[PDF] Dari Bom Bali Hingga Tragedi Sukhoi - eBooks Review

Dari Bom Bali Hingga Tragedi Sukhoi


Dari Bom Bali Hingga Tragedi Sukhoi
DOWNLOAD

Download Dari Bom Bali Hingga Tragedi Sukhoi PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Dari Bom Bali Hingga Tragedi Sukhoi book now. This website allows unlimited access to, at the time of writing, more than 1.5 million titles, including hundreds of thousands of titles in various foreign languages. If the content not found or just blank you must refresh this page





Dari Bom Bali Hingga Tragedi Sukhoi


Dari Bom Bali Hingga Tragedi Sukhoi
DOWNLOAD

Author : AKBP dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F.
language : id
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2013-06-08

Dari Bom Bali Hingga Tragedi Sukhoi written by AKBP dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F. and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2013-06-08 with History categories.


Buku ini disusun sebagai suatu bacaan ilmiah mengenai proses dan hasil yang telah dicapai dalam identifikasi kor­ban bencana massal, juga ditujukan untuk masyarakat secara umum agar dapat lebih memahami dan mengetahui tugas-tu-gas Tim DVI Indonesia dalam melakukan identifikasi korban meninggal secara massal akibat bencana alam yang natural ataupun bencana karena ulah manusia. Serta diharapkan pula dapat membantu mahasiswa dan praktisi hukum atau teman- teman yang tertarik dengan bidang DVI untuk menambah wawasan dan informasi. Melalui kata pengantar ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada suami dan kedua anak pe­nulis yang selalu mendukung pada setiap kesempatan menulis, juga kepada kedua orang tua penulis. Terima kasih juga penu­lis sampaikan kepada rekan-rekan yang tergabung dalam tim DVI yang berasal dari segala bidang keahlian dan juga keil­muan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, karena DVI merupakan kerja tim yang luar biasa dan selalu bekerja dengan rasa kemanusiaan tinggi, kesabaran, dan keikhlasan yang tidak terbatas. Tanpa tim, tanpa kesediaan keluarga kor­ban, media, masyarakat, juga pimpinan kami untuk mengerti, maka proses identifikasi tidak akan berhasil dan juga selalu ada kemudahan dari Alah SWT. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kapolri, Ka­polda Jawa Tengah, Kapusdokkes Polri selaku ketua komite DVI Nasional Indonesia, Kepala Biddokkes Polda Jateng, An-dy F. Noya, yang telah memberikan kata sambutan dan kata penutup pada buku ini. Juga kepada Kabiddokpol, dr. Anton Castilani, DFM, yang telah memberikan izin untuk pengam­bilan data dan foto-foto kegiatan di Pusdokpol Polri melalui drg. Sindhy R. Malingkas, DFM, yang selalu menyimpan dan mengarsipnya dengan baik sekali, dan juga yang telah mem­berikan ide tentang penulisan buku ini. Dan, terima kasih yang tidak terkira kepada semua pihak yang selalu membantu dan men-support penulis dalam penu-lisan buku ini, termasuk kepada penerbit Rayyana Komunikasindo di bawah pimpinan Sdr. Salim Shahab. Terima kasih kepada seluruh Tim DVI Nasional yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan yang mungkin terdapat dalam penulisan buku ini. Dengan sekuat tenaga dan pikiran penulis sudah berupaya menulis berdasarkan referensi dan pengalaman yang penulis dapat se­lama bertugas di Polri. Penulis juga selalu teringat dengan kata-kata bijak dari mantan Kepala Pusat Kedokteran Kesehatan (Kapusdokkes) Polri Brigjen Pol. (P) dr. Edy Saparwoko, M.M., DFM, Sp.JP., yang selalu berpesan: lebih baik tidak teridentifikasi dari­pada salah identifikasi. Juga kata-kata indah yang selalu ter-ingat dalam setiap helaan napas penulis, sehingga selalu mem­berikan semangat kepada kami, yaitu dari mantan Kapusdok­kes Polri Irjen Pol (P) dr. Musaddeq Ishaq, DFM, di mana be-liau menanamkan dalam sanubari semua insan Dokkes Polri agar selalu kerja ikhlas, kerja keras, dan kerja cerdas



From Bali Bombing To Sukhoi Tragedy


From Bali Bombing To Sukhoi Tragedy
DOWNLOAD

Author : Sumy Hastry Purwanti
language : en
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2014-04-09

From Bali Bombing To Sukhoi Tragedy written by Sumy Hastry Purwanti and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2014-04-09 with Social Science categories.


This book is translated from its Indonesian version titled “DARI BOM BALI HINGGA TRAGEDI SUKHOI – Keberhasilan DVI Indonesia dalam Mengungkap Berbagai Kasus” (FROM BALI BOMBING TO SUKHOI TRAGEDY, the success story of Indonesian DVI in uncovering various cases). The publication of this book had gone through a long process, starting from my passion as a writer who has a study background in disaster victims’ identification and involvements in the activities of DVI (Disaster Victim Identification), and then encouragements from many people to write about the DVI’s works and success in uncovering many cases. The aim, of course, is to make it as a subject of learning for the general public about the meaning and benefit of the works of identifying victims of natural disasters and man-caused disasters. The Indonesian version of this book had been published in mid-2013. It was profoundly welcomed by the general public, the Police, mass media, and academicians, especially those who involve in medicine and forensics. In less than two months, the book had to be printed in second edition. Therefore, as a writer I would like to take this opportunity to extend my gratitude and respect to all sides who had supported the publication of the Indonesian version book. I would like also to extend my gratitude to all officials at that time, including General Police Drs. Timur Pradopo as Chief of Indonesian National Police, Irjen Polisi Drs. Didiek S. Triwidodo M.M, M. Hum as Central Java Police Commander, Brigjen. Pol. Dr. Arthur Tampi as Kapusdokkes Polri and the committee chairman of DVI Nasional Indonesia, Kombes Pol Dr. Musyafak as chairman of Biddokkes at Central Java Regional Police (Biddokkes Polda Jateng), and to Brigjen Pol. dr. Edy Saparwoko, M.M., DFM, Sp.JP., Irjen Pol dr. Musaddeq Ishaq, DFM, as well as many other officers in the Indonesian Police that I could not name them one by one. I would like also to extend my gratitude to Mr. Andy F. Noya as a prominent figure of the Indonesian reading society who provided his own testimony in the book, and my colleagues Kombes Pol dr. Anton Castilani, DFM, and drg. Sindhy R. Malingkas. I would like also to thank my family, my husband, children, parents, publisher, and all people who have contributed to this publication that I could not mention one by one. This English version was published to meet the demands of many sides concerned, including from the foreign police institutions that consider it as a source of learning from In donesia about the identification of victims in natural disasters and man-caused disasters. The more so, a number of cases mentioned in this book involved foreigners. On one side, the issues of foreigners have encouraged all professionals to study it, but on the other side, all families’ members of the foreign victims with various aspects of their background study will also be encouraged to read and study it. In writing this book, I will not only fulfill a moral responsibility resulted from my involvement in DVI Indonesia. But more than that, this book will also show the professionalism of the Police and the team of DVI Indonesia, and that way their works and performances can be well known at the international stage. This English version publication was also a result of encouragement from the current Chief of Indonesian National Police, General Police Drs. Sutarman. According to him, the advancement of information and communication technology has made the world without borders. All events in other countries, especially related to natural disasters and man-caused disasters, cannot be concealed from the attention of people in other countries. The Police as the vanguard in handling and uncovering the victims is required to be professional and open to the international community. That is the reason why the Chief of Indonesian National Police has strongly encouraged the publication of this English version, and was willing to write a preface. As a writer of this book, I would like to extend my gratitude and respect to the Chief of Indonesian National Police. Finally, as the Indonesian proverb says “Tak Ada Gading yang Tak Retak” (There is no Ivory that is not Cracked or Nothing is Perfect), allow me to take this opportunity to apologize for any mistake or shortcoming in publication of this book. We welcome any criticism and ideas to make this publication better.



