[PDF] Wasiat Pengembara - eBooks Review

Wasiat Pengembara


Wasiat Pengembara
DOWNLOAD

Download Wasiat Pengembara PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Wasiat Pengembara book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page





Wasiat Pengembara


Wasiat Pengembara
DOWNLOAD
Author : Emha Ainun Nadjib
language : id
Publisher:
Release Date : 2002

Wasiat Pengembara written by Emha Ainun Nadjib and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2002 with Islamic ethics categories.




Wasiat Agung Dari Tibet


Wasiat Agung Dari Tibet
DOWNLOAD
Author : Zhaenal Fanani
language : id
Publisher: Pantera Publishing
Release Date : 2021-04-24

Wasiat Agung Dari Tibet written by Zhaenal Fanani and has been published by Pantera Publishing this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-04-24 with Fiction categories.


GURU Besar Pu Yi melihat seorang laki-laki berusia lanjut mengenakan pakaian berupa jubah tanpa leher berwarna putih. Paras wajahnya agak bulat dengan mata sipit. Rambutnya yang putih di kelabang dan dililitkan melingkar pada lehernya. Pada daun telinga kirinya terlihat menggantung sebuah anting-anting agak besar. Kakek ini hanya memiliki satu tangan yang diangkat dengan telapak terbuka lurus menghadap ke depan sejajar dengan dada. “Amitaba…. Bukankah dia Tiyang Pengembara Agung?” Guru Besar Pu Yi bergumam. Lalu angkat kedua tangannya sejajar dada dengan kepala mengangguk dan buka mulut. “Amitaba…. Kalau tak salah lihat, bukankah yang duduk di hadapanku adalah seorang tokoh yang tak asing lagi bagi kalangan dunia persilatan bergelar Tiyang Pengembara Agung?!” Orang yang duduk bersandar pada batangan pohon perdengarkan tawa. Lalu gerakkan kepala menunduk. “Guru Besar Pu Yi…. Kau terlalu memuji orang. Aku jadi tidak enak hati…. Lama kita tidak berjumpa. Kuharap kau baik-baik saja…. Bagaimana keadaan Maha Guru Besar Su Beng Siok?!” Pertanyaan orang tua yang dipanggil dengan Tiyang Pengembara Agung membuat Guru Besar Pu Yi sempat terperanjat. Diam-diam dalam hati dia berkata. “Ternyata dia memang memiliki ilmu langka. Selama ini semua murid dan penghuni Shaolin telah dipesan agar merahasiakan keadaan Maha Guru Besar. Tapi nyatanya dia berhasil mengetahuinya…. Hem. .. Apa kehadirannya saat ini ada kaitannya dengan Yang Kui Tan?!” Karena tak ada gunanya lagi sembunyikan kenyataan, Guru Besar Pu Yi menjawab. “Maha Guru Besar sedang sakit….” “Ah…. Seandainya ada waktu, aku ingin menengoknya. Cuma aku terbentur pada peraturan shaolin….” “Amitaba…. Kalau Tiyang Pengembara Agung berkehendak melihatnya, aku tawarkan diri untuk mengantar. Siapa tahu pula dengan kehadiran Tiyang Pengembara Agung, Maha Guru Besar Su Beng Siok berubah pikiran….” “Hem…. Dia dahulu adalah sahabatku meski tidak terlalu dekat. Aku tahu bagaimana sifatnya. Dia sangat teguh pendirian. Tak seorang pun bisa merubah pikirannya. Tapi harap kau tidak memaksakan diri terhadapnya. Dia telah tahu apa yang dilakukannya….” “Maaf…,” kata Guru Besar Pu Yi. “Bukan maksudku menyinggung perasaanmu. Tapi kehadiranmu di tempat ini kurasa bukanlah satu kebetulan semata. Ada seseorang yang hendak kau temui di tempat ini?!” Tiyang Pengembara Agung bergerak bangkit. Selain hanya memiliki satu tangan, orang tua ini juga hanya memiliki satu kaki. Dia tengah memandang rembulan lalu sandarkan punggungnya kembali ke batangan pohon di belakangnya. Saat kemudian dia sambuti ucapan Guru Besar Pu Yi. “Aku juga tak hendak menyinggung perasaanmu. Kalau aku boleh berterus terang, sebenarnya bukan aku yang tengah menunggu atau hendak menemui seseorang