaca dari jatuh bangunnya China di abad ke-16 hingga awal abad ke-19. China yang kita kenal sekarang, sebagai salah satu negara superpower yang sangat diperhitungkan di seluruh dunia, juga mengalami sebuah sejarah panjang yang tidak selalu berakhir dengan keberhasilan.



Aspects Of The Theory Of Syntax


Aspects Of The Theory Of Syntax
DOWNLOAD
Author : Noam Chomsky
language : en
Publisher: MIT Press
Release Date : 1969-03-15

Aspects Of The Theory Of Syntax written by Noam Chomsky and has been published by MIT Press this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 1969-03-15 with Language Arts & Disciplines categories.


Chomsky proposes a reformulation of the theory of transformational generative grammar that takes recent developments in the descriptive analysis of particular languages into account. Beginning in the mid-fifties and emanating largely form MIT, an approach was developed to linguistic theory and to the study of the structure of particular languages that diverges in many respects from modern linguistics. Although this approach is connected to the traditional study of languages, it differs enough in its specific conclusions about the structure and in its specific conclusions about the structure of language to warrant a name, "generative grammar." Various deficiencies have been discovered in the first attempts to formulate a theory of transformational generative grammar and in the descriptive analysis of particular languages that motivated these formulations. At the same time, it has become apparent that these formulations can be extended and deepened.The major purpose of this book is to review these developments and to propose a reformulation of the theory of transformational generative grammar that takes them into account. The emphasis in this study is syntax; semantic and phonological aspects of the language structure are discussed only insofar as they bear on syntactic theory.



Supernova


Supernova
DOWNLOAD
Author : Dewi Lestari
language : en
Publisher: Typhoon Media Ltd
Release Date :

Supernova written by Dewi Lestari and has been published by Typhoon Media Ltd this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with Fiction categories.


Supernova: The Knight, The Princess and the Falling Star presents a series of intertwined and unconventional love stories, straight and gay, with a bit of science and spirituality added to the mix. The major characters are young, urban, and technologically highly aware. They are caught up in major forms of contemporary social conflict. The work has been highly acclaimed. The poet Taufiq Ismail has written: "A renewal has taken place in Indonesian literature over the past decade. Supernova is an intelligent, unique and truly exciting exploration of science, spirituality and the nature of love." The literary critic Jacob Soemardjo suggests: "This is an attractive novel by a young writer. It is an intellectual work in the form of a work of pop art, set in the real world. It opposes old values with new ways of understanding, so that readers can see the world in a different way."



The Islamic Invasion


The Islamic Invasion
DOWNLOAD
Author : Ph. D. Robert a. Morey
language : en
Publisher: Xulon Press
Release Date : 2011-08

The Islamic Invasion written by Ph. D. Robert a. Morey and has been published by Xulon Press this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2011-08 with Religion categories.


The Islamic Turks were poised to overrun Europe at The Battle of Vienna on September 11/12 of 1683, but were defeated. The Islamic Invasion As Mosques appear across the country people are asking-"What do I need to Know about Islam?" Islam-once an obscure Middle Eastern religion-has rapidly grown into the second largest religion in the world. There are now more Muslims than Episcopalians in the United States! What attraction does Islam hold for its followers? What part does it play in shaping the outlook and attitudes of nearly one billion people? Noted author Dr. Robert A. Morey, internationally recognized authority on the origins of the teachings and rituals of Islam- - explores the pre-Islamic history of Allah, and the doctrines and customs of Islam - reveals Islam's teaching about current issues such as religious freedom and the role of women The Islamic Invasion will give you the insight you need to understand Islam and the challenge it poses today. Dr. Morey warned the United States and Europe about Islam during the early 1980's long before 9/11. Most books on Islam since 9/11 have used his analysis of the Qur'an or Hadith. Special thanks to Professor Colin Akridge-who is a Vietnam Veteran and black scholar in the field of comparative religions-for his valuable and insightful contributions and working with him for researching and writing the section entitled The Black Muslim Movement in America. Dr. Robert A. Morey Ph.D., D. Min., D.D. Faith Defenders http: //www.faithdefenders.com



The Tawasin


The Tawasin
DOWNLOAD
Author : Mansur Hallaj
language : en
Publisher: CreateSpace
Release Date : 2013-08-20

The Tawasin written by Mansur Hallaj and has been published by CreateSpace this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2013-08-20 with categories.


MANSUR HALLAJ: THE TAWASIN(Book of the Purity of the Glory of the One)Translation & Introduction Paul SmithThe Perfect Master, poet & martyr, Husayn Mansur al-Hallaj (died 919), was born near Shiraz and was tortured and executed in Baghdad for declaring: "I am the Truth (Anal Haq)." Much has been written about his famous (and in¬famous) statement and his masterpiece The Tawasin in which he makes it. 'Written in rhymed Arabic prose... it sets forth a doctrine of saintship-a doctrine founded on personal experience and clothed in the form of a subtle yet passionate dialectic.' R.A. Nicholson. The Introduction here contains: The Life, Times and Works of Mansur Hallaj, The Perfect Master (Qutub), 'Anal-Haq' or 'I am the Truth' of Mansur Hallaj, Four Master Poets of Baghdad who influenced Hallaj and A Selection of Poetry from the Persian, Turkish, Pushtu & Urdu Poets about or influenced by Mansur Hallaj. Appendix: The Story of Idris (Azazil) and Adam From 'The Book of Genesis' of Shahin of Shiraz. This is a free-form poetic translation that captures the beauty, meaning, profundity of this classic of Sufism. Pages 264.COMMENTS ON PAUL SMITH'S TRANSLATION OF HAFIZ'S 'DIVAN'."It is not a joke... the English version of ALL the ghazals of Hafiz is a great feat and of paramount importance. I am astonished. If he comes to Iran I will kiss the fingertips that wrote such a masterpiece inspired by the Creator of all." Dr. Mir Mohammad Taghavi (Dr. of Literature) Tehran."Superb translations. 99% Hafiz 1% Paul Smith." Ali Akbar Shapurzman, translator from English into Persian, knower of Hafiz's Divan off by heart."Smith has probably put together the greatest collection of literary facts and history concerning Hafiz." Daniel Ladinsky (Penguin Books author).Paul Smith is a poet, author and translator of over 80 books of Sufi poets from the Persian, Arabic, Urdu, Turkish, Pashtu and other languages... including Hafiz, Sadi, Nizami, Rumi, 'Attar, Sana'i, Jahan Khatun, Obeyd Zakani, Nesimi, Kabir, Anvari, Ansari, Jami, Khayyam, Rudaki, Yunus Emre, Shah Latif, Bulleh Shah, Mahsati, Lalla Ded, Nazir Akbarabadi and many others, as well as poetry, fiction, plays, biographies, children's books and a dozen screenplays.