Kekerasan Seksual Pada Perempuan Solusi Integratif Dari Forensik Klinik


Kekerasan Seksual Pada Perempuan Solusi Integratif Dari Forensik Klinik
DOWNLOAD

Author : Komisaris Besar Polisi (KBP) Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, DFM, Sp.F.
language : id
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2021-09-03

Kekerasan Seksual Pada Perempuan Solusi Integratif Dari Forensik Klinik written by Komisaris Besar Polisi (KBP) Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, DFM, Sp.F. and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2021-09-03 with Law categories.


Kekerasan seksual pada perempuan dan anak makin merajalela. Tren pelakunya justru mencengangkan karena sebagian besar adalah orang-orang terdekat. Yang tidak masuk akal, di antara pelakunya adalah ayah kandung dan kakak kandung korban. Bagi korban, situasinya sering kali menjadi dilema. Selain mendapat ancaman dari pelaku, ketika pelaku tertangkap dan terancam penjara, korban justru luluh hatinya dan meminta pelaku untuk tidak dipenjara karena mereka adalah kerabat dekat atau anggota keluarga yang merupakan penanggung ekonomi keluarga. Jika mereka dipenjara, keluarga ikut merana. Akibatnya kasus pun ditutup. Padahal derita yang harus ditanggungnya sangat berat. Adakalanya korban yang masih amat belia itu hamil, lalu dengan polosnya mengaborsinya karena dirundung malu dan tekanan sosial yang dahsyat. Akibatnya mereka masuk penjara karena kasus aborsinya. Padahal ada UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menjamin mereka bahwa terhadap kasus perkosaan yang hamil ada pasal yang membolehkan korban melakukan aborsi dengan persyaratan tertentu sehingga korban tidak perlu mengalami keadaan “Sudah jatuh tertimpa tangga.” Memang pada kenyataannya ada beberapa kasus korban perkosaan yang justru dipenjara karena melakukan aborsi. Walhasil, bagi korban, ketika perkosaan terjadi, mereka benar-benar dijerumuskan pada situasi yang membuatnya amat nista: masa depan habis, trauma seumur hidup yang tak tertangani, kehidupan sosial yang nestapa. Kekerasan seksual hanyalah salah satu bentuk kekerasan yang dialami perempuan. Saat ini ada beberapa jenis kekerasan yang dialami perempuan. Di antaranya adalah bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang makin menjadi sorotan di Tanah Air. Bentuk KDRT meliputi kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikis, dan kekerasan ekonomi. Korbannya bisa istri, anak, atau kerabat yang tinggal di rumah tangga. Pelakunya adalah orang-orang yang tinggal di rumah tangga itu atau pihak lain yang memiliki akses sering masuk ke rumah tangga tersebut. Karena itu pelakunya bisa ayah (suami), saudara kandung, keluarga dari ayah atau ibu (seperti paman), atau lainnya. Ini belum kasus-kasus kekerasan yang dialami perempuan di ranah publik, termasuk juga pelecehan atau kekerasan di tempat mereka bekerja. Meskipun begitu, jika terjadi kekerasan, tak banyak korban yang berani melaporkan kasusnya karena banyak pertimbangan. Di antara alasan yang paling umum yang membuat korban tak melaporkan kasusnya adalah karena: − Banyak perempuan korban pemerkosaan selalu disalahkan. − Banyak korban pemerkosaan yang berpikir, daripada dilaporkan tapi jadi aib, mending bungkam menanggung malu. − Perspektif aparat penegak hukum masih bias gender. Aduan korban sering dianggap sebelah mata. − Korban pemerkosaan justru kerap dikorbankan kembali oleh penegak hukum. − Faktanya, banyak proses hukum berhenti di tengah jalan, sehingga predator leluasa mencari mangsa. − Korban takut bentuk kekerasan yang dialaminya tak dikenal dalam KUHP. − Proses hukum yang setengah-setengah hanya membuat korban menanggung malu karena sudah telanjur disorot media. Hambatan ini menyisakan pertanyaan tajam: Adakah sistem yang bisa menyelamatkan para perempuan korban kekerasan, setidaknya untuk membuat mereka menjadi “manusia” kembali? Buku ini membahas salah satu inovasi dalam penanganan perempuan korban kekerasan seksual baik anak-anak maupun perempuan dewasa dengan membangun fasilitas penanganan bernama Forensik Klinik (Forklin) yang diharapkan kelak bisa diterapkan di jaringan rumah sakit Bhayangkara yang merupakan jaringan rumah sakit di bawah naungan Kepolisian Republik Indonesia. Forklin menawarkan solusi penanganan korban yang terintegrasi (kesehatan, psikologis, hukum, dan sosial). Melalui Forklin korban yang sering kali “dikorbankan” akan mendapatkan haknya untuk sembuh secara fisik dan psikis (trauma), kasusnya ditangani pihak yang berwajib dan pelaku diproses secara hukum, mendapatkan hak untuk melanjutkan pendidikan (bagi korban yang masih sekolah), dan mereka tidak tereksploitasi jati dirinya di media (tidak over exposed). Buku ini juga membahas tren kekerasan yang dialami perempuan baik di Indonesia maupun di dunia dalam beragam bidang kehidupan, termasuk juga tren ketika perempuan dieksploitasi karena mereka adalah perempuan. Maraknya aksi pembunuhan “khusus” perempuan yang makin mengkhawatirkan, sampai-sampai PBB mengeluarkan istilah baru “femisida”. Statistik femisida terus meningkat dan memicu kajian-kajian mendalam di berbagai negara. Selain itu ada juga kasus perempuan yang menjadi “korban zaman”. Di antaranya perempuan yang terlibat terorisme hingga perempuan-perempuan yang jadi pembunuh karena korban hedonisme. Hal-hal inilah yang dibahas di buku ini, yang ditulis oleh seorang doktor ahli forensik. Buku ini tidak hanya membuka cakrawala baru penanganan korban kekerasan seksual perempuan dan anak, juga membuka wawasan tentang perempuan sebagai korban ditinjau dari sejumlah aspek. KATA MEREKA KBP Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, DFM, Sp.F. berprofesi sebagai Polwan yang berkecimpung di dunia forensik sekaligus juga sebagai seorang ibu, tentunya memiliki kepekaan yang lebih dalam melihat perempuan sebagai korban kekerasan seksual dibandingkan Polki pada umumnya. Pola penanganan yang digagasnya dengan membangun Forensik Klinik (Forklin) menunjukkan kepekaannya terhadap isu kekerasan ini. Ny. Juliati Sigit Prabowo Ibu Asuh Polwan RI Hadirnya buku ini makin menegaskan bahwa peran Polwan RI bukan hanya sebagai penghias dan pelengkap organisasi. Polwan mampu memberikan kontribusi yang dapat membawa nama baik organisasi Polri dalam melayani masyarakat. Brigjen (Pol) Apriastini Baktibugiansri K., S.I.K. Kapusjarah Polri selaku Pakor Polwan RI Ibu Pertiwi membutuhkan perempuan tangguh untuk “menelurkan” generasi pewaris bangsa yang bermartabat. Korban kekerasan harus bangkit dan tidak terpuruk. Semoga, melalui buku ini, semangat kepedulian akan nasib bangsa makin berkibar, dan perempuan sebagai tiang negara dapat terwujud. Dra. Ardina Safitri Firli Ketua Ikatan Alumni Bimbingan Konseling UNNES Unit Forensik Klinik di RS Bhayangkara Semarang, yang dirancang secara komprehensif bagi perempuan dan anak korban kekerasan seksual, penting untuk selalu beroperasi maksimal. LPSK, lembaga negara yang berwenang memberi perlindungan terhadap saksi dan korban tindak pidana, termasuk kekerasan seksual, siap bekerja sama untuk wilayah Jateng. Dr. Livia Istania DF Iskandar, M.Sc., Psikolog Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban RI (Periode 2019-2024) Perempuan yang seyogianya ditinggikan martabatnya terkadang kurang beruntung dan mendapatkan tindakan kekerasan. Bungkam seribu bahasa sering menjadi pilihannya sehingga para korban kekerasan sering menghadapi masalah baru yang membahayakan dirinya. Buku ini merupakan solusi integratif dari berbagai aspek, penindakan, medis, psikologi, budaya, dan lain-lain. Ir. Ambar Rahayu, MNS Widyaiswara Ahli Utama Lembaga Administrasi Negara (LAN) UU Kesehatan 2009 secara khusus mengatur tentang praktik aborsi dan, menurut UU tersebut, aborsi dilarang untuk dilakukan. Namun, hal itu dapat dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan yang menyebabkan trauma bagi korban. Buku ini dapat menjadi rujukan untuk pemberian layanan kesehatan yang komprehensif bagi para penyintas kekerasan seksual. dr. Marcia Soumokil, MPH Direktur Eksekutif, Yayasan IPAS Indonesia