di tempat ini. Tapi yang hendak menemui seseorang adalah dirimu….” “Amitaba…. Ternyata dia juga telah tahu mengapa aku berada di sini! Berarti dia juga tahu urusan Yang Kui Tan….” Guru Besar Pu Yi berkata dalam hati. “Guru Besar Pu Yi…. Aku tak hendak mendahului ketentuan yang telah ditulis dan akan kita jalani. Namun rasanya aku bisa memberi satu saran padamu. Tinggalkan saja bukit ini. Dan jangan pernah datang lagi ke sini. Orang yang selama ini kau tunggu tidak akan muncul! Lebih baik sekarang kau pusatkan perhatian ke dalam lingkungan shaolin!” Guru Besar Pu Yi tak dapat menyimpan rasa kejutnya. Walau selama ini dia telah mendengar siapa Tiyang Pengembara Agung dan baru saja membuktikan kalau orang itu dapat mengetahui keadaan Maha Guru Besar Su Beng Siok padahal selama ini semua murid Perguruan Shaolin tidak ada yang membocorkan, namun kali ini Guru Besar Pu Yi rasanya masih meragukan ucapan Tiyang Pengembara Agung. “Harap kau jelaskan bagaimana mungkin orang yang kutunggu tidak akan muncul?” tanya Guru Besar Pu Yi. Tiyang Pengembara Agun tertawa. “Sayang sekali, Guru Besar Pu Yi. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Mungkin kelak akan datang seorang tamu tak dikenal yang dapat menjelaskannya!” . “Amitaba…. Aku tidak akan memaksakan untuk menjelaskannya. Tapi untuk pertanyaanmu yang memberi saran agar aku memusatkan perhatian ke dalam lingkungan shaolin, apakah ini ada kaitannya dengan urusan orang yang kutunggu ini?!” “Segala kemungkinan bisa saja terjadi!” “Berarti aku harus mencurigai orang di lingkungan shaolin?!” “Siapa pun manusia di permukaan bumi ini, pasti tak luput dari kehendak ingin memiliki sesuatu yang lebih. Tak terkecuali orang lingkungan shaolin sendiri!” “Amitaba…. Harap maafkan aku. Rasanya aku tak bisa melakukan saranmu! Ucapanmu memang benar. Namun kalangan shaolin telah diajarkan untuk menerima apa adanya tanpa harus punya keinginan memiliki sesuatu yang lebih, apalagi dengan jalan salah…” “Tidak berprasangka buruk pada orang memang baik. Tapi jika tanda-tanda telah muncul dan kita tetap berpendirian semua orang pasti baik, maka kita akan terlambat untuk sadari. Dan keterlambatan sadar ini mungkin saja akan mengakibatkan timbulnya satu malapetaka besar!” “Terima kasih atas saranmu…. Mudah-mudahan malapetaka itu tak akan terjadi. Sekarang boleh aku tahu, siapa yang kau maksud dengan seorang tamu tak dikenal?!” “Aku hanya tahu wajahnya tapi tak tahu namanya! Aku hanya sempat bertemu satu kali dan tak bicara banyak. Karena itu, harap kau segera tinggalkan bukit ini. Siapa tahu tamu itu akan segera muncul. Kalau kau tidak berada di tempat, bukan saja akan merasa menyesal, namun akan menimbulkan kecurigaan orang!” “Mau mengatakan bagaimana ciri-ciri tamu itu?!” tanya Guru Besar Pu Yi. “Seorang pemuda berwajah tampan. Melihat dari sosok dan penampilannya, dia datang dari seberang laut….” “Aneh…. Bagaimana ini? Seorang pemuda tak dikenal datang dari seberang laut. Namun menurutnya pemuda itu nanti dapat menjelaskan perihal Yang Kui Tan. Hem…. Bagaimana bisa hal ini terjadi?!” Guru Besar Pu Yi membatin. “Guru Besar Pu Yi…. Kadang-kadang ada satu peristiwa yang menurut perhitungan kita tidak mungkin. Tapi kenyataannya benar-benar terjadi! Begitu pula sebaliknya!” “Amitaba…. Dia seakan-akan tahu apa yang ada dalam pikiranku! Ucapannya benar…. Sebaiknya aku segera kembali ke shaolin!” Guru Besar Pu Yi masih membatin begitu mendengar ucapan Tiyang Pengembara Agung. “Kau masih ingin menengok Maha Guru Besar Su Beng Siok?” tanya Guru Besar Pu Yi. “Hasrat hati memang demikian. Tapi biarlah