Antara Mayat Tragedi Dan Perkara


Antara Mayat Tragedi Dan Perkara
DOWNLOAD

Author : Agustaman
language : id
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2022-05-23

Antara Mayat Tragedi Dan Perkara written by Agustaman and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-05-23 with Law categories.


Seperti halnya dalam film detektif, profesi dokter forensik sangatlah unik dan menantang, juga mengharu biru. Apalagi jika mereka adalah perempuan, seperti dalam buku ini. Ada banyak kisah dan kesan serta kiprah para srikandi ini yang mampu melawan rasa takut menjadi rasa kagum. Mereka mengakui bahwa tubuh korban yang membisu itu menyimpan banyak cerita tentang kematiannya. Bagai membaca novel misteri, cerita tentang hidup dan apa yang dialami korban di akhir hayatnya tersimpan di sana. Pekerjaan ini memang luar biasa, yaitu membantu korban yang notabene sudah wafat menceritakan kisahnya kembali untuk mendapat keadilan dengan cara ilmiah dan objektif. Dokter forensik juga ternyata bukan hanya berurusan dengan mayat, namun berbagai perkara kemanusiaan lain yang melibatkan korban hidup hingga sengketa keluarga. Pesan bagi mereka yang berminat menekuni profesi ini, setidaknya mereka harus memiliki dua kecenderungan sifat, yaitu sensitif terhadap ketidakadilan serta sikap saintifik (ilmiah). Sensitif terhadap ketidakadilan menjadi fondasi sikap, bahwa untuk menegakkan keadilan diperlukan dukungan ahli yang tidak memihak (imparsial) serta membebaskan diri dari tekanan dan konflik kepentingan (independen). Sementara itu, kapasitas berpikir ilmiah diperlukan agar mampu mengoleksi data dengan baik dan benar, membuat interpretasi dengan benar, mengambil kesimpulan yang logis berbasis data (evidence-based), serta mampu menggunakan teori yang diakui komunitas ilmiah di tingkat global. Jadi, praktik forensik bukanlah praktik gut-feeling, apalagi mistik. Fiat Justitia Pereat Mundus Ilmu Kedokteran Forensik –sebagian kalangan menyebut dengan istilah Ilmu Kedokteran Kehakiman- dipercayai banyak orang telah dipraktekkan sekitar 5000-6000 tahun sebelum Masehi. Salah satu bagian yang penting dalam praktik kedokteran forensik yang sudah sering dilakukan jauh sebelum Masehi adalah autopsi. Meskipun pada saat itu, kaitannya secara langsung untuk kepentingan peradilan belum terlihat jelas. Hal ini dikarenakan, autopsi pada masa itu lebih banyak ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan penyelidikan penyakit. Barulah di masa Romawi Kuno, hukum kedokteran yang dikenal dengan nama Hukum Justinianus (Justinian Code), mengatur para ahli kedokteran forensik dalam masalah medikolegal. Kaisar Justinianus sudah mendudukkan posisi dokter di pengadilan sebagai saksi ahli. Pada zaman itu para dokter harus dapat membuktikan awal kehamilan, waktu persalinan, kemandulan, impotensi, perkosaan dan lain-lain. Oleh karenanya, dokter bukanlah saksi biasa, tetapi sumber informasi pada kasus-kasus perlukaan, infantisida, bunuh diri, perkosaan, bestialitas dan sebagainya. Di masa modern sekarang, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal sudah menjadi salah satu cabang ilmu kedokteran yang diaplikasikan untuk kepentingan keadilan. Frasa Pro Justitia merupakan suatu frasa yang tidak asing dan seolah melekat pada diri seorang dokter spesialis forensik dan medikolegal. Menjadi seorang dokter forensik berarti menjadi dokter yang berkontribusi dalam upaya mewujudkan keadilan, tanpa mengesampingkan aspek ilmiah dan sinergi dengan sistem kesehatan. Menegakkan keadilan bukan hal yang mudah. Seperti tertuang dalam salah satu adagium hukum yang berbunyi “Fiat Justitia Pereat Mundus”, yang berarti sekalipun dunia runtuh, keadilan harus tetap ditegakkan. Maka, menjadi seorang dokter forensik tidak hanya membutuhkan kejujuran dan integritas, namun juga membutuhkan keberanian, serta prinsip imparsial, yang merupakan suatu keniscayaan. Sampai sekarang masih banyak masyarakat melihat kedokteran forensik dan medikolegal sebagai sebuah profesi yang hanya berkutat pada mayat/jenazah, padahal pemeriksaan jenazah ini hanya satu dari sekian ruang lingkup kedokteran forensik, yaitu forensik patologi. Masih ada ranah lain selain forensik patologi, antara lain forensik klinik, antropologi forensik, forensik epidemiologi, serta medikolegal. Begitu halnya anggapan kurang tepat mengenai profesi kedokteran forensik yang dinilai hanya bekerja dalam kaitan kasus-kasus pidana atau terkait kepolisian. Nyatanya, seorang dokter forensik pun dapat berkontribusi dalam penyelesaian perkara, yang kadang tidak mengharuskan adanya peran penegak hukum, seperti kasus sengketa keayahan, sengketa medis, maupun sengketa asuransi. Selain itu, data yang berasal dari kedokteran forensik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan public health atau preventif, serta berperan aktif dalam kegiatan DVI (Disaster Victim Identification) saat terjadi bencana yang melibatkan korban massal. Menjadi dokter spesialis forensik dan medikolegal mungkin berarti bekerja di belakang layar, tidak menjanjikan popularitas, namun perannya ternyata dibutuhkan, meski belum semua pihak memahami secara komprehensif apa yang dikerjakan oleh dokter spesialis forensik, apa saja ruang lingkupnya, termasuk adanya sudut pandang berbeda dengan klinisi lain. Dari segi finansial pun mungkin tampak kurang menjanjikan, apalagi harus berhadapan dengan pemeriksaan jenazah dalam berbagai kondisi. Hal-hal tersebut mungkin menjadi alasan sedikitnya peminat spesialisasi dokter forensik. Di antara sejumlah dokter forensik di Indonesia, sekitar sepertiganya adalah dokter spesialis forensik perempuan. Seluruh dokter spesialis forensik akan melaksanakan tugasnya secara profesional sesuai kompetensi dan kewenangannya di fasilitas pelayanan kesehatan mana pun. Sekali lagi; dalam buku ini diungkap tentang para perempuan Indonesia yang berprofesi sebagai dokter forensik. Peran dan kiprah Srikandi Forensik ini terbilang unik dan menarik, tak melulu hanya berurusan dengan kematian, bedah mayat atau autopsi jenazah karena kasus kriminal ataupun tragedi kemanusiaan. Mereka tak hanya berkutat pada pemeriksaan jenazah atau patologi forensik, melainkan berkaitan pula dengan pemeriksaan orang hidup (forensik klinik), medikolegal, dan hal yang terkait public health. Perempuan-perempuan luar biasa yang menjalankan profesi unik, dan dianggap ‘tak biasa’. Dan beberapa diantaranya, dari dokter spesialis forensik perempuan yang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia kedokteran forensik, para dokter spesialis forensik muda, serta calon dokter spesialis forensik, bersedia membagi hikmah dan kisahnya dalam buku ini. Menjadi seorang dokter forensik perempuan tidak lantas berarti otomatis mendapatkan perlakuan istimewa, bukan berarti bebas hambatan dan rintangan, namun justru harus menjalani beberapa peran secara sekaligus. Entah itu peran multipel sebagai seorang ibu, istri, maupun jabatan struktural lain. Kisah mereka juga akan membawa pembaca pada sudut pandang baru dan berbeda tentang kehidupan, tentang perjuangan, keberanian, semangat menuntut ilmu yang berkelanjutan, serta kekuatan dan keberanian di balik kelembutan dan kesantunan para dokter spesialis forensik dan medikolegal perempuan yang dikisahkan. Buku yang berkisah tentang kiprah Srikandi bidang forensik dan medikolegal ini dapat melengkapi informasi pembaca mengenai gambaran umum profesi dokter spesialis forensik dan medikolegal, serta dapat menginsiprasi calon dokter, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang ingin berkiprah di bidang forensik dan medikolegal. Siapa Mereka yang ada dalam kisah buku ini? Dr. dr. Yuli Budiningsih, Sp.FM(K) dr. Lipur Riyantiningtyas BS, Sp.FM(K), S.H. Dr. Yoni Fuadah Syukriani, dr., Sp.F, M.Si., DFM Kombes Pol. Dr. Sumy Hastry Purwanti, dr. DFM, Sp.F dr. Kunthi Yulianti, Sp.FM dr. Berlian Isnia Fitrasanti, Sp.FM, MFM, Ph.D., SIP dr. Oktavinda Safitry, Sp.FM(K), M.Pd.Ked. Dr. dr. Rika Susanti, Sp.FM(K) Dr. dr. Hj. Annisa Anwar Muthaher, S.H., M.Kes., Sp.FM Dr. dr. Putri D.I.M., SpFM, MCRM dr. Citra Manela, Sp.FM dr. Idha Arfianti Wiraagni, M.Sc., Sp.FM, Ph.D. dr. Sani Tanzilah, Sp.FM dr. Noverika Windasari, Sp.FM dr. Ari Sri Wulandari Segera dapatkan bukunya.



Berbagi Obat Kehidupan


Berbagi Obat Kehidupan
DOWNLOAD

Author : Salim Shahab
language : id
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2013-09-03

Berbagi Obat Kehidupan written by Salim Shahab and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2013-09-03 with Cooking categories.


Pada awalnya, sebagian besar kebudayaan dalam masyarakat awal menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal dan hewan untuk tindakan pengobatan. Ini sesuai dengan kepercayaan magis mereka yakni animisme, sihir, dan dewa-dewi. Masyarakat animisme percaya bahwa benda mati pun memiliki roh atau mempunyai hubungan dengan roh leluhur. Ilmu kedokteran berangsur-angsur berkembang di berbagai tempat secara terpisah. Yakni Mesir kuno, Tiongkok kuno, India kuno, Yunani kuno, Persia, dan lainnya. Sekitar tahun 1400-an terjadi sebuah perubahan besar, yakni pendekatan ilmu kedokteran terhadap sains. Dikatakan perubahan besar karena memunculkan penolakan–karena tidak sesuai dengan fakta yang ada–terhadap berbagai hal yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pada masa lalu yang mengaitkan proses pengobatan dengan hal-hal yang tidak sains. Perkembangan zaman dan teknologi terus melejit. Melahirkan banyak cabang ilmu. Termasuk dalam dunia kedokteran. Satu diantaranya adalah Bagian Patologi Klinik. Di negara maju mungkin bidang ini relatif populer. Tapi bagaiamana dengan di Indonesia..? Tak banyak yang mengenalnya. Spesialis Bedah, Anak, Kulit dan Kelamin, Penyakit Dalam, Kandungan, Mata, THT, lebih mendominasi pengetahuan masyarakat, dibandingkan spesialis Patologi Klinik (Sp.PK). Padahal, Sp.PK berperan besar terhadap proses diagnosa dengan mengaplikasikan teknik laboratorium untuk menjadi rujukan dokter dalam melakukan terapi. Berangkat dari minimnya pengetahuan masyarakat akan bagian ini, buku Berbagi Obat Kehidupan – Mengenal Patologi Klinik Indonesia dan Marsetio Donosepoetro menjadi salah satu jawabannya. Ide penulisan buku ini datang dari sejumlah pengurus di organisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik (PDS Patklin) yang mengharapkan ada buku yang bercerita tentang dunia patologi klinik secara ‘semi ilmiah’ dengan bahasa yang populer. Tidak hanya itu, perlu juga dikemukakan tentang tokoh pionir pendidikan patologi klinik di Indonesia. Buku ini menjadi penting karena masih sedikitnya referensi buku patologi klinik saat ini. Kebutuhan akan referensi tersebut terasa mendesak karena di saat keinginan untuk menambah jumlah ahli patologi klinik mencuat, sarana komunikasi yang tersedia untuk menjelaskan apa, mengapa, dan siapa saja yang berperan di bidang patologi klinik, dirasa masih terbatas. Buku ini akan memberi warna dan rasa kepada siapa pun yang berprofesi di bidang patologi klinik dan cabang ilmu yang mendukungnya. Suatu ilmu akan terasa kering jika hanya membahas keasliannya. Namun, ia menjadi kaya warna dan kaya rasa jika mengetahui bagaimana digagasnya, seperti apa dikembangkannya, bagaimana menerapkannya, bagaimana mengambil sari patinya, bagaimana memanfaatkannya, apa tantangannya, dan sebagainya. Karena itulah buku ini hadir tidak hanya untuk mengenalkan dunia patologi klinik di Indonesia, tetapi juga tokoh yang ada atau menyetainya. Ada empat tokoh yang menjadi pionir pengembangan patologi klinik di Indonesia, yaitu Prof. Dr. R. Gandasoebrata, Prof. Dr. dr. Marsetio Donosepoetro, Sp.PK(K), Prof. dr. R.M. Tedjo Baskoro, dan Prof. dr. Hardjoeno, Sp.PK(K). Mereka inilah yang menjadi ujung tombak lahirnya Program Pendidikan Spesialis Patologi Klinik di Indonesia dan mengembangkannya di universitasnya masing-masing. Uniknya, meskipun berjauhan, mereka saling mengisi, saling memperkuat, saling mendukung, dan saling menghormati satu sama lain, seolah-olah satu kesatuan yang tak mungkin terpisahkan. Prof. Gandasoebrata mengembangkan patologi klinik di Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Prof. Marsetio di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. Tedjo Baskoro di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan Prof. Hardjoeno di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Sayangnya, sangat sedikit, bahkan hampir tak ada, literatur yang mengupas profil keempatnya dari sisi pribadi, perjuangan mereka dalam menegakkan keilmuan patologi klinik dan penerapannya di Indonesia, serta hal lainnya. Padahal seorang ahli patologi klinik berbeda dengan dokter pada umumnya. Dia adalah sosok yang plural dengan pengetahuan yang menembus banyak bidang. Para ahli patologi klinik sendiri merumuskan peran profesinya dengan cakupan tugas yang meliputi konsultan bagi dokter klinik, seorang komunikator, manajer, ilmuwan yang harus selalu meng-update pengetahuannya karena perkembangan teknologi kedokteran begitu cepat, dan seorang humanis karena dia menangani pasien bukan sebagai objek, melainkan seorang teman yang menghendaki kesembuhan. Dari keempat tokoh itu, tiga di antaranya sudah tiada. Tinggal Prof. Marsetio, narasumber yang masih mungkin diminta keterangannya. Ada satu hal yang menonjol dari Prof. Marsetio, bahwa di dalam kehidupannya beliau adalah orang yang gemar berbagi ilmu, tanpa menunda-nunda, dan tanpa pamrih. Ternyata, setelah ditelusuri dan dipelajari, konsep berbagi ini adalah dasar ilmu patologi klinik juga. Seorang ahli patologi klinik memiliki tugas besar “berbagi” dengan dokter, pasien, dan pihak lain. Ia mendengar rujukan dokter, mendengar keluhan pasien, menganalisisnya, menyimpulkannya, dan menyampaikan hasilnya. Dan, dalam konsep kehidupan Prof. Marsetio, berbagi pengetahuan menjadi semacam “obat”, obat kebodohan, obat ketertinggalan, obat untuk mendorong kemajuan. Mengambil falsafah itu, maka buku ini penulis beri judul Berbagi Obat Kehidupan. Mengapa kehidupan..? Karena ketokohan Prof. Marsetio mengalir tidak hanya pada dunia patologi klinik, tetapi juga pada bidang lain yang dijalaninya. Baik itu sebagai Rektor Universitas Airlangga (1980-1984) maupun Duta Besar RI untuk UNESCO, politisi dengan posisinya sebagai anggota DPR RI, tokoh Surabaya dan Jawa Timur, tokoh pendidikan, dan lain-lain. Itulah sebabnya, dalam buku ini kami juga mengupas sosok Prof. Marsetio dari aspek yang lain, dengan harapan bisa makin memberi warna dan pembelajaran bagi pembaca. Buku ini ditulis dengan gaya jurnalistik modern, yakni disusun berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah narasumber kompeten plus dari bahan sekunder yang kredibel. Dua diantara narasumber tersebut yang memberikan pengakuan adalah orang non patologi klinik. Dahlan Iskan, Menteri BUMN saat ini yang mengenal Prof. Marsetio saat ia masih merintis usaha Harian Jawa Pos di Jawa Timur memberikan komentar: “Ketika itu Jawa Timur hanya dikenal sebagai kota dagang, tidak intelektual, tidak berkesenian, tidak keilmuan juga. Kalau mau mewawancara masalah ekonomi, tak ada orang yang bisa diwawancara. Yang menonjol hanya bidang kedokteran, dan tokoh kedokterannya itu adalah Pak Marsetio. Dia mewakili lapisan intelektual teratas di Surabaya. Dari sisi sosoknya, ia sebagai elite intelektual Surabaya yang membangun dunia intelektualitas di Surabaya. Sebagai dokter, Pak Marsetio itu melebihi jangkauan profesi dokter. Ia sebagai lambang intelektual Surabaya yang menciptakan iklim intelektual di daerah yang (saat itu) sangat tidak intelektual”. Komentar lain dari Hermawan Kartajaya, Ahli Marketing - President of World Marketing Association. Menurutnya: “Meski latar belakangnya sebagai dokter, ia tak melulu bicara masalah kedokteran. Wawasannya luas. Memang sering kali penguasaan dunia medisnya tak bisa dikesampingkan karena itulah keahliannya. Namun, dengan sedikit meramunya dengan ilmu lain, kerap Marsetio mampu memperkaya pemahaman suatu ilmu dengan ilmu kedokterannya. Sebagai rektor yang berhasil di Universitas Airlangga, namanya cukup bagus. Beliau bisa keluar dari kotaknya sebagai dokter kemudian mencoba memahami kotak-kotak orang lain. Makanya, tak berlebihan kalau dia menjadi pribadi yang “lengkap”, ya dokter, ya manajer, ya budayawan.”