untuk sementara waktu hasratku kutunda dahulu. Aku tidak mau kau nanti mendapat tudingan tak enak kalau sampai mengajakku menemui Maha Guru Besar Su Beng Siok. Hanya saja sampaikan salamku padanya….” Lagi-lagi kening Guru Besar Pu Yi berkerut mendengar ucapan Tiyang Pengembara Agung. Namun kali ini dia tak mau mengutarakan apa yang mengganjal dalam hatinya walau sebenarnya hatinya mulai tidak enak. “Sekali lagi kuucapkan terima kasih atas saranmu. Aku tetap menunggu kehadiranmu di shaolin. Selamat malam….” Guru Besar Pu Yi anggukkan kepala. Lalu melangkah tujuh tindak. Saat lain sosoknya telah melesat menuruni bukit. *** Begitu tiba di ruangannya kembali, Guru Besar Pu Yi tampak resah. Dia melangkah mondar-mandir dengan pikiran tak karuan. Terngiang kembali di telinganya semua ucapan Tiyang Pengembara Agung. Hatinya makin cemas dan khawatir kala mengingat bahwa Yang Kui Tan tidak akan muncul lagi. “Ucapan Tiyang Pengembara Agung memberi isyarat kalau anak itu mendapat halangan…. Amitaba…. Apa yang harus kulakukan sekarang? Memberitahukan urusan ini pada Maha Guru Besar?! Kurasa itu tidak layak. Dia tengah sakit keras…. Hem…. Peta wasiat itu…. Bagaimana kalau sampai jatuh ke tangan orang lain?! Lalu siapa? Pemuda tampan tak dikenal yang dikatakan Tiyang Pengembara Agung?! Ah…. Urusan ini tampaknya akan jadi panjang. Hem…. Penjagaan ruang penyimpanan memang harus dilipatgandakan. Kalau peta wasiat itu benar-benar jatuh ke tangan orang lain, pasti dia akan mencari pasangannya di ruang penyimpanan!” Berpikir sampai ke sana, mendadak Guru Besar Pu Yi melangkah menuju pintu ruangan. Perlahan-lahan dia membuka pintu. Lalu melangkah ke arah bangunan di seberang yang merupakan ruang penyimpanan. Namun langkahnya tertahan saat sepasang matanya menangkap satu sosok kekar muncul dari pojok ruangan di samping bangunan ruang penyimpanan. Guru Besar Pu Yi sesaat perhatikan orang yang juga tengah melangkah. “Adik Liang San…,” gumam Guru Besar Pu Yi begitu matanya dapat mengenali siapa adanya orang yang melangkah dari pojok ruangan di samping ruang penyimpanan. Orang yang melangkah muncul dari pojok ruangan sempat terkejut melihat kemunculan Guru Besar Pu Yi. Namun orang ini yang ternyata memang Liang San segera bergegas mendekati Guru Besar Pu Yi dan berujar pelan. “Aku mendapat firasat tidak enak. Untuk itulah aku keluar melihat-lihat keadaan….” Guru Besar Pu Yi tersenyum. “Amitaba…. Mudah-mudahan firasatmu tidak menjadi kenyataan. Namun begitu aku berterima kasih kau masih menyempatkan diri untuk keluar melihat-lihat!” Liang San takupkan kedua tangannya di depan dada. Kepalanya menunduk meski sepasang matanya melirik tajam pada Guru Besar Pu Yi. Tanpa berkata apa-apa lagi dia teruskan langkah lalu memasuki ruangannya di salah satu deretan ruangan di sebelah kanan bangunan utama. Guru Besar Pu Yi tersenyum. Lalu teruskan langkah pula ke ruang penyimpanan. Beberapa pemuda berkepala gundul yang tegak berjaga-jaga di depan ruang penyimpanan tampak anggukkan kepala. “Kalian harus lebih waspada. Awasi setiap gerak-gerik orang yang mencurigakan. Dan segera laporkan kalau terjadi apa-apa!” Guru Besar Pu Yi berkata dengan memperhatikan pintu ruang penyimpanan. “Semua perintah akan kami laksanakan!” Salah seorang pemuda yang tampak sebagai pimpinan penjagaan di ruang penyimpanan sambuti ucapan Guru Besar Pu Yi. Guru Besar Pu Yi tersenyum. Lalu melangkah lagi ke ruangan dari mana tadi dia keluar. Saat lain orang ini telah lenyap masuk. Tanpa sepengetahuan orang, dari ruangannya, Guru Besar Liang San tampak memperhatikan dengan seringai dingin!



Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini


Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini
DOWNLOAD
Author : Ayatullah Khomeini
language : id
Publisher: Abbaz Production
Release Date :

Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini written by Ayatullah Khomeini and has been published by Abbaz Production this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with categories.




Nasihat Agama Dan Wasiat Iman


Nasihat Agama Dan Wasiat Iman
DOWNLOAD
Author : Al Imam Abdullah bin Alwy Al Haddad
language : ms
Publisher: Toha Putra
Release Date :

Nasihat Agama Dan Wasiat Iman written by Al Imam Abdullah bin Alwy Al Haddad and has been published by Toha Putra this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with Education categories.


Di antara buku-buku yang terbaik karya Imam Al-Haddad rahimahullah ialah bukunya yang berjudul, An Nashaih Diniyyah Wal Washoya Al Imaniyyah. Beliau telah menyusunnya, persis seperti yang beliau katakan dalam muqaddimah bukunya yaitu, “Saya mencoba menyusunnya dengan ungkapan yang mudah, supaya dekat dengan pemahaman khalayak, dan saya gunakan perkataan-perkataan yang ringan, supaya segera dipahami dan mudah ditangkap maksudnya oleh orang-orang khusus dan orangorang awam dari ahli iman dan Islam.”



Nasihat Agama Dan Wasiat Iman


Nasihat Agama Dan Wasiat Iman
DOWNLOAD
Author : Imam Al-Haddad
language : ms
Publisher: Pustaka Nasional Pte Ltd
Release Date : 2018-05-01

Nasihat Agama Dan Wasiat Iman written by Imam Al-Haddad and has been published by Pustaka Nasional Pte Ltd this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2018-05-01 with Religion categories.


Membimbing pembaca untuk mengenal ilmu-ilmu yang wajib dari akidah Islamiah dan hukum-hakamnya, serta ciri-ciri akhlak yang mulia. Ia juga menunjukkan cara-cara berdakwah ke jalan Allah Ta'ala, dengan berdalilkan ayat-ayat suci Al-Quran dan Hadis.



Wasiat Rasulullah Tentang Anak Cara Islami Mengasuh Dan Mendidik Anak Dari Kelahiran Hingga Pernikahan


Wasiat Rasulullah Tentang Anak Cara Islami Mengasuh Dan Mendidik Anak Dari Kelahiran Hingga Pernikahan
DOWNLOAD
Author : Mohammad Wifaqul Idaini, M.Pd.
language : id
Publisher: Araska Publisher
Release Date :

Wasiat Rasulullah Tentang Anak Cara Islami Mengasuh Dan Mendidik Anak Dari Kelahiran Hingga Pernikahan written by Mohammad Wifaqul Idaini, M.Pd. and has been published by Araska Publisher this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on with Antiques & Collectibles categories.


Buku ini menyampaikan pengetahuan bagi para orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya sesuai dengan wasiat Rasulullah saw. Disajikan cara mengasuh dan mendidik anak mulai dari kelahiran sampai pernikahan. Buku ini menjelaskan wasiat-wasiat Rasulullah saw., tentang anak, dalam hal mengasuh dan mendidiknya. Sebab, Rasulullah saw. adalah sebaik-baik teladan dalam mengasuh dan mendidik anak. Kelengkapan buku ini melebihi buku sejenis, karena disampaikan cara mengasuh dan mendidik anak mulai dari lahirnya sampai dewasa saat menikah. ISBN : 978-623-7537-12-0 Ukuran : 4 cm x 20.5 cm x 1.4 cm Jumlah halaman : 224 Tahun : 2019



Wasiat Darah Di Bukit Toyongga


Wasiat Darah Di Bukit Toyongga
DOWNLOAD
Author : Zhaenal Fanani
language : id
Publisher: Pantera Publishing
Release Date : 2021-04-24

Wasiat Darah Di Bukit Toyongga written by Zhaenal Fanani and has been published by Pantera Publishing this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-04-24 with Fiction categories.