Tni Dan Perdamaian Di Aceh Catatan 880 Hari Pra Dan Pasca Mou Helsinki


Tni Dan Perdamaian Di Aceh Catatan 880 Hari Pra Dan Pasca Mou Helsinki
DOWNLOAD

Author : Laksda TNI Soleman B. Ponto, ST, MH
language : id
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2013-10-01

Tni Dan Perdamaian Di Aceh Catatan 880 Hari Pra Dan Pasca Mou Helsinki written by Laksda TNI Soleman B. Ponto, ST, MH and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2013-10-01 with Science categories.


Tidak bisa dimungkiri, damai memang membawa berkah. Walaupun demikian, bisa jadi, tidak semua pihak senang ketika damai terwujud. Damai Aceh juga membawa berkah. Bagi masyarakat Aceh sendiri, damai menjadikan mereka bisa hidup nyaman, tanpa ada ketakutan dan kekhawatiran serta ancaman akan kehidupan dan masa depannya. Bagi pemerintah pusat dan daerah, dengan damai bisa membangun Aceh tanpa terkendala oleh konflik. Demikian pula dengan dunia internasional, tidak hanya lalu lintas laut di Selat Malaka menjadi aman, tetapi juga menjadi pembelajaran dan cermin bagi wilayah lain di dunia ini bahwa damai itu indah. Bagi dunia akademis, Damai Aceh ibarat mata air perdamaian yang tak ada habisnya untuk dikupas, dipelajari, diteliti, dan dijadikan bahan acuan. Tak terbilang publikasi baik buku, jurnal, artikel, skripsi, tesis, maupun disertasi, dan sebagainya, yang telah beredar berupa hardcopy, maupun softcopy di dunia maya. Baik disajikan dalam bahasa Indonesia maupun bahasa lain, khususnya bahasa Inggris. Baik yang memandang optimistis maupun pesimistis. Baik ditulis oleh pelaku maupun pengamat. Ada sejumlah publikasi yang telah beredar. Sebagai contoh To See The Unseen, Kisah di Balik Damai di Aceh (2007) dan Keeping The Trust for Peace, Kisah dan Kiat Menumbuhkembangkan Damai di Aceh (2011), keduanya karya Farid Husain. Kalla dan Perdamaian Aceh (2008) karya Fachry Ali dan tim. Hamid Awaludin pada tahun 2008 juga menulis buku dengan judul Damai di Aceh. Catatan Perdamaian RI-GAM di Helsinki. Ahmad Farhan Hamid (2006) menulis Jalan Damai Nanggroe Endatu, Catatan Seorang Wakil Rakyat Aceh. Katri Merikallio (2006) menulis buku berjudul Making Peace, Ahtisaari and Aceh. Darmansjah Djumala (2013) menulis buku dengan judul Soft Power untuk Aceh. International Crisis Group (ICG) dalam beberapa kali jurnalnya mengupas tentang damai di Aceh. Begitu pula LIPI, dan masih banyak lagi. Itulah sekelumit mata air dari perdamaian Aceh. Namun, dibalik cerita tersebut, selama satu windu (8 tahun) perdamaian Aceh, belum ada buku yang diterbitkan tentang Aceh yang fokus mengupas tentang peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai bagian penting dalam ikut menciptakan, mengawal, dan mendukung serta berkomitmen penuh pada keputusan politik untuk menyelesaikan konflik Aceh melalui cara damai. Apalagi ditulis langsung oleh seorang prajurit TNI yang terlibat secara langsung selama 880 hari. Padahal TNI menjadi unsur penting dalam perdamaian Aceh. Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto yang pada saat proses hingga implementasi MoU Helsinki menjadi Panglima TNI, mengatakan “Jika TNI tidak mendukung proses perdamaian di lapangan, maka proses itu akan ambruk. Sebaliknya, jika TNI mendukungnya, perdamaian akan mapan.” Salah satu bentuk dedikasi TNI bisa dicontohkan dengan kemampuan mereka menahan diri untuk tidak membunyikan senjata. Satu letusan senjata tidak pernah terdengar sejak MoU Helsinki ditandatangani hingga perdamaian Aceh berusia lebih dari 3 tahun. Hingga saat ini (dan semoga seterusnya) tidak pernah ada lagi tembak-menembak antara GAM dan TNI secara berhadapan. Bisa dibayangkan, jika pada hari-hari, atau minggu-minggu, atau bulan-bulan awal MoU Helsinki terdengar bunyi senjata, walaupun mungkin itu hanya untuk menembak burung maupun hewan buruan lainnya, menjadi sangat sensitif bagi masyarakat Aceh, dan menimbulkan kecurigaan serta kekhawatiran sehingga kehor­matan perdamaian pun akan menjadi rusak seketika. Buku ini mengupas banyak hal, yang merupakan kumpulan catatan, refleksi, sekaligus kesaksian seorang prajurit TNI yang mendapat panggilan tugas memelihara perdamaian. Didalamnya disajikan tentang peran TNI sebagai bagian penting dalam upaya mendukung perdamaian di Aceh. Di tengah sosok TNI yang sering dipojokkan dalam proses perdamaian, sebagai akibat warisan sejarah muram di masa lalu, di dalam buku ini secara terang benderang ditunjukkan bahwa TNI mempunyai komitmen yang kuat untuk tunduk pada MoU Helsinki yang telah ditandatangani kedua belah pihak yang sebelumnya bertikai. Ini penting untuk dijadikan catatan sejarah. Sebuah ungkapan dari Mantan Panglima dan Mantan Menko Polhukam, Jend (purn) Widodo AS terhadap penulis buku ini menjadi sangat penting. Dikatakan Widodo: Sebagai “The Last Warrior”, akhirnya Kolonel Laut (T) Soleman B. Ponto mendapatkan promosi jabatan dan kenaikan pangkat secara berturut-turut, yaitu menjadi Waaspam Kasal dengan pangkat Laksamana Pertama, dan menjadi Aspam Kasal dengan pangkat Laksamana Muda serta selanjutnya diangkat menjadi Kepala BAIS TNI. Kesemuanya tersebut tentunya juga merupakan refleksi pengakuan institusi TNI atas segala kemampuan dan profesionalitasnya yang menopang prestasinya, dalam penugasan khusus sebagai anggota Tim TNI pada proses perdamaian Aceh. Sekali lagi saya ingin menyampaikan ucapan selamat kepada Laksda TNI Soleman B. Ponto. Semoga keseluruhan apa yang diungkapkan dalam buku ini akan menjadi “LESSON TO BE LEARNED”, bukan saja bagi kalangan TNI, tetapi juga bagi kalangan masyarakat bangsa, bahkan dunia dapat memetik pelajaran atas pengelolaan proses perdamaian di Aceh, sebagai sebuah “MODEL” Kebijakan Resolusi Konflik secara paripurna. Sementara dalam sambutan di buku ini, Djoko Suyanto Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan RI, mengatakan: “Besar Harapan Saya bahwa isi buku ini akan menjadi goresan tinta emas yang mempunyai makna tersendiri bagi generasi penerus, khususnya bagi mereka yang ingin mengetahui fakta sejarah seputar peran TNI sebagai bagian penting dalam ikut menciptakan, mengawal dan mendukung serta berkomitmen penuh pada keputusan politik untuk menyelesaikan konflik melalui cara damai dan bermartabat “ Buku yang disajikan secara populer dan mengalir serta enak dibaca ini lengkap dengan data, angka dan catatan selama proses menjelang hingga implementasi MoU Helsinki. Buku ini layak dibaca oleh: - Prajurit TNI dan Purnawirawan dari: o Dunia Intelijen o Decesion Maker o Mahasiswa (Akmil / Sesko / Dll) - Akademisi/Dosen/Mahasiswa dari Fakultas/Jurusan: o Sosial Politik o Pertahanan dan Keamanan o Hubungan Internasional - Birokrat: o Kementerian Pertahanan o Kementerian Dalam Negeri o Kepolisian o Kementerian Luar Negeri - Kedutaan Besar o Negara-negara ASEAN o UNI EROPA - Aktivis/Lembaga o DPR o LIPI o LSM - Masyarakat Aceh o Pemerintah Provinsi dan Daerah o DPR Provinsi dan o Masyarakat