"DIA bersekongkol dengan Bu Beng La Ma dan pemuda asing itu!” Hantu Bulan Emas berkata dengan suara keras. Baginda Ku Nang terkejut. Dia kini alihkan pandangannya pada Guru Besar Liang San. Guru Besar Liang San tegak dengan tubuh bergetar. Kemarahannya sudah memuncak. Dia sudah membuat gerakan hendak berkelebat ke arah Hantu Bulan Emas. Namun Baginda Ku Nang mendahului dengan berkata. “Guru Besar…. Apa benar?!” Guru Besar Liang San urungkan niat. Dia hadapkan wajah pada sang Baginda. “Amitaba… Harap Baginda tidak termakan dengan fitnahnya!’ Mendengar ucapan Guru Besar Liang San, Hantu Bulan Emas tertawa dan kembali buka suara. “Kau lupa bertemu denganku di Kuil Atap Langit?!” “Aku memang berada di sana. Tapi…� Sebelum Guru Besar Liang San selesaikan ucapannya, Hantu Bulan Emas sudah memotong. “Jangan berdalih. Guru Besar! Siapa pun saat itu tahu jika pemuda asing itu berada di Kuil Atap Langit! Adalah hal aneh kalau keberadaanmu di sana hanya sebuah kebetulan belaka! Apalagi selama ini kau diketahui jarang bergaul, lebih-lebih dengan Bu Beng La Ma!” “Kau jangan mengarang cerita! Aku benar-benar tak tahu kalau saat itu pemuda dari seberang itu ada di sana! Dan tujuanku ke sana pun semata-mata ingin memberitahukan tentang peristiwa yang baru saja terjadi!” Lagi-lagi Hantu Bulan Emas tertawa mendengar ucapan Guru Besar Liang San. Saat lain dia kembali angkat suara seraya mendongak. “Alasanmu tidak masuk akal. Guru Besar! Tanpa kau beri tahu pun, kelak semua orang akan tahu dan mendengar! Dan kalaupun benar kau ingin memberi tahu, berarti ada yang tak beres dengan peristiwa di perguruanmu itu! Kau sengaja memberi tahu orang agar orang tidak merasa curiga jika kau ikut mendalangi peristiwa itu!” “Tutup mulutmu!” bentak Guru Besar Liang San sambil melirik sesaat pada sang Baginda. Dia diam-diam merasa khawatir kalau sang Baginda percaya dengan ucapan Hantu Bulan Emas. Di lain pihak, Baginda Ku Nang sebenarnya merasa curiga begitu mendengar keterangan Hantu Bulan Emas. “Hem…. Dia mendatangi Kuil Atap Langit. Sementara pemuda asing itu berada di sana! Jangan-jangan dia selama ini bermuka dua! Menjalin hubungan denganku untuk memperoleh separo peta wasiat yang berada di Perguruan Shaolin, lalu secara diam-diam menjalin hubungan pula dengan Bu Beng La Ma untuk mendapatkan separo peta wasiat yang disebut-sebut berada di tangan pemuda asing itu! Kalau benar begitu, berarti separo peta wasiat itu sudah berada di tangannya!” Membatin sampai di situ, akhirnya sang Baginda berujar. “Guru Besar…. Agar tidak terjadi pertumpahan darah yang tidak berguna, harap kau mau berterus terang pada kami yang berada di sini!” Dada Guru Besar Liang San berdebar tidak enak. “Berterus terang bagaimana, Yang Mulia?!” katanya dengan suara bergetar. “Kau telah mendapatkan peta wasiat yang selama Ini dikabarkan berada di tangan pemuda asing itu! Dengan begitu, berarti urusan peta wasiat itu sudah selesai!” “Amitaba…. Baginda percaya dengan ucapannya?!” kata Guru Besar Liang San seraya ganti arahkan telunjuk Jarinya pada Hantu Bulan Emas. “Masalahnya bukan percaya atau tidak! Tapi kalau kau mau berterus terang, kita bisa cegah pertumpahan darah yang tiada gunanya! Karena kau sendiri pasti tahu, siapa pun orangnya yang akan hadir di tempat ini, pasti tidak bukan ingin memiliki peta wasiat itu!” “Yang Mulia! Peta wasiat itu tidak berada di tanganku! Dan kalaupun benar peta wasiat itu sudah ada di tanganku, tak mungkin aku datang ke tempat ini!” Baginda Ku Nang tertawa pendek dengan gelengkan kepala. “Guru Besar… Bukannya aku tidak percaya padamu. Tapi aku sependapat dengan sahabat Hantu Bulan Emas. Adalah aneh kalau kau datang ke Kuil Atap Langit, sementara pemuda asing itu berada di sana! Dan kau berdalih kedatanganmu hanya perlu memberitahukan akan peristiwa yang terjadi! Seandainya kau tadi berkata kedatanganmu ke Kuil Atap Langit semata-mata mengejar pemuda asing itu, mungkin aku tidak merasa aneh!” “Yang Mulia…. Harap tidak curiga, karena….” “Guru Besar!” potong sang Baginda. “Kalau kau masih juga berdalih, itu membuatku makin curiga! Bahkan aku bisa menduga, kedatanganmu ke tempat ini hanya semata-mata agar kau tidak dituduh sudah mendapatkan peta wasiat itu! Sekarang berterus teranglah!” “Yang Mulia boleh percaya atau tidak! Yang jelas, aku belum mendapatkan peta wasiat itu!” Baru saja Guru Besar Liang San berkata begitu, satu sosok tubuh berkelebat dan tegak di sebelah ujung puncak bukit sana. Dia adalah seorang perempuan mengenakan pakaian warna hitam panjang. Paras wajahnya tidak bisa dikenali karena dia sengaja menutupi wajahnya dengan cadar hitam dan hanya menyisakan dua lobang tepat pada kedua pasang matanya. Untuk beberapa saat, semua kepala di tempat itu berpaling. Hanya Dewa Cadas Pangeran yang tidak membuat gerakan menoleh. Sebaliknya orang tua ini melangkah ke arah sebatang pohon, lalu enak saja dia duduk bersandar setelah menarik bumbung bambu yang tadi dibuat duduk. Di lain pihak, begitu semua kepala berpaling ke arahnya, si perempuan bercadar sapukan pandang matanya ke semua orang. “Hem… Nyatanya dia belum muncul! Apakah dia tidak tahu urusan di tempat ini?! Sebaiknya aku menunggu… Aku tidak akan ikut campur urusan orang-orang itu. Karena kedatanganku bukan untuk peta wasiat itu!” Habis bergumam begitu, perempuan bercadar hitam melangkah mendekati sebatang pohon tidak jauh dari Dewa Cadas Pangeran. Dia tegak bersandar di sana tanpa buka mulut bahkan alihkan pandangannya ke samping bukit seolah menunggu seseorang! Kemunculan perempuan bercadar hitam membuat semua orang di tempat itu sempat bertanya-tanya, karena mereka memang belum pernah mengenali ada seorang tokoh yang berciri demikian. Namun karena saat itu semua tengah tenggelam oleh ketegangan antara Guru Besar Liang San dan Hantu Bulan Emas serta Baginda Ku Nang, mereka tidak pedulikan lagi tentang siapa adanya perempuan bercadar hitam. Malah begitu si perempuan melangkah mendekati pohon, Baginda Ku Nang sudah angkat bicara. “Guru Besar…. Kurasa tidak ada gunanya kau terus berdusta! Lagi pula sebenarnya peta wasiat itu milik perguruanmu!” “Itu cerita lama, Yang Mulia!” Hantu Bulan Emas menyahut. “Saat ini, siapa pun juga punya hak untuk memiliki peta wasiat itu!” “Benar! Peta wasiat itu dibuat bukan semata-mata diperuntukkan bagi Perguruan Shaolin! Tapi bagi semua kalangan rimba persilatan!” Ratu Selendang Asmara yang sejak tadi diam, menimpali ucapan Hantu Bulan Emas. Guru Besar Liang San menggeram marah. Dan karena pangkal dari semua tuduhan yang kini diarahkan padanya berasal dari ucapan Hantu Bulan Emas, Guru Besar Liang San tumpahkan kemarahannya pada Hantu Bulan Emas. Hingga tanpa buka mulut sambuti ucapan sang Baginda, Hantu Bulan Emas, serta Ratu Selendang Asmara, dia berkelebat ke arah Hantu Bulan Emas! Tampaknya Hantu Bulan Emas bisa membaca gelagat. Begitu Guru Besar Liang San membuat gerakan, dia ikut berkelebat menyongsong. Namun belum sampai jauh bergerak, satu sosok bayangan berkelebat dan langsung memotong gerakan Guru Besar Liang San! Guru Besar Liang San cepat hentikan kelebatan dan tegak di atas tanah dengan tampang angker. Saat lain dia berpaling sedikit untuk mengetahui siapa sosok yang menghadang gerakannya. Saat bersamaan, Hantu Bulan Emas juga hentikan kelebatannya yang hendak menyongsong Guru Besar Liang San. Dia menoleh ke kanan. Dia terkesiap sejenak. Kejap lain dia melesat dan tegak di samping sosok yang baru saja menghadang gerakan Guru Besar Liang San. “Ouw Kui Lan!” bisik Hantu Bulan Emas seraya perhatikan orang di sampingnya yang ternyata adalah seorang perempuan berparas cantik mengenakan pakaian warna putih tipis hingga lekukan sekujur tubuhnya terlihat jelas. Rambutnya yang hitam lebat disanggul sedikit ke atas dan sebagian digeraikan di pipi kanan kirinya. Pada kepalanya mengenakan sebuah mahkota berwarna kekuningan bergambar bulan sabit. Dia bukan lain adalah Ouw Kui Lan atau yang lebih dikenal orang dengan Bidadari Bulan Emas, murid tunggal Hantu Bulan Emas. “Kedatanganmu ke tempat ini satu bukti jika kau gagal dengan pekerjaanmu!” Bidadari Bulan Emas sapukan pandangannya dahulu pada semua orang yang berada di tempat itu, Lalu berpaling pada Hantu Bulan Emas dan berkata dengan sedikit bungkukkan tubuh. “Maaf, Guru! Aku telah berusaha…., Bahkan semua petunjukmu telah kulakukan. Dan hampir saja aku dapat menyelesaikan pekerjaan itu! Sayang…. Seseorang telah menggagalkan pekerjaanku!’ Bidadari Bulan Emas alihkan pandang matanya ke arah Guru Besar Liang San yang tegak tidak jauh di hadapannya. Saat bersamaan tangannya terangkat menunjuk pada Guru Besar Liang San dan berseru lantang. “Dialah orangnya!” Hantu Bulan Emas sengatkan sepasang matanya ke batok kepala Guru Besar Liang San. Tanpa buka mulut lagi dia melesat. Namun Baginda Ku Nang telah mendahului berkelebat bergerak dan tegak di hadapan Guru Besar Liang San seraya berkata. “Aku tidak ingin terjadi silang sengketa! Dan jalan satu-satunya adalah, kuharap Guru Besar Liang San mau serahkan peta wasiat itu padaku! Tapi semua harap tidak punya rasa prasangka padaku!” Baginda Ku Nang sapukan pandangannya pada semua orang yang ada di tempat itu. lalu lanjutkan ucapan. “Aku tahu, semua orang menginginkan peta wasiat itu! Dan hal ini pasti akan menimbulkan pertikaian yang berakhir dengan pertumpahan darah! Aku….” “Apakah dengan peta wasiat di tangan penguasa, berarti keadaan akan bisa lebih aman?! Apakah kalau peta wasiat berada di tangan Yang Mulia, berarti pertumpahan darah bisa dihindari?! Apakah jika peta wasiat di tangan pihak kerajaan, berarti perebutan ini bisa diakhiri?!” Guru Besar Liang San sudah menyahut dengan suara keras sebelum Baginda Ku Nang selesai dengan ucapannya. Baginda Ku Nang terlihat marah. Namun dia masih coba menindih perasaan. Seraya pentangkan mata dia berkata. “Aku minta peta wasiat itu bukan untuk disimpan, lebih-lebih untuk kumiliki! Karena hal itu tidak menyelesaikan urusan! Karena hal itu tidak akan membuat keadaan bisa lebih aman! Karena hal itu tidak bisa hindarkan dari pertumpahan darah! Karena hal itu tidak bisa mengakhiri perebutan!” Suara sang Baginda terdengar bergetar dan keras membahana seolah menyentak kesunyian puncak Bukit Toyongga. “Lalu untuk apa?!” Tiba-tiba satu suara menyahut. Suara ini juga tak kalah bergetar dan kerasnya. Hanya saja semua orang di tempat itu tahu, jika suara yang baru saja terdengar disuarakan oleh seorang perempuan! Anehnya, meski semua orang di tempat itu sama putar kepala selain kepala Dewa Cadas Pangeran, mereka tidak menemukan si orang yang baru saja buka suara! Keadaan mendadak sunyi laksana kuburan. Hanya beberapa mata yang terlihat saling lontar pandang dengan penuh curiga. Dan belum sampai ada yang angkat suara lagi, tiba-tiba puncak Bukit Toyongga kembali dipecah dengan terdengarnya satu suara. “Aku bertanya! Mengapa tidak ada yang memberi jawaban?! Untuk apa, hah?! Untuk apa peta wasiat itu?!” Semua orang sempat terkejut. Kalau suara yang pertama tadi jelas diperdengarkan oleh perempuan, kali ini suara itu jelas diperdengarkan oleh laki-laki! Bidadari Bulan Emas dan Guru Besar Liang San kerutkan kening masing-masing. Dan hampir bersamaran, mereka bergumam. “Pemuda berkebaya itu!” Mereka jelas tahu, karena mereka berdua sudah pernah mendapati hal yang sama beberapa hari yang lalu. Mereka berdua kembali gerakkan kepala mencari. Namun sejauh ini mereka belum juga bisa menemukan sosok orang yang dicari. Di lain pihak, Baginda Ku Nang sempat hendak berkelebat. Namun entah karena apa, tiba-tiba dia batalkan niat. Sebaliknya dia kerahkan sedikit tenaga dalamnya lalu berteriak. “Kau bertanya! Aku yang akan jawab! Peta wasiat itu kuminta untuk kumusnahkan! Dengan begitu, tidak akan ada lagi perebutan apalagi pertumpahan darah!” Terdengar suara orang tertawa panjang. Lalu terdengar lagi ucapan yang tak kalah lantangnya dengan jawaban Baginda Ku Nang. “Peta wasiat itu dibuat bukan untuk dimusnahkan! Tapi diperuntukkan bagi siapa saja yang mampu untuk memegangnya! Dan kalaupun hal itu akan membawa pertumpahan darah, itu akibat bodohnya orang yang merebut! Lagi pula tidak akan ada rimba persilatan tanpa tetesan darah yang mengalir!” “Kalian berani berkata lantang! Tapi mengapa tidak berani unjuk muka?!” kata Baginda Ku Nang. Sang Baginda menduga yang perdengarkan suara adalah dua orang. Sementara itu begitu yakin siapa orang yang perdengarkan suara, diam-diam Guru Besar Liang San membatin. “Pemuda asing bergelar Pendekar 131 Joko Sableng itu mengatakan peta wasiat telah diambil pemuda berkebaya yang suaranya baru saja terdengar. Hem… Aku belum percaya benar, tapi dari sikapnya, jelas aku bisa membaca jika ucapannya tidak berdusta! Ini saatnya aku merebut dari tangan pemuda berkebaya itu!” Guru Besar Liang San takupkan kedua tangan di depan dada. Sepasang matanya dipejamkan. Kejap lain dia buka kelopak matanya dan perlahan-lahan dia bergerak memutar ke satu arah. Saat berikutnya dia membuat gerakan. Sosoknya berkelebat. Semua orang di tempat itu sama terkejut. Lebih-lebih Baginda Ku Nang dan si Panglima. Mereka berdua khawatir jika Guru Besar Liang San berkelebat melarikan diri. Hingga begitu Guru Besar Liang San berkelebat, sang Baginda dan sang Panglima segera pula mengejar. Namun bersamaan dengan itu, tepat ke arah mana Guru Besar Liang San berkelebat, satu sosok tubuh melesat menyongsong sosok Guru Besar Liang San!