Kegawatdaruratan Dan Bencana


Kegawatdaruratan Dan Bencana
DOWNLOAD

Author : Prof. DR. Dr. Aryono D. Pusponegoro, SpB, (K)BD/ Trauma
language : id
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2016-10-01

Kegawatdaruratan Dan Bencana written by Prof. DR. Dr. Aryono D. Pusponegoro, SpB, (K)BD/ Trauma and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2016-10-01 with Medical categories.


Pagi, 22 Maret 2016, terminal Bandara Brussel di Zaventem, Belgia, seperti biasa padat. Sejumlah calon penumpang bergegas menuju tempat check-in. Tiba-tiba sekitar jam 08.00 waktu setempat dua bom bunuh diri meledak hampir bersamaan di dekat departure gates. Ratusan orang terlempar. Sekitar satu jam kemudian bom lain mengguncang stasiun kereta Maelbeek, Brussell. Belgia pun genting. Negara tersebut meningkatkan kewaspadaannya hingga level tertinggi dengan kategori “serious and imminent attack”. Bencana tersebut mengakibatkan lebih dari 30 orang meninggal dan korban luka lebih dari 270 orang. Pemerintah Belgia sendiri segera memerintahkan rumah sakit di sana untuk mengaktifkan Emergency Plan, yakni program siaga darurat bagi rumah sakit bersangkutan untuk menghadapi lonjakan jumlah pasien yang berasal dari korban bencana, termasuk akibat bencana serangan teroris seperti bom bunuh diri itu. Dalam peristiswa tersebut diberitakan sebanyak 15 rumah sakit langsung mengaktifkan program emergency plan. Dokter dan perawat yang hari itu tidak bertugas dipanggil masuk kerja untuk menjamin penanganan pasien memadai dan tidak mengganggu pasien yang sudah ada. Penanganan korban di 15 rumah sakit itu sangat memadai dan berlangsung cepat. Palang Merah Belgia mengirimkan 30 ambulans ke dua lokasi tempat serangan bom dan menyediakan 30 ambulans lainnya dalam posisi siap siaga. Sekitar 100 profesional gawat darurat dipekerjakan khusus oleh Palang Merah Belgia untuk menangani korban serangan tersebut. Sebagian korban tidak langsung dibawa ke rumah sakit, tetapi mendapat perawatan di tempat kejadian oleh tenaga medik terlatih untuk mempercepat penanganan, seperti untuk menghentikan pendarahan. Selain di trotoar, lobi Hotel Thon yang dekat lokasi ledakan di Stasiun Maelbeek dijadikan ruang perawatan korban sementara sekaligus sebagai triage centre. Bahkan staf hotel yang sudah terlatih mampu mulai melakukan triage dan memberikan first aid dengan sarana yang ada di hotel. Korban yang lukanya bisa ditangani di sana lebih dulu dirawat oleh tenaga medis dari emergency services di tempat tersebut sedangkan yang gawat dilarikan dengan ambulans ke rumah sakit terdekat. Sebelumnya, pada 13 November 2015 Perancis mendapatkan serangan teroris melalui aksi bom bunuh diri yang menewaskan 129 orang dengan 352 orang luka. Selain bom bunuh diri, ada juga serangan tembakan terhadap warga Paris. Penembakan pertama terjadi di restoran Petit Cambodge yang menewaskan 15 orang dan melukai 10 orang. Disusul penembakan di bar A La Bonne Biere yang menewaskan lima orang dan melukai delapan orang. Yang paling banyak memakan korban adalah penembakan di gedung konser Bataclan yang sedang mementaskan grup band metal. Penembakan di sini menewaskan 89 orang dan menyebabkan beberapa terluka. Dari rentetan peristiwa itu, korban tewas mencapai 129 orang dan yang luka 352 orang (ada juga yang menyebutkan 368 orang luka). Melalui koordinasi yang baik pada akhirnya korban bisa ditangani rumah sakit di Paris. Contoh lain yang bisa menjadi pelajaran adalah kejadian di Boston. Pada 15 April 2013 diselenggarakan lomba maraton di Boston, Amerika Serikat. Pada sekitar jam 15.00 waktu setempat, atau dua jam setelah pemenang melewati garis finish, dua ledakan bom meledak hampir bersamaan di dekat garis finish. Pada saat itu masih ada sekitar 5.700 pelari amatir yang belum masuk garis finish. Akibat ledakan bom itu tiga orang meninggal dan 264 orang lainnya terluka. Luka kebanyakan terjadi di kaki yang menandakan bom diletakkan di bawah. Akibat dari kejadian itu banyak korban yang kehilangan kakinya baik di tempat kejadian maupun karena harus diamputasi di rumah sakit. Menurut laporan dari Massachusetts Emergency Management Agency, meskipun banyak pasien yang mengalami luka serius, pasien yang dibawa ke rumah sakit selamat. Ini bisa terjadi karena cepatnya triage, pengangkutan korban, dan penanganan korban baik di tempat kejadian maupun rumah sakit. Selain itu tenaga medis yang datang ke lokasi kejadian bisa segera bertindak. Walter Dunbar, paramedis dari Boston Emergency Medical Service, menyebutkan bagaimana latihan bertahun-tahun berperan besar dalam kesuksesan menangani korban. “Setiap orang tahu dengan tepat apa yang harus dilakukannya tanpa harus dibertahu,” katanya seperti dikutip dari laman EMS1 Report praises Boston EMS response to marathon bombing. Tiga contoh diatas merupakan fenomena yang dibahas dalam buku ini. Pembahasan buku tidak hanya melingkupi sisi teori, namun juga bentuk nyata berupa kajian teknis yang penting bagi pembaca dari semua elemen. Karena pada dasarnya memberikan bantuan dalam suasana gawat darurat adalah menjadi tugas bersama, bukan hanya petugas kesehatan. Itulah pentingnya masyarakat awam mengetahui cara-cara penanggulangan kegawat daruratan. Indonesia memiliki potensi munculnya kegawatdaruratan jauh lebih besar. Disamping faktor manusia, faktor alam berupa bencana alam frekuensinya terbilang tinggi. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setiap hari rata-rata terjadi lima kali bencana di Indonesia. Dalam 10 bulan di tahun 2016 saja kejadian bencana mencapai 1.853 kali bencana (enam kali setiap hari) yang memakan korban jiwa sebanyak 351 orang. Hampir 90% merupakan bencana hidrometeorologi yaitu bencana yang dipengaruhi cuaca seperti banjir, longsor, puting beliung, gelombang pasang, dan sebagainya. Upaya untuk mengurangi frekuensi (seringnya) dan besarnya bencana masih sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu, hal yang paling memungkinkan adalah upaya menurunkan risiko bencana sehingga jumlah korban jiwa, kerusakan lingkungan, dan kerugian harta benda yang ditimbulkan bisa dikurangi. Dalam sambutannya di buku ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebutkan pentingnya memasukkan elemen pemberdayaan masyarakat lokal, pemanfaatan pengetahuan dan kearifan lokal, serta pelibatan berbagai kelompok masyarakat dalam penyusunan kebijakan pengurangan risiko bencana. “Saya melihat buku seperti ini menjadi alat penyebaran informasi yang penting untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana. Terlebih-lebih menyangkut masalah yang krusial dalam menangani korban bencana yakni penanggulangan medik dan kesehatan,” katanya. Banyak kejadian, bencana yang terjadi di suatu daerah memutus akses jalan ke lokasi bencana yang membuat daerah bencana terisolasi. Karena penduduk tak memiliki pengetahuan medik dasar yang memadai, korban yang seharusnya bisa tertolong dengan tindakan penyelamatan dasar (Bantuan Hidup Dasar, seperti diuraikan di buku ini), pada akhirnya tidak tertolong. Bencana pada dasarnya tidak hanya terjadi akibat faktor alam. Perbuatan manusia pun bisa menimbulkan bencana. Kebakaran hutan timbul karena ulah manusia. Juga kejadian lain seperti kebakaran bangunan atau fasilitas lain, ledakan gas, pencemaran lingkungan, aksi terorisme, dan sebagainya. Sementara hal-hal yang terjadi setiap hari seperti kecelakaan lalu-lintas, banyak yang menganggapnya bukan bencana karena terjadi begitu biasa. Padahal secara kumulatif kecelakaan lalu-lintas menimbulkan jumlah korban yang begitu banyak. Selama tahun 2015, misalnya, sebanyak 27.000 orang meninggal akibat kecelakaan jalan raya atau rata-rata 73 orang meninggal di jalan raya setiap harinya. Oleh karena itu kecelakaan lalu-lintas juga termasuk bencana yang tidak bisa dianggap enteng risikonya. Pada umumnya, ketika bencana terjadi, pihak yang paling diharapkan bantuannya adalah polisi dan masyarakat sekitar yang tidak terdampak bencana. Upaya Polri dalam menanggulangi bencana, menurut Kapolri Jenderal Polisi M. Tito Karnavian dalam sambutannya di buku ini, dilakukan melalui tiga tahapan penting, yakni Pra-Bencana dengan menitikberatkan pada upaya membangun kesiapsiagaan, Tanggap Bencana dengan mengedepankan upaya proaktif melalui respons cepat kepolisian, dan Pasca-Bencana dengan fokus utama pada pemeliharaan dan pemulihan kamtibmas. “Meskipun sudah ada sistem kepelatihan dalam penanganan bencana, referensi-referensi yang akan meningkatkan kualitas layanan Polri dalam memberikan pertolongan pada saat bencana menjadi penting,” kata Kapolri. “Terlebih lagi dalam bidang layanan darurat medis dan kesehatan, di mana anggota polisi sering kali harus melakukannya sendiri ketika tenaga medis tidak/belum tersedia,” katanya lebih lanjut. Menurut Kepala BNPB Willem Rampangilei dalam sambutannya di buku ini, di setiap kejadian bencana, peran kesehatan menjadi utama, terlebih pada dimensi tanggap darurat. “Permasalahan kesehatan yang sering kali muncul akibat bencana adalah adanya korban meninggal, korban luka, serta terjadinya pengungsian yang sangat memerlukan ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan medik dan pelayanan kesehatan,” katanya. Karena itu layanan kesehatan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan dalam menekan jumlah korban dan manusia yang terdampak dalam bencana. Masalahnya, meskipun sudah ada sistemnya, kerap kali pihak yang paling awal menolong adalah orang yang berada di sekitar kejadian. Bantuan layanan medik kadang terlambat karena jauh, daerah bencana mendadak terisolasi, dan hambatan lainnya. Bahkan di perkotaan pun cepatnya layanan darurat medis tak secepat yang diharapkan karena terhambat kemacetan dan faktor lainnya. Sering kali ambulans baru datang satu atau dua jam setelah dihubungi, padahal korban membutuhkan bantuan hidup dasar dalam hitungan detik. Oleh karena itu betapa pentingnya kemampuan memberikan Bantuan Hidup Dasar pada korban dimiliki oleh masyarakat. Buku ini menjabarkan secara detail bagaimana solusi dan petunjuk teknis penanggulangan medik dan kesehatan dalam situasi kegawatdaruratan dan bencana. Hal yang dibahas mulai dari apa itu bencana, faktor penyebab bencana dan prinsip-prinsip penanganannya serta risiko-risiko medisnya, bagaimana melakukan penanganan di tempat kejadian sebelum tenaga medis tiba, penangan di dalam ambulans, penanganan di rumah sakit, sistem manajemen Unit Gawat Darurat, evakuasi, penanganan korban pasca bencana, menangani pengungsi, pendidikan penanganan kegawatdarurtan dan bencana, dan lain-lain. Bahkan dibahas juga bagaimana sistem di rumah sakit harus dibangun sehingga ketika bencana terjadi dan banyak korban masuk ke rumah sakit, rumah sakit bersangkutan tidak kelebihan beban sehingga pasien-pasien sebelumnya tetap mendapat layanan dengan semestinya sementara korban bencana bisa ditangani dengan baik. Karena rinci, buku ini jadi cukup tebal (610 halaman), dan itu menjadikan buku ini sangat bernilai bagi yang memilikinya. Buku ini ditulis oleh dua orang ahli yang berpengalaman di bidang penanganan bencana yaitu Prof. DR. Dr. Aryono D. Pusponegoro, Sp.B.-KBD/Trauma dan Dr. Achmad Sujudi, Sp.B., MHA. Buku ini layak dibaca oleh tenaga medis, dunia kampus (dosen dan mahasiswa), pimpinan dan anggota TNI dan Polri, pimpinan dan anggota Pemadam Kebakaran, Kepala Daerah mulai dari kepala desa hingga gubernur, aktivis, PNS, pengelola bisnis, organisasi masyarakat, dan masyarakat umum. Karena, bencana tak memandang status juga tak melihat kapan. Siapa pun bisa mengalami dan kapan pun bisa terjadi.



Polwan Untuk Negeri


Polwan Untuk Negeri
DOWNLOAD

Author : Brigjen Pol. Dr. Dra. Juansih, S.H., M.Hum.
language : id
Publisher: PT. Rayyana Komunikasindo
Release Date : 2020-06-30

Polwan Untuk Negeri written by Brigjen Pol. Dr. Dra. Juansih, S.H., M.Hum. and has been published by PT. Rayyana Komunikasindo this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2020-06-30 with Science categories.


Polwan, sesuai dengan motonya, “Esthi Bhakti Warapsari,” adalah putri-putri pilihan. Namun masih banyak yang melihat polwan sulit berprestasi jika mengandalkan kemampuannya sendiri. Pandangan itu umumnya dikemukakan oleh mereka yang menganggap profesi polisi merupakan profesi laki-laki. Oleh karena itu, sebagian kerap melihat polwan dengan bias gender. Mereka menganggap, jika ada polwan yang bisa menerobos dominasi polisi pria, itu mungkin karena “diberi jalan”. Buku ini menggambarkan bahwa sesungguhnya jiwa “Esthi Bhakti Warapsari” terpateri kuat pada diri polwan, setidaknya pada sejumlah polwan yang memang memiliki prestasi menonjol. Di antara polwan-polwan yang berprestasi itu adalah yang menulis buku ini, Sejumlah pengalaman, pemikiran dan prestasi tidak bisa dilihat sebelah mata. Para penulis buku yang semuanya bergelar doktor ini adalah bagian dari Polwan yang berusaha keras mewujudkan Esthi Bhakti Warapsari. Sebagai contoh, Brigadir Jenderal Juansih. Dia adalah salah satu dari tiga polwan berpangkat jenderal yang masih aktif saat ini. Prestasinya cukup menonjol di bidang tugas yang ditempatinya di mana saat ini jabatannya adalah Analis Kebijakan Utama Bidang Bindiklat Lemdiklat Polri. Ia adalah polwan pertama yang menjadi Kapolres di Jawa Timur yaitu ketika diangkat menjadi Kapolres Kota Surabaya Timur tahun 2005. Yang menarik, ketika pimpinannya menantangnya agar sebagai kapolres ia harus bisa mengatasi gangguan keamanan meski harus ke lapangan pada dini hari, ia tak sekadar menjalankan prosedur tetapi memunculkan beragam inovasi dalam melakukan pendekatan pada masyarakat melalui program community policing. Tak hanya itu, sejumlah programnya pun dijadikan benchmarking untuk diterapkan di wilayah hukum kepolisian lain. Begitu pun dengan empat polwan penulis lainnya. Mereka tak sekadar polwan. Dari gelar pendidikan yang diperolehnya, mereka adalah polwan-polwan ilmuwan yang tak sekadar memiliki pengetahuan tinggi yang diperolehnya dari perguruan tinggi-perguruan tinggi ternama negeri ini (seperti Universitas Indonesia, Universitas Airlangga), tetapi ahli karena prestasi kerja dan praktik ilmu-ilmunya. Sebagai polisi yang profesional, mereka juga sering tampil di berbagai forum nasional dan internasional, jadi narasumber di televisi nasional, tak sekadar mewakili polwan Indonesia, tetapi institusi Kepolisian Republik Indonesia. Bahkan Kombes Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, DFM, Sp.F., dikenal di masyarakat sebagai ahli forensik saat ini, bidang ilmu yang kini makin dikenal di Indonesia. Yang lain, Kombes Pol. Dr. Sulastiana, SIP, S.H., M.Si., misalnya, pernah bertugas di luar negeri menjadi pembicara di luar negeri bahkan menjadi dosen tamu di perguruan tinggi Eropa. Begitupun juga dengan Kombes Pol. Dr. Rinny S.T. Wowor, M.Psi. dan Kombes Pol. Dr. Rosmita Rustam, S.E., M.E., mereka memiliki pengalaman dan keilmuwan yang mumpuni. Buku ini tidak membahas soal siapa mereka, dalam arti membahas biografinya. Buku ini menjadi penting karena membahas pemikirannya dalam bidang yang jadi keahliannya. Oleh karena itu bahasannya menjadi menarik, bernas, inspiratif, berisi, ilmiah, aplikatif, dan penting. Buku ini bisa dibaca tanpa perlu memandang mereka sebagai polwan karena isinya berlaku untuk semua gender. Memang ada beberapa tulisan membahas isu gender, tetapi dibahas dengan sikap yang logis, tidak mengiba, tapi dengan mengedepankan sikap profesional. Itulah sebabnya buku ini mendapat endorsement dari 7 (tujuh) tokoh wanita ‘berpengaruh’ di negeri ini. Semangat para endorser sama dengan tema besar buku ini. Apalagi buku ini bertujuan/dipersembahkan, sebagaimana disampaikan di halaman iii “untuk mendorong intelektualitas dan performa kepemimpinan wanita Indonesia, khususnya polisi wanita.” Buku yang terdiri dari 20 tulisan ini dibagi ke dalam empat bagian utama, yakni Leadership, Kesetaraan Gender, Akademik, dan Praktis (Keahlian). Disusun hampir selama tiga bulan secara bahu membahu dan selesai tepat pada hari Bhayangkara ke-74 pada 1 Juli 2020 dan mendapatkan sambutan dari Kapolri. Ditulis dengan gaya bahasa mudah dipahami, tidak rumit, tapi berisi, sehingga siapa pun bisa membaca dan mengambil saripatinya untuk diterapkan dalam aneka bidang profesi, kehidupan, atau pengetahuan umum.



Indonesia X Files


Indonesia X Files
DOWNLOAD

Author : dr. Abdul Munim Idries
language : id
Publisher: Noura Publishing
Release Date : 2022-11-08

Indonesia X Files written by dr. Abdul Munim Idries and has been published by Noura Publishing this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2022-11-08 with Social Science categories.


“Kamu gila. Ngelawan arus. Pulang tinggal nama entar.” Begitu komentar kolega dr. Abdul Mun’im Idries, ketika pada akhir 1993, dokter forensik ini berani menjadi saksi ahli kasus pembunuhan Marsinah. Kala itu, santer diyakini sang pejuang buruh dihabisi oknum militer. Pada era militer paling ditakuti karena penculikan senyapnya, berani-beraninya Mun’im mengusik tentara. Apa pula yang dihadapi Mun’im dan fakta apa yang ia temukan ketika harus terjun pada detik-detik mencekam Tragedi Trisakti dan Tragedi Semanggi? Bagaimana analisis forensiknya terkait pembunuhan Munir, Tragedi Tanjung Priok, Tragedi Beutong Ateuh, dan sebagainya? Dalam Indonesia X-Files, Mun’im membongkar arsip, membeberkan fakta-fakta mengejutkan, mengungkap rahasia terkait sejumlah nama tabu. Dia juga berbagi kisah dan metode kedokteran forensik dalam membongkar kriminalitas dan kejahatan di negeri ini.



Berdemokrasi Ala Kaum Muda


Berdemokrasi Ala Kaum Muda
DOWNLOAD

Author : Anna Marie Wattie
language : id
Publisher:
Release Date : 2013

Berdemokrasi Ala Kaum Muda written by Anna Marie Wattie and has been published by this book supported file pdf, txt, epub, kindle and other format this book has been release on 2013 with Youth categories.