Belajar Hidup Dari Allah


Belajar Hidup Dari Allah
DOWNLOAD
Author : Yusep Rafiqi
language : id
Publisher: Elex Media Komputindo
Release Date : 2015-01-13

Belajar Hidup Dari Allah written by Yusep Rafiqi and has been published by Elex Media Komputindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2015-01-13 with Religion categories.


Merupakan fi trah manusia untuk selalu menangkap apa yang dia dengar, lihat, dan rasakan. Fitrah manusia pula untuk menangkap segala sesuatu dengan kesadaran penuh akan eksistensinya sebagai satu-satunya mahkluk yang dianugerahi beragam potensi yang luar biasa untuk mengelola bumi ini. Dalam rangka mengelola bumi ini (menjadi khalifah), manusia kerap dihadapkan pada beragam misteri hidup yang sering sulit dipahami. Lalu, di manakah Sang Pencipta dan Pemelihara segala yang ada ini? Jawabannya adalah Dia ada pada dirimu, bahkan lebih dekat dari urat nadimu. Dia ada dalam ruang-ruang yang tidak kita sadari. Sesungguhnya, Dia ada di luar kesadaran kita, membimbing dan mengarahkan kita. Belajar dari Allah adalah belajar menangkap isyarat-isyarat yang termaktub di dalam panduan- Nya. Lalu kita internalisasikan di dalam hidup kita sehari-hari. Allah mengungkap rahasia hidup dan kehidupan ini pada tujuh ayat yang sering kita lafalkan secara teratur, namun belum kita sadari sepenuhnya. Melantunkan al-Fatihah adalah melantunkan tujuh rahasia hidup sukses dan bahagia di dunia dan akhirat. Setiap ayat dalam Al Fatihah, adalah kode-kode suci yang harus kita pecahkan, lalu kita benamkan ke dalam jiwa agar kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat bisa kita raih. Belajarlah dari Yang Welas Asih, hidup akan dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang. Belajarlah dari Pemelihara Alam Raya ini, hidup akan senantiasa dihiasi dengan kebersyukuran dan keberkahan. Belajarlah dari Maha Raja Hidup dan kehidupan ini, kita akan mampu menaklukan dunia dan orangorang pun akan tunduk kepada kita. Belajarlah dari banyak sekali pengalaman orang-orang lain, maka kita akan meraih kenikmatan itu; kesuksesan dan kebahagiaan di akhirat.



Antologi Sang Pengembara Coretan Gado Gado Dosen Pariwisata


Antologi Sang Pengembara Coretan Gado Gado Dosen Pariwisata
DOWNLOAD
Author : Wahyu Indro Widodo
language : id
Publisher: Pandiva Buku
Release Date : 2022-11-01

Antologi Sang Pengembara Coretan Gado Gado Dosen Pariwisata written by Wahyu Indro Widodo and has been published by Pandiva Buku this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-11-01 with Biography & Autobiography categories.


Antologi sang Pengembara: Coretan Gado-gado Dosen Pariwisata menuturkan kisah-kisah perjalanan penulis ke berbagai penjuru dunia. Banyak pertemuan dan pengetahuan yang ia dapat selama berkelana. Hingga suatu hari, ia sadar bahwa Indonesia itu paling indah sedunia karena memiliki segalanya. Pendapat subjektif ini diungkapkan setelah membandingkan Indonesia dengan 60 negara di dunia yang pernah ia kunjungi. Tidak sekadar kisah-kisah selama pengembaraan, Antologi sang Pengembara juga mengenai pertemuan sang penulis dengan banyak manusia hebat yang mengajarkan nilai kehidupan, juga rangkaian angannya tentang masa depan pariwisata di Indonesia setelah dibuat tak berdaya oleh pandemi Covid-19. Antologi sang Pengembara adalah wujud optimisme di tengah impitan ketidaknyamanan. Diulas secara ringan, bahkan tak sedikit kisah yang dituturkan dengan cara jenaka, kita sebagai pembaca akan dibawa hanyut oleh beragam cerita yang unik. Kita pun akan mendapatkan hal-hal baru dari luasnya wawasan serta pengalaman penulis.



Pencatat Mimpi


Pencatat Mimpi
DOWNLOAD
Author : Mohd Fadzil Yusuf
language : ms
Publisher: ITBM
Release Date : 2014

Pencatat Mimpi written by Mohd Fadzil Yusuf and has been published by ITBM this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2014 with Short stories, Malay